tag:blogger.com,1999:blog-65194734504518329622024-02-07T20:01:24.830-08:00Cerita Sex Terkini Tante Hot Cewek Semok kumpulan cerita sex terbaru tante semok cewek bugil abg mandi jilbab semok cewek perawan perkosa anak sma nyepong perawan desa psk abg hot bokep terbaru janda kembang sex arab cerita sex terhotnonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comBlogger96125tag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-14008791573246859092019-05-04T19:25:00.002-07:002020-04-15T01:14:28.506-07:00 Sex Panas Skandal Seks Dalam HotelKisah Seks Panas ini Berkisah Tentang ” Cerita Panas Skandal Seks Dalam Hotel ” Cerita Seks,Cerita Dewasa,Cerita Mesum,Cerita Panas.<br />
<br />
Cerita Sexs – Nama saya denny, sekarang saya bekerja sebagai system engineer suatu perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Ceritanya begini. Pada suatu pagi saya ditelepon oleh seorang kawan lama saya yang bernama Herry, yang baru datang dari Bandung untuk suatu keperluan.<br />
<br />
<span style="font-size: large;">Cerita Sex Panas Skandal Seks Dalam Hotel</span><br />
<br />
<img alt="Hasil gambar untuk gambar cewek bugil" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQvYK1xPxf8J1q2jXZTjiJljpfXEzyygzkfmz83xWacqatu-kQDmg" width="400" /><br />
<br />
Kebetulan sekali saat itu saya tidak ada kuliah, sehingga dapat bebas pergi ke mana pun. Sesampainya di sana ternyata teman saya telah lama menunggu di kamarnya, dan saya pun masuk, tetapi tidak lama kemudian, Herry pamit kalau dia ada janji mau pergi ke kantor temannya di Jl. Rasuna Said dan saya pun menunggu di kamarnya sampai Herry pulang.<br />
<br />
Ternyata menunggu merupakan suatu yang sangat menjengkelkan, tak terasa telah satu jam kupindah-pindahkan channel televisi dari CNN sampai STAR TV, tapi semua terasa membosankan, sehingga pada suatu ketika bel di kamar berbunyi, ting tong.. ting tong, malas kubuka pintu. Terlihat sesosok tubuh wanita dengan tinggi kurang lebih 167 cm dengan rok span dan pakaian kerja, seksi dengan dada kupikir sekitar 36B.<br />
<br />
“Permisi, mau bertemu Bapak Herry ada?” tanyanya.<br />
“Mm.. oh Bapak Herry sedang pergi ke Jl. Rasuna Said, ada janji?” tanyaku.<br />
“Ya.. boleh saya menunggu?” tanyanya.<br />
“Silakan”, jawabku sambil mengajak dia masuk.<br />
Wanita itu pun masuk dan duduk di sofa. Jam saat itu menunjukkan pukul 10 pagi.<br />
“Mbak ini siapa ya?” tanyaku memberanikan diri.<br />
“Saya Selly, utusan dari cabang Bandung yang menjemput Pak Herry ke mari”, jawabnya.<br />
“Ooo.. perkenalkan saya Denny, teman Herry.”<br />
<br />
Selly memang sosok wanita ideal. Selain anggun, dia juga cantik, kalau dilihat mirip Drew Barrymore. Jam menunjukkan pukul 11.00, dan Herry belum pulang juga. Aku sudah gelisah juga, soalnya di kamar hotel begini bersama seorang wanita cantik. Perlahan-lahan kuberanikan untuk duduk di sebelah Selly.<br />
<br />
“Mmm.. gimana ya Mbak.. kok belum datang juga Herry”, kataku membuka kebisuan.<br />
“Ah.. nggak apa kok, kan ada Mas Denny”, jawabnya sambil memegang tanganku.<br />
Wah lampu hijau nih pikirku. Gila juga nih orang, aku sempat grogi dipegang kayak gitu.<br />
“Mau ke kamar kecil bentar ya Denn.. di mana sih tempatnya?” tanyanya manja.<br />
“Di situ tuh”, kataku cuek.<br />
“Nitip tasnya ya!” katanya lagi, dan Selly pun masuk ke kamar kecil.<br />
“Awww.. awww.. tolong Den.. ada kecoa..” jeritnya dari dalam kamar mandi.<br />
Kupikir mana mungkin sih di hotel bintang lima macam begini ada kecoa. Tapi aku bangkit juga menuju kamar mandi. Baru sampai di depan pintu kamar mandi Selly sudah menarik tanganku.<br />
“Masuk.. sini..” katanya sambil menutup pintu. Kulihat Selly sudah melepaskan rok spannya, hanya tinggal CD sama baju saja. Dan dia pun langsung mencium mulutku. Aku yang belum siap mental malah menghindari ciumannya. “Mana kecoanya?” tanyaku pura-pura bodoh. Habis baru sekali ini sih aku dibegitukan oleh wanita.<br />
“Ini nih masuk ke dalam celana”, jawabnya cuek.<br />
<br />
Dia terus berusaha menciumi mulutku, lama kelamaan aku terangsang juga. Gantian kuciumi juga mulutnya. Sekitar tiga menit acara pagut-memagut itu pun berlangsung. Kupraktekan cara mencium yang sering kulihat di film porno. Kemudian tanganku pun segera merambah bukit kembarnya dari celah-celah bajunya. Gila benar ini anak, ternyata dia tidak memakai BH. Langsung kumainkan bukit kembarnya dan kupelintir sedikit-sedikit putingnya. Terasa putingnya mengeras, kata orang sih tanda-tandanya sudah terangsang. “Awww.. pelan-pelan dong Den”, protesnya saat kupelintir putingnya. Terus kuciumi lehernya yang jenjang, Selly pun cuma mendesah, “Aah.. hmm.. ahh.. Deenn..” langsung kubuka bajunya dan semakin terpampang jelas gundukan di dadanya yang menggairahkan. Kuciumi kedua bukit kembarnya dan kujilat-jilat putingnya, lagi-lagi dia bergumam, “Terus Den.. ahh.. ouchh..” aku melanjutkan menciumi pusarnya, terus ke bawah pusarnya. Terpampang dengan jelas rambut tipis berbentuk segitiga di pangkal pahanya. Kujilati sepuas-puasnya.<br />
<br />
Setelah itu dia kubimbing duduk di samping bathtub dan duduk di situ. Terus dia kusuruh membuka pahanya. Ooh, seperti ini toh liang kemaluan wanita. Soalnya seumur-umur baru kali ini aku melihat langsung yang asli. Langsung saja kulihat dari dekat. “Kok diliatin doang Denn.. dijilatin donk”, kata Selly. Aku diam saja, terus kusibakan bibir kemaluannya dan terlihat di situ daging yang menonjol. Barangkali ini yang disebut klitoris pikirku. Terus dengan iseng kupelintir daging itu pelan-pelan. “Ahh.. ouhh.. Denn.. ahh.. terus Den.. mainin klitorisku ahh”, wah benar juga pikirku. Terus perlahan kupegangi dalamnya, kok agak lembab dan basah. Wah rupanya Selly terangsang berat nih. Kulihat lebih dekat lagi, tiba-tiba saja tangan Selly membenamkan kepalaku ke dalam pangkal pahanya. “Jilatin dong Den.. ahh.. ahh.. jangan nakal, gitu dong.. masa cuma diliatin aja”, aku pun terus menjilati kedua bibir kemaluannya. Mmm.. terus kujilati juga klitorisnya dan cairan yang ada di situ rasanya asin-asin nikmat dan baunya itu loh bikin batang kemaluanku semakin mengeras saja. Terus kujilati dengan ganas klitorisnya sambil kugigit sedikit. “Ahh.. Denn.. ouchh.. Denyy.. akkhh.. akkuu.. akkh.”<br />
<br />
Terlihat cairan semakin deras saja yang keluar dan Selly semakin membenamkan kepalaku ke dalam kemaluannya. Wah rupanya Selly sudah klimaks nih, “Ahh.. Denn ouchh.. aku keluarr..” katanya. Kujilati semua cairan yang keluar dari kemaluan Selly. Terus dia pun berdiri dan menuju ke tempat tidur. Wah gila nih perempuan, masa aku dianggurin, pikirku. Aku terus mengikuti dia pergi ke tempat tidur. Rupanya dia duduk di samping tempat tidur. “Sini deh Den.. gantian aku yang mainin kontolmu”, katanya. Aku menurut saja dan aku rebahan di tempat tidur dengan kaki di lantai. Terus Selly mulai memainkan kemaluanku dari luar celana dalam. Dia jilati batang kemaluanku yang dari tadi sudah sangat tegang, terus dibukanya CD-ku pakai giginya. “Wah nih orang pasti kebanyakan lihat film-film gituan”, pikirku. Setelah CD-ku lepas, gantian dia mainkan kantong kemaluanku, dia jilati ke atas dan ke bawah. Rasanya sungguh mengejutkan. Terus dia pegangi batangku dengan kedua tangannya dan dijilat-jilatin kepalanya sambil matanya melihat ke arahku. Langsung dia benamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan dikocok-kocok pakai mulutnya yang mungil. “Oohh.. Selly.. akhh.. uhh”, desahku merasakan nikmat di sekujur batangku. Sambil terus mengulum-ngulum batang kemaluanku, dia pun memijit-mijit buah kemaluanku, rasanya linu-linu nikmat.<br />
<br />
Setelah berlangsung 5 menit, Selly pun mulai bosan dengan permainannya. “Den, kita main beneran yuk”, katanya. Aku pun tanpa berpikir langsung menjawab dengan semangat 45, “Ayoo!” Selly langsung duduk di atas pahaku dan memegang batang kemaluanku sambil diarahkan ke dalam lubang kemaluannya. Bless.. seluruh batang kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya. Terasa lembab dan nikmat tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. “Ahh.. mm.. uhh.. aahh..” desah Selly sambil merem melek menikmati pergesekan batang kemaluanku dengan liang kemaluannya. Tak lupa tangannya pun ikut-ikutan memegangi kedua buah dadanya. “Ohh.. Denny.. akhh.. uhh.. yeahh.. Dennyy.. ahh.” Aku pun dengan reflek mengimbangi permainannya dengan menaik-turunkan batang kemaluanku, sehingga terdengar bunyi pluk.. pluk.. ketika batang kemaluan dan liang kemaluan berbenturan. “Ahh.. oughh.. mmhh.. ahh..” desah Selly.<br />
<br />
Selly pun makin menjadi-jadi, dia pun kemudian memegangi rambut kepalanya dan kurasakan gerakannya semakin liar, “Ahh.. uhh.. ahh.” Aku bantu merangsangnya dengan memegangi kedua payudaranya. Tak lama kemudian Selly pun menjerit, “Dennyy.. ahh.. ouhh.. akuu.. mau.. keluar.. ahh..” Di kepala batang kemaluanku pun terasa ada aliran yang tak dapat dibendung lagi, “Kita keluar sama-sama Sell.. ahh.. ouhh..” Kurasakan cairan hangat menyemprot pada kepala batang kemaluanku dan menyebabkan kepala batang kemaluanku tak dapat menahan aliran yang deras dari dalam batang kemaluanku. “Ahh.. aku keluarr.. Selly”, teriakku. “Akuu.. jugaa.. Denny.. akhh.” Kemudian kami pun lemas dan tertidur sampai pukul 5 sore.<br />
<br />
Sampai tiba-tiba terdengar bunyi bel, tet.. tet.. wah gila nih, Herry pulang. Langsung saja kubangunkan, “Selly.. Sell.. Selly.. bangun..” ternyata Selly tidur dengan nyenyaknya. Aku cuek saja soalnya susah kalau membangunkan orang yang tidur dengan berjuta kenikmatan. Akhirnya pintu hotel kubuka, ternyata wanita bule yang mengetuk pintu. “Excuse me.. Is this Mr. John’s Room, 513?” tanyanya. “Oh.. No, I think.. its beside this room”, jawabku sekenanya dan wanita bule itu pun pergi ke kamar sebelah. Setelah dibel berkali-kali ternyata tidak ada orangnya. Dia pun pergi ke arahku lagi. “He is not in his room”, katanya. “Bisa sa.. ya.. tunggu di sini?” katanya. Wah bisa juga dia ngomong Indonesia, pikirku. “Oh.. sure.. tentu”, kataku. “silakan masuk.” Dia pun duduk di sofa. Karena kamar ini termasuk luas, sekitar 7×7 meter, maka Selly yang tertidur di springbed tak kelihatan.<br />
<br />
“Anda dari mana?” tanyaku membuka pembicaraan.<br />
“Oh.. I come from USA, Nevada”, katanya.<br />
“Oh.. Las Vegas”, kataku.<br />
“Anda sudah menikah?” tanyaku lagi.<br />
“Ya.. saya.. menikah 2 tahun lalu dan saya sudah cerai selama setahun”, katanya lagi.<br />
Wah kesepian juga nih cewek, pikirku. Kalau dilihat-lihat wanita ini tingginya sekitar 170-an, wajahnya mirip-mirip Dana Scully-nya X-File, usianya sekitar 30-an. Kalau dilihat bodinya sih mantap juga. Rambutnya sebahu, matanya biru, bibirnya, wah sensual sekali.<br />
<br />
“Can I know your name?” tanyaku.<br />
“Jessica”, katanya sambil mengulurkan tangan.<br />
“Denny”, kataku.<br />
“What is your job Denny?” tanyanya.<br />
“I’m student”, kataku.<br />
“What major?” tanyanya.<br />
“Informatics”, kataku.<br />
Wah bisa-bisa dua jam cuma nanya masalah sekolah nih pikirku. Harus dihentikan nih. Kuberanikan tanya soal lain. Sambil pindah duduk ke samping Jessica.<br />
<br />
“Can I know something about life?” tanyaku.<br />
“Yah.. apa? please in Indonesian, cause I think you can not speak fluently in english”, katanya.<br />
Wah ketahuan deh modalku, pikirku.<br />
“Ini agak pribadi, nggak apa-apa?” tanyaku.<br />
“No problem, cause I think kamu orang baik-baik”, katanya.<br />
“Kalau udah cerai, gimana kamu memenuhi kebutuhan biologismu?” tanyaku.<br />
“Maksud kamu seks?” tanyanya.<br />
“Yes..” kataku mantap.<br />
“Saya bisa main seks kapan saja, dan dimana saja dengan orang yang kusuka, that’s menyebabkan my husband menceraikan saya.”<br />
Wah gila juga nih cewek pikirku.<br />
“Kamu pernah main seks Denny?” tanyanya.<br />
“No..” jawabku.<br />
Dia pun tersenyum melihatku, terus lihat wanita tergolek di atas ranjang. Wah ketahuan deh kalau menipu.<br />
<br />
“Siapa dia Denny?” tanyanya.<br />
“She is my sister”, jawabku sembarangan.<br />
“Oh.. jadi kamu betulan belum pernah ya.. mau belajar sama saya, Denny?” tanyanya.<br />
“Wah mau sekali Jessy”, kataku mantap.<br />
“Sini Denny.. kamu ke depanku.. apa your sister tidak marah kalau lihat kita Denny?” tanyanya.<br />
“Nggak apa-apa Jessy”, kataku sambil mendekat ke depannya. Terus dia membuka bajunya. “Sini Denny.. kamu pegang dada saya”, katanya. Terus kupegangi susunya yang ukurannya 36C.<br />
“And cium bibirku Denny”, katanya.<br />
<br />
Aku tanpa dikomando langsung menciumi bibir Jessica. Langsung mulut kami beradu, kulumat bibir yang sensual itu dan lidah kami pun saling berbelit, “Ouchh.. mm..” terus aku langsung turun ke lehernya yang jenjang dan dia pun mendesah, “Aahh.. mm.. ouchh.. ssh.. Denn.. kamu membuat akuu.. ahh..” Kulanjutkan ke susunya, kulumat kedua putingnya pakai mulut. “Ahh.. ouhh.. shh.. Dennyy.. oo.. kamu memang nakal baby, yeahh.. ahh..” Terus kubuka rok spannya dan CD-nya, langsung kuturun ke pangkal pahanya. Kujilat habis kemaluannya dengan rakus. “Aahh.. stop Dennyy.. akan kuberikan gaya favoritku kepadamu”, katanya. Padahal sudah basah liang kemaluannya. Sepertinya dia sudah terangsang berat. Langsung saja kulepaskan celana jeans-ku, dan kemudian Jesicca pun membantu melepaskan CD-ku sambil memegang batang kemaluanku yang 7 inchi.<br />
<br />
“Kemaluan yang bagus”, katanya sambil meremas batanganku yang sudah tegang berat. “Coba kamu duduk di kursi ini sayang”, katanya. Aku pun duduk dan terus dia duduk di atas kedua pahaku. Wah asyik juga nih kayaknya. Terus dia memegang kemaluanku yang sudah tegang berat dan dia arahkan ke dalam lubang kemaluannya dan dia pun duduk di atasku, bless.. kemaluanku pun masuk ke dalam liang kemaluan Jesica. Dia lalu menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. “Ouchh.. yeahh.. mm.. oohh.. ohh.. ini seperti naik kuda saja, Denny”, katanya. “Aakkhh.. oukkhh.” Aku pun mengimbangi dengan menaik-turunkan pinggulku. “Mmm.. akhh.. sshh.. ukhh.. akh.. Denyy.. ukhh.. yeajjhh.. yeahh.. oukhh..” Tiba-tiba saja Jessica teriak-teriak tak keruan dan tak lama kemudian.. “Dennyy.. aku keluaarr..” terasa panas cairan menyembur dari lubang kenikmatan Jessica dan tanpa kulepaskan masih saja kukocok lubang kemaluan Jessica dengan batang kemaluanku. “Yeah.. ouchh Dennyy.. tolong berhenti Denny.. akhh.. ouchh..” masih tetap saja kukocok. Malahan tambah kencang frekuensinya. “Tolong.. hentikan sayang akkhh.. akhh..” Tanggung nih pikirku. Tiba-tiba saja Jessica meronta dan karena sudah diambang klimaks. Begitu Jessica mencabut cengkeraman liang kemaluannya pada batang kemaluanku, langsung saja cairan sperma yang sudah di ujung kepala keluar semua. “Oouchh.. baby..” langsung saja mulut Jesicca menyambar kepala kemaluanku dan dilumatnya habis cairan di kepala kemaluanku.<br />
<br />
Tiba-tiba saja Selly terbangun, “Dennyy.. Dennyy..” aku dan Jessica kaget bukan main. Untungnya aku bisa mengatasi keadaan yang sangat gawat ini.<br />
“Ada apa sayang? enak ya tidurnya”, kataku tanpa dosa. Untunglah Selly dapat memahami keadaan ini.<br />
“Denn.. siapa tuh?” tanyanya, dan Jessica pun masih dengan telanjang bulat mendekati Selly dan berjabat tangan.<br />
“Jessica”, katanya.<br />
“I’m sorry.. udah ganggu tidurmu ya?” kata Jessica.<br />
<br />
Tanpa berkata apa-apa, Selly malah langsung menciumi Jessica. Wah nggak aku sangka, ternyata si Selly ini biseks dan Jessica mungkin karena terbawa oleh Selly juga mengikuti saja. Kedua wanita itu pun terhanyut dalam permainannya. Aku dari sofa cuma mangamati permainan mereka. Selly kemudian menciumi seluruh leher Jessica dan Jessica pun meraba pantat Selly. Kemudian Selly mencium dan menjilati buah dada Jessica. “Ohh.. uchh.. sshh”, hanya kata itu yang mencuat dari mulut Jessica. Kemudian Selly pun turun ke perut Jessica dan kemudian menjilati dengan rakusnya. Tak lama kemudian Jessica rebah di atas spring bed dan kakinya diletakkan di lantai. Selly kemudian menciumi seluruh permukaan kemaluan Jessica mulai dari bibir-bibirnya. “Kamu memang pemain yang hebat sayang, mm.. ukhh.. ss..” kata Jessica. Selly pun mulai menjilat-jilat dan mengaduk isi kemaluan Jessica tanpa kompromi. Dengan lidahnya dia mulai merangsang seluruh syaraf yang ada di vagina Jessica dan dengan reflek pinggul Jessica pun bergerak-gerak ke atas dan ke bawah mengimbangi jilatan-jilatan yang menimpa pada pangkal pahanya.<br />
<br />
“Aahh.. uhh.. yess.. ohss.. babyy..” jerit Jessica saat Selly menjilati klitorisnya dan menggigit-gigit klitorisnya pelan-pelan. Tampak terlihat kemaluan Jessica bertambah basah saja. Tak lama kemudian mereka pun berhenti dan melihat ke arahku. “Wah gawat, bisa jadi pejantan buat mereka berdua nih”, pikirku khawatir.<br />
“Hey Denny.. mau gabung?” tanya Selly sambil tersenyum nakal.<br />
“Ah nggak.. aku liat aja.. udah capek”, jawabku.<br />
Mereka pun melanjutkan aksinya. Sekarang kayaknya mereka mau 69. Eh tapi tunggu dulu, ternyata Jessica mengambil tas hitamnya di atas meja dan mengambil sesuatu. Oh ternyata dia bawa vibrator yang berbentuk batang kemaluan. “Hi.. Selly.. kamu akan lebih nikmat dengan alat ini”, kata Jessy sambil memberi vibrator ke Selly.<br />
<br />
Kemudian Jessica pun kembali duduk di sampingku. Terlihat Selly langsung menghidupkan vibrator tersebut dan memasukkannya ke dalam liang vaginanya. “Aahh.. ohh.. ujhh.. ss..” jerit Selly kesenangan dengan mainan barunya. “Hai Jessy.. mainan ini bener-bener dahsyat shh.. ohh”, katanya sambil merem-melek. Jessica pun tersenyum di sampingku sambil mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tidur. “Lebih dahsyat pake ini..” sahut Jessica. Wah diperlakukan demikian tentu saja kemaluanku bangkit lagi.<br />
<br />
“Mau lagi Denn?” tanya Jessy.<br />
“Tidak!” jawabku.<br />
“Sure?” katanya sambil mulutnya turun mendekati batang kemaluanku dan dia pun nmenjilat-jilat biji kemaluanku dari bawah ke atas. “Please relax Denny”, aku pun sambil tiduran menikmati jilatannya. “Ahh.. ouckhh.. shh.. aku hampir keluar Jessyy..” jerit Selly saat dia mencapai orgasme dengan vibrator.<br />
<br />
Jessy pun sudah nggak menghiraukan jeritan Selly. Dia sudah asyik dengan kemaluanku dan dia mulai menjilati kepala kemaluanku dan memainkan lidahnya di ujungnya. Hal ini membuatku sangat geli dan nikmat. “Jessyy.. sshh, uch..” dan Jessy pun mulai memasuk-keluarkan batang kemaluanku di kerongkongannya dan setelah 10 menit acara kulum batang kemaluan, aku pun menjerit, “Jessyy.. aku mau keluaarr..” dan air maniku pun bercucuran di muka Jessy. “Ah enak sekali”, kata Jessy sambil tersenyum genit. Akhirnya kami bertiga pun tertidur. Sampai akhirnya sekitar pukul 6 pagi terbangun dan kami beriga kembali ke tempat masing-masing.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFvsdQc8sAnEpfqyD4fPiruWsvRefm0KLbD1NOj8daKyQAO0bcillAuWVDa32BELN5F6BEgCL6kHH_oH8BXiR9xp4SRareZZHE5YYe4AWCSE-2QGxOOZLy3RdhA0SHILIE2nIgSF1CuQo/s1600/iklanpkr-728x90.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="76" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFvsdQc8sAnEpfqyD4fPiruWsvRefm0KLbD1NOj8daKyQAO0bcillAuWVDa32BELN5F6BEgCL6kHH_oH8BXiR9xp4SRareZZHE5YYe4AWCSE-2QGxOOZLy3RdhA0SHILIE2nIgSF1CuQo/s640/iklanpkr-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://www.rajaremi99.com/"><img border="0" data-original-height="106" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnKnj8uR4VroAb2TijT4f2jN3Spi_dkv7LT1pnJhgrFy2UaEL4nBKl2P32JsU5YNCfj8ibWDeKaSL8v0etjCFF97_CyBMo_h6BdXnsvQ3khm1zdBYA4uok2ofOH_VY3p5jk3XdGeiY_hM/s1600/daftar-POKER.gif" /></a></div>
<br />
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-70126496049447980832019-05-04T19:23:00.001-07:002020-05-22T19:27:36.136-07:00Keseksian Tante Ratih Membuatku TergodaCerita Panas Paruh Baya ini Berudul ” Cerita Sex Keseksian Tante Ratih Membuatku Tergoda ” Yang akan membuat nafsu birahi seks anda meningkat gan/sis . .. ngecroooot dah.<br />
<br />
Cerita Sexs – Siang itu begitu panas udaranya, membuat jalan di depan rumah sepi sekali. Tidak ada satupun orang yg keliatan. Mgkn pada ngumpet di dlm rumah masing2. Saat itu aku hanya mengenakan celana pendek dan kaos singlet. Kebetulan rumahku jg sepi bgt.<br />
<br />
<span style="font-size: large;">Cerita Sex Keseksian Tante Ratih Membuatku Tergoda</span><br />
<br />
<img alt="Hasil gambar untuk gambar cewek bugil" height="320" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT8yiAYniedQw5XroHJYzlftNtqTvo9NhEE95BnlKCWZDExYXyt" width="320" /><br />
<br />
Krn g tahan aku beranjak untuk membeli es batu di tetangga. Saat melewati rumah temanku, aku sedikit tertegun melihat sesosok wanita paruh baya. Ya, Namanya adalah Tante Ratih, mama temanku. Saat itu tante ratih memakai daster yang seksi sekali. Tampaknya dia tidak memakai BH jg, krn putingnya tercetak jelas.<br />
<br />
“Siang tante” sapaku padanya. “Eh, leo mau kemana panas2 gini??” tanyanya. “Mau beli es tante, buat ngadem..”sahutku. “Ohhhh….ni tante punya es, gak usah beli deh, sini aja…” kata tante ratih. “Waaah boleh jg nih tan, okey deh” seruku. Kami berdua masuk ke rumah. “Bentar ya tante buatin es nya dulu…” kata tante ratih. “Oke deh tan, makasih banget lho…” sahutku. Mataku tidak bisa diam dan mengekor mengikuti goyangan pantat tante ratih. Astaga…begitu terkena sinar matahari, daster itu jadi transparan..<br />
<br />
Aku bisa melihat belahan pantat tante ratih. Saat itu pikiranku mulai kacau. Kontolku jg perlahan bangkit. “Nih es nya” seru tante ratih membuyarkan fantasiku. “Duuh, makasih tante. Kok sepi banget sih tan??” tanyaku sambil meneguk es cincau buatan tante. “Biasa lah, kalo jam segini masih kerja semua” kata tante sambil mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya. “Emang gak takut tante, sendirian??” tanyaku lagi. “Ahh, ngapain jg takut, khan siang2 gini…” jawabnya enteng. Lalu obrolan kami berlanjut tentang aktifitas sehari-hari. Dan, tentunya mataku masih sibuk meneliti paha tante ratih.<br />
<br />
Tiba2 tante ratih mendekati aku sambil berkata, “Dari tadi tante liat, km ngeliat ke bawah aja terus, emang ada apa??”. “Busyet, ketauan deh” gumamku. “Oh…eh…nggak apa2 kok tante..” jawabku sebisanya. “Km liat ini ya??” kata tante sambil mengelus2 pahanya. “Alamaaak, harus bilang apa nih??” batinku. Aku hanya tersenyum saja. Tiba2 tangan tante ratih menyentuh kontolku dari luar celana. “Nih buktinya kontolnya ngaceng tuhh…” serunya genit. Aku hanya diam saja, seperti orang kena hipnotis. Entah siapa yg mulai, tau2 bibir kami berpagutan. Tangan tante ratih g henti2nya mengelus2 kontolku. “Ehm….aah…..” desah tante ratih ketika aku jilat telinga dan lehernya. Tanganku tidak tinggal diam.<br />
<br />
Aku sibak daster tante sampai keliatan memeknya. Lalu aku usap2 memek tante ratih dan aku mainkan klitorisnya. “uuuhhh….leo….enak sayang….terusin…..ahhhhhh” tante ratih terus mendesah. Aku pun menyudahi aksiku dan mulai berjongkok di depan tante ratih. Aku jilatin paha tante ratih sampai ke selangkangannya. Aku jilat juga memeknya….harum dan sedikit asin rasanya. Rupanya memek tante ratih udah basah. “Ah…..ouuuhhh….sssssshshs…terus sayang, emutin itil tante….mainkan sayang…aaahhhh…” tante ratih mendesah2. Aku mainkan itil tante dengan jempolku, sambil sesekali lidahku menyeruak ke dalam memek tante ratih…”Ah…..leo….pinter kamu sayang…..ahhhh….” tante ratih semakin meracau. Aku buka daster tante ratih hingga dia telanjang di depanku.<br />
<br />
Aku remas tetek tante ratih, aku mainkan putingnya….Lalu aku jilat n kulum bergantian. Kemudian aku cium tante ratih sambil aku masukkan jariku ke memek tante ratih. Aku mainkan untuk menyetuh G-Spot tante ratih. “Aaaaaaahhh….leo, tante mo dapet…..uuhhh..sssst, gila kamu leo,,,,aaahh” tante ratih semakin menggelinjang dan akhirnya bergetar. Nampaknya dia mengalami orgasme. Langsung saja aku jilat semua cairan tante ratih lalu aku kulum lagi itilnya….”Hmm….nikmat bgt tante rasanya” seruku. “uhhh…..ssshhhh…enak bgt sayang…..”seru tante ratih sambil memejamkan mata menikmati orgasmenya. Akupun duduk dan kembali menikmati es cincau punyaku.<br />
<br />
Tante ratih perlahan bangkit, lalu menghampiriku dan melumat bibirku. “Oahm….sshhh….” tante ratih mulai mendesis lagi ketika aku kulum putingnya n aku remas teteknya. Tante ratih mulai melepas celana pendek dan CD ku. Lalu tangannya mainin kontolku. “Ah….”seruku sambil menatapnya ketika tante ratih mulai mengulum kontolku. Rupanya tante ini sangat profesional dalam blowjob. Sesekali kontolku dikocok dengan kencang, lalu dikendorkan lagi sambil dikulum n dihisap. Buah pelirku jg tak luput dari jilatan dan kuluman tante ratih. “Oohhh….enak tante….terus….jilat n sedot lagi tante….aaaahh” seruku mulai tak karuan.<br />
<br />
Tante ratih bangkit dan memegang kontolku. Lalu tante naik ke kursi dan mulai menggesekkan kontolku ke memeknya…dan….slep…bles, kontolku masuk ke memek tante ratih. “Ahhhh…..”seru tante ratih. Tante lalu menciumku sambil mulai menggoyang pantatnya…”aihh….oohhh…ssshhhh…enak banget kontolmu leo….” serunya. “Ohhhh….iya tante,,,,memek tante jg enak, masih rapet n anget tan…aaaahhh” jawabku. “slep….slep….plok..plok…plokk, suara kontolku beradu dengan memek tante ratih. aaahhhhh….nikmat tante…” seruku. Tante ratih berhenti dan mulai menggoyang pantatnya dengan gerakan memutar yg erotis sambil meremas2 teteknya….aaaaaauuuuhhh……tante……enak bgt……” seruku lagi. Tante ratih memegang kepalaku dan ditekan ke arah teteknya…aku hisap dan kulum tetek tante ratih….”Ahhhhh…sssshhhh….sedot terus sayang…..aaaaghjhh” rintihnya. Tante ratih berhenti dan melepas kontolku.<br />
<br />
“Ayo sayang sekarang doggy style” sahut tante sambil nungging. Perlahan aku masukkan lagi kontolku ke memek tante ratih….slep…slep….crok…crok…..” pahaku beradu dengan pantat tante ratih. Cukup lama di posisi ini, tante ratih minta ganti lagi. Tante lalu duduk mengangkang di kursi. “ayo sayang….tante mau nyampai nih….” serunya. Aku jilat lagi itil tante ratih sebelum aku masukkan ****** aku lagi. “ahhh…tante….geli banget ****** aku…..hhhh” seruku. “Ahhh….iya…aahhh….kontolmu kuat juga ya…ohhhhh…yeesss…sshhhhh” tante ratih mulai meracau tak karuan. “auuuhhh leo,,,tante mau nyampai nih….hssshshs oooohhhh…” “iya tante leo jg hampir nih…..” tak lama kemudian tubuh tante ratih mengejang…”aaaaaaaaaaaaaaahhhhh……shhhhhhhh tante keluar leo….” jeritnya.<br />
<br />
Memek tante berdenyut2 dan membuat ****** aku semakin geli…”ahhhhh….tante……crot…crot….crot.. ..crot…tak kurang dari 4 kali aku semprotkan sperma aku ke memek tante. “auuuuhhh..ssshsh leo sperma mu hangat sayang…..” sahut tante. Tubuhku terasa lemas sekali. Aku biarkan kontolku di dalam memek tante ratih untk beberapa saat sampai lemas. Lalu aku keluarkan kontolku dari memek tante ratih. “ahh…enak banget tante….” kataku sambil memejamkan mata ketika tante ratih membersihkan sisa sperma dengan kulumannya. “Makasih ya leo…tante puasss sekali…” kata tante ratih. “Sama2 tante….memek tante nikmat bgt..” jawabku. “Kapan km mau, kalo rmh lagi sepi, datang aja kesini ya…” seru tante sambil lalu mengecup bibirku. “Beres tante….” jawabku sambil meremas teteknya. Aku lalu berpakaian dan keluar dari rumah tante ratih stelah sebelumnya kami berpagutan lagi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="76" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8BHqoEqCm_FLD4CjjS0MdsT-9PrUsPaM3eCHj4b5yw8NOniS8JTeKpc_C9ysA8tfFWpl8ZG1RWoloP86jJyOfl8W_MpPZaqdH4oo2gZ4LlAsv7IbUJNT2kQELwR486XH1vlMYr6wAcw8/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgejQ7SJ5fcx4prTxRgtt7uqFMm_jQYp8u8fbaOjB9-ssdxo_MEDU4o0dVHxfklwNpJ1jit4HuOfIphOpxlf4OFYdOCgGp9L6JNpy68izZZXhnkLgmPGStI4bR3a3KDvNUyYn015wf6WDY/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-13607304083500718982019-05-04T19:18:00.001-07:002020-05-22T19:29:48.354-07:00 Tergoda Janda Kembang MenawanCerita Mesum Bokep ini berjudul ” Cerita Sex Tergoda Janda Kembang Menawan ” Cerita Hot,Cerita Dewasa.<br />
<br />
Cerita Sex – Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah.<br />
<br />
<img alt="Hasil gambar untuk gambar cewek bugil" height="400" src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxMSEhUTEhMVFRUVFhgVFRUVEhUVFRUVFRUXFxcVFRUYHSggGBolHRUVITEhJSkrLi4uFx8zODMtNygtLisBCgoKDg0OGhAQGi0lHx0uLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0rLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLf/AABEIAQMAwgMBIgACEQEDEQH/xAAcAAACAgMBAQAAAAAAAAAAAAAEBQMGAAIHAQj/xAA6EAABAwIEAwUGBgEDBQAAAAABAAIDBBEFEiExBkFREyJhcYEyUpGhscEHFEJi0fAjM3LxFkOSsuH/xAAZAQADAQEBAAAAAAAAAAAAAAABAgMEAAX/xAAhEQADAQACAwADAQEAAAAAAAAAAQIRAyESMUEiUWETcf/aAAwDAQACEQMRAD8ACgjRkca0gai2MXnm4gfFooo2I9zNEO1uqrxPslyro2Y1TsavGNRDGrSZT1jFI1qxoUrQicjGtUzGrxrVM0LjmY1q2stmrWV9kTjHPACXVNf0Q1bWE6BAkrPfL8Q6kJfWlLsR4pbTjvHX3QdSkvE3EIhBYw3kPy8SufTTueS5xJJ3JXQqfZzwteKcbTyk5LRjw1d8UilxOYm/aPJ65igoWEmwTuk4dleL2VevoEm/Q74K4wkZKI55LsPNx9n16LpuHcQU8xyslY49AdVx2fhGZrSbbapCwPjfuWuB3GhBC5P9AqWvZ9LLRyqXAHFH5mPs5D/lYNf3DqrZKUyei4QyFBzlESvS+olQbCaErEIZliTyDgLC1FMaoYGotjVlNxqWqFzbFF2Q8o1Rl4xaWrCSNqna1asapWrYYj1oUrWrxoUrQiE2Y1ShatC3AROPDok2I1VzYI/EajK1IXOuoct/EMkeJNxHi4gjNvaOjR90zq5wxpc42AC5djeIGeUuO2wHQKUT5MZvAOWQvcXONydSV62O6yNqeYFhD5TmDc1uV7ei1ekIlrG3COAZiHvHkF0OkoGi2gSrAJSHCN0Lm+N7hWtzQ1ubkFB6zUliIJKYW2XNeO+Hst5mDS9z4K/jG4zoGSHyYVpXhsrHNIIuNnCyEto5rVhxzAsQNNMyUcjqOoO67pDWCRjXtNw4AjyIXCMVpezkez3Tp5Lo3AWIl1KGneMlvpyVW8MzRZ6iZLppVtNJdQFSqtOSNV4vbLEocJYwimKCFFsCQ1GBqHqGo5rVFOzRczjWHYKdoUFLsiWhbJeoxNYzZoUrQtWhStCc49AXkj7C62SvFKnkEtPFpwDWz5nFCudZeOclWO4iImHqdlketlBFxnitx2bT5qnsFyia55cbk6nVQsFh5rTE4hG9CqWK58ArdgmPNhygROLSbAi2pHS614RwwObdwvdXSlwGED2AfAgJapbjNEQ0tRPBXMe0uaC0gAkOFiAU6imvED1CQ1sIaQxuhdp6DkrAIO4G+Ck330UzrsTHiGCN+Vzmt5Jk+pZK27SHDqEkruGmSEXJFr2t4ixUmG4P2Di5pOU27vLTmAi317Ozs51xvT5Khx94I3gCW3aN8ivPxJP+Rp8EPwAe9J5N+6ZvYIWssvaxarZRFNbLFtZYidhLCEZGEJCEVGlNLCGrHtWRqRwRABwDUhFNCgaLO9ESwLTxv8TNyLKN2hSBagLZVENJX2F1W6l+ZxTmscSEjkNlHlDIPIVSOJ6nPKGg7fVW+qlsCSqHUygyknqSVKF2MxXVb2WzGc0NJJdxPipO17q0oQ6PwS+8TV0SigFrlcx/DqTuW8Vf5a7K3U6LPXTN8vZQNI8/mcxFxctFv0gc06iq8ziMpFuux8lWqasJcSBfrYXT2jqGu0uCbapBnOBTzdBVcwAU00wAVZxvEsoK5sMlF/EGsDpgByCm/DwayHy+6qmLVJklc49Vcvw+ZZrz1IVWsjDFdeVtlzC2WoWwUTj26xerFxxNG1FMQsZRcaCNLJ2KUhRNUrURQaTceaIaFpO1SxagFX4X8I8q9M2C1lUgUVU8AXVtIkVSBlVbrXaomuxEnQJTLUAbrNyWn6HlA1QbmxOw2VGxoEPNkZjeIO7f/GTp4oRzHuu9/wA+aPHOdnMTELLqWokBOgUQWgQuPAtXluPFXyqjMoDQbLk+DTFjrj4Lo/D+IiSxvss3IuzXw10N6WldENAQd7tP2WghIf2mYg7nxTJ1U226Q4viTRexU2+sNPk2E4hiVhuqPxFindOuqixLGb31VXrakvOqbjht9keTkUroHbqV0rguDLDfquc07dQur4FFlib5KvKzHIzC3atApGqA5tZYsWLjiWIIuNDwoqNBGlkzFK1RtW7XJhWbSN0SerzNdcOI8PFHV1cIxulE9e15SOkmCpbklZXyj9QPmEBiuKSWtYH5KKoqVJTYWZW5i61/C6D5KfSZOeNvvBK/EXc2W8b6JZXYsLZWd550AGqsFXwa551mdboGgfdMsC4Nijv73vEapkv2UUtFHosHLAZJfady6XRda6FzCHWsArPj+Bvjuf8AUa7QWFi3wXNsYjfYgtI10PkjLp12GkpQnqmNDjlNxyUTN0VHRPJsGG52FlPDhMl9WkeYWvySMmNkLZO8j8NrXxuOUqaXBDbQ6+SG/Llg1GqnVTRaIqXo1qOJ5ALXSSsxaSQ6k26KCQXKjc1dMJHXdM1dKea0Ll683XgBVSAVhsZfIxo5uC67TMytA6BUXg/CCXCRw8lf2NWfkrWPKNmqVi0AW4Uxjay8W1l4jpxPCiowhYkZGUqNLNroDEcUEY+y2xGoyBU+tqTI+3IbpLvOkNE72w2oqjJq51ugCGjfbUIWqu0fL4omMWCiVN4GFzrK5YVHlaByVewilzd7YE/FW+kgtZW45+k7DooAQhZTlOilNUGNd4An4BLPzQc7TVVqlgky/Y0miD22K5dxXQmJzg7mczfEHp6rqMLrhK8fw1krGOcLljrjyOhH0QYCi8L4c6R5mkFrDKweHMqw1OHA8k1p6cNFgvZm6JK7ORVZ8PA5JDi3ZN9oXPIDdWrGZgxpd0CpFBAaiTm4k7fQJJXejN/oQytu6zGEk7NALj6AKKuoJogDLFJG07F7HNB9SF3ThThNsID3NGc/IdFZ6uaJrcrw0jaxAIPoVrmuuyFR/T5Xa26cYdRbEi46dV2Kr4fopCSynY0nmwZb+g0Xv/Qzst2AW6O0KF8rfUnTxZ2yp4dXOsAGBoRv5x3kj58Clj3jPoL/AES2ZhabEWWOqpFlEkzJ3dUSyoPNAMeFMClVvQuEMRIOqxLLLFX/AEJ/5D2JFRoOIothTodiviR4EfjfRVqmZbU80y4rJEjb+ydvTdA17yAC0aKVLdZWF0iB0mZ2ULfECYm9/S+3qhsHmDpTfcI7jN2anaejrfJGY1DV7HmCPuxo5K30TdFQuFKkPjbfdX3DXXC0QS5Ci8ccTmkqOzaNXR3udrEkfZS8HVvaMHPQJL+KmHOdVNk/SIgPXM5C8D1eQ5eht80lJey0puWmdcgtZAY1Utjac2xF1LTlxSDj6ImKOxt37HyIP8I0+iKns2p8QFlK+sBCrUFSAAFLLWaWG6zebO8OzfHIhMwszWvuegRGBmGlAyNuep3KVh/Mlaie5DRveyKpjrjLeMenl7sTfU7BEU+ByyG8ryT4bIjh6maxobzO5VrpoPBaIh17J1+PoAwzB2R6ga9TqU5c3RQ4hWxwRmSQ2A+Z5ADmSkFfxI46NYfIWc71se6fBV6nollPsbVTQUvn4fZUNOcW9021Hqt8Mf2guTbqHaHXwVjgZouzfYPLEcbxjBH08lnbcjbQqABdgrqdkgLXgOB3BXOOMcH/ACnfbcxu0aTu1x/SVn5OHO0Vm96YjLh1WIQMWKJXwLLCi2IKEoyMq6JgOPYf20dv1DVp6OGyQ4PLe7JBt3SDyI3CuKRYzhhBMsQ736m+8BzH7h80RpfwqvEWDvp3ieHVt9R0vyPgoq7ERNALddRzB8VaKSobLE5rtQQQQdwVQq2EwvNtr6jqEf8AhVf0f8Gz2Jb0K6dhUnJchwOqayRrwdHaf8rpOE1dyDyRhi3OkfHeGdrC53NgzLnXCJBqC087f36LrHEDiaaUtGYiNxDeuh0XFOF6h35ppOl/5B+y6p9jReYv6d5om90JPx3EPy2pt3m6+qc0DrtHkq1+LU2Wi05yMH1PLyVHOzhn8sZSwxgBIJJCgNYQdVHg8REGZ279fTl/Pqh6k21WNzjw1cfc/wDQmWuKtHDWGEjOVTcHiMsoFtvquuYLTWaGjkFSI7By14roZ4bTagpxjOMxUkLppnZWtGvieQA5k9F5RQhouVyr8RJJK6pjY14FPGfZubvdzda1vAeZ6rQ3MLsypO3hNTYhLiswmlu2nY7/ABRA2BcD7T7b2XScMomtaNB8FTcDpyzLpZo0AGlle8LnzaKPH29ZXn6SlfAl9K21wBe3MBVx+PPleY47hjNHO5ud08h9014jrzHEWx/6kncb+2+7/QfOyR4Lh4YAANPHUk9Seafkp9SifHCx0ywYfCbAlLPxDaDQvB3uzL/uzCyslI0ZRZVbi28sjI/+3H3z+5/IeQGvqmr8ZEj8rKdFhndHkPosT3sz0WLFhs0UQo2NAQlGxqyIMIBWsuy8DlDM9FnJCyooGDUaak6b6/VUPiuQxvDQA7ML357rodTJZc4xw9rV26WH9+KafYXuElJgkojEjdQdS3n5jxVh4exU3DCfIlNqMARgeCCmomF17WJ3I68ig/ZbjfRdaVpLbkgiy43QNAqu6LDO6w6C5suqYTi8MURzEufawZzv4qhS4e5lS0ke2XOBHMk3P1XXS+B403R1HC5e423RV/8AFBnawww83zN/8Wgk/JOcEJAAyk6dOiTcYVGaeJtvZaT6uNvsU7rJ0koVXgrrcPywgNGw5dAqhWDl9TYfFdfwiibJHY6i1rLlPHtEYqgwjYAONvG9gk8PTKTaSf7HXBOH7F1rjX1J/iy6dhEC5hwrO5oYQDawB9NF0WTFhHAXtsSBoOrjsF0Ului8sU8FH4i8UOiy0lPrI8XkPuRnYebvoEkwCjLnXfqVLQUJmkdLLrI51ydh5W5AbKxUWH5Xaaf3klp+b34Nk8Sz6NKakAaNFu/EI6e2d3ed7LB7TvIdPFVTHuMXNJgogJJBo6U6xsPQe8fl5qotwyvbJ+Ye7tHXucztT4Dp5BVp9dEZnX+R1iKF0j+0k3Ow5AdAmkUKqGE8XxWDZQ9r+mUn5jRM3Y655swZW9f1H+EFUpAqbbLE6tEYN9+QG6SuZmJJ3JuVrCL6lFRtQe0L1JB+XWI/s1ibwF8mc9hKLjclsbkUxyiWC+0WsjlFdaSOQOSA6+WwKoFM69Q53VxVxxmSzSqfQRHP5lPLGfZcqWW6PEKgwqMW8k2YNVzGnoXU9H3rppitIAIX2F2PDvQ6O+R+S9jaAbraWcPOX3VyWlF2x1hktnOttc215Ks1AFRWuFu6yzR0cBzHhcu+CCcHuqGta93ZX1aPZv0v9k+r5WwPMmW4aLWGh0ufuqOm138FXF4PfrQ4pYm07XEmzGi//wAVdOHsqnOkkYCXEnXcDkL+VkrqMdkqnZbZIwbht7knq4+HRWmgZlYEN8ni9E3sLv2wChwNsAcYzc6lrXbA9L72ut8Ga6cCR4sQSHM5MePaFv7ojZZ0iraxxcWx6F2hI0NvRc0kzk6Y+qGxteLEDwGpJ8AEi46qZnQMbG8sDn5XW0LhZ2hO4Gg2TDCcPyi51O5J1PxUPEQBEQtvIB8Gu1Q8tei58EHDuGhjbW1T+pPdshacZfot5ZBf1U9wdrWBx0veBAVgoobWugKdtynNKxCVrBddB0DUdExDwtRkYWiUZmbZFimyrEwpyVjlOx6Bjcpu0WU1BmdauksoGvQ9TUWQCA4q66W4bDZxKOmaTupaKD5JkcOMP2CatagqKK1kxTjIjkeGtJ8EgFWXEMabF+591nM+aY43PliJQPD9O1sBmkPekNh+1jeQTpFvSCqytZTsZl1e45Y29OWY/NC4zVuEViSS7c/VITUdvWNts06DwCZ4y/O9jBvq4/GwSt6WpKUg3hulvYnzP8K2uk0sk2DxZWphK+6efxkwW/KgeqkvtzWmHUneuphHcphSR25KbehbxBUcdmpDxF7UXgSf/UKyXVV4rmtY9EfSEn2BOn73x+61D7nySyKfMfC5TKmj1Ki3pYcUA2T2lYlFCxPKYKkIz2+w2JqKjah4kXGromyXKsXoXq4U4a2RSdsAl7HkqZgJ3WU2E5qCVjW33XkbEQAuB7IsiJpotfVeNZoiKdmyOjDKmCMDFBANkexqrKE8sKzxMDkDOpA+JUGKztjywNOtg22mgtd1+m9k9xKiDnxE2t2jQfU81T5KiM1Mk0nsNcSeRt0HmqOWjXxUqz+aecCMH5iaSTRscb9xfkRf7qSgd2kjn29o6f7RoP59Uoo609m9rQGmdxc+36Y73DAfH7eKsmERBoCm/SQlvtssFLoAEQ5yFhfzUsb7ldT6M/0KgamMVkBEbKds1gb/ANukQK7CZJdFSeKp8xt0T6rq+hVWxQF5/vNCn0GV3pFhkZIHgfqrDRxXS+gh0AT2jhsllBth9HGmsDUFSsTKIKyIMKiCKjCgjCJjCdCM3ssW+VYiA+fY0TGhoyimlZTWiZhRMaHaVMwrgoma65RlOxDQNRrCikc2FwlFGew1QLTYKKd+irLwHjp6/EW9oGOsBe97dGuGvxXL8Qc900jL9zPc+PRWniGbK4OG/P6Ks15DHOA1L+8D0v18lWq0tOTJLh7u9f8AuitNFUaKnUb09oZTYKL9iU9LVFUbIqB6SU0nVHxSJGxRo6dbPm0S5j1NmugKRSuzKAU9z80bCzRSxQWPwRw7TSCDZNqeNaxwaBFxsRQjYRTtTCFqEhCMjVEIwqMIhigYp2BMhGTXWLVYiA+eYnIphQEJRkZWc1aFMciYSgmFGwIDfA+FEgoNm4RLTZUmRGTZlBJc6BZJKEulrrbH1VPACrATFyCSzdU7ESM1hy5o/E8Tyvfc68h4pNHJmNzzStYV/wBNWBtMxOaRLKQJlApsXRxTFHQnRK4H6JlTDRKcwyMoqJuiFhamEQ0RwVskbEiWRrGN0U8bU2CaEwsU7WrWIIhgRAbxhExqJrbLeNyYAUwqZigYVMxyZCMluvVrdYmAfOsR0REb0vilKLY9QaNCD4yjYSlsT0ZDIlHGAdZY+ewUAm6qCs9m906AaTVN7m9glVfiDY2Eu57eax7yqxxJWFzsnIfVXjslyV4gUz8zs3XVFU5S+Eo6nK6xON72OqY6BMoSlNMdEzp3LMy6Yzg3TemGyV0oTaBKFhkTUbDoELCUTG26ZCMYRWRMQCDjRlOEwAtoU8ahaVOwIi6ShbsBXkRRzGJgELVI1SBqj2KOCsmWLTMvEQYfN8aJYdFixSLoKgRkRWLEpT4TqOr9hYsRRwolVJxM/wCR3mvVi0cZn5/RrCjYOS8WLrF4hrTppSrxYszLjiiTeHZYsQQQ2BHQrFiIrCmJzgsLXE5hey9WJ0K/QRiELWkZRa6yEXWLERWMIYhpopGrFieQM2O6jfusWLmAxYsWIHH/2Q==" width="298" /><br />
<br />
<span style="font-size: large;">Cerita Panas Tergoda Janda Kembang Menawan</span><br />
<br />
Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar. Namun aku tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll. Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya. Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya. Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal. Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan. “Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu. “Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku. Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Sri. Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan. Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri. Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya. Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku. Aku mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Sri tetap tertidur. Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya. Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu. Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu. Sri membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang. Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur. Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat. Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Sri mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat. Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Sri, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya. Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri. Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri. Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang makin membasah. Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu. Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Sri yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, “Sri, terima kasih, terima kasih..”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-18418048460983539882019-04-04T21:10:00.001-07:002020-05-22T19:31:27.736-07:00Kusetubuhi Memek Mama Kawanku Penuh Gairah<span style="font-size: x-large;">Kusetubuhi Memek Mama Kawanku Penuh Gairah</span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek semok" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTF09ZsS-dFQg-2f__U6XSzr66Fesxvx2P10V7wXCr_FCyHSyN6BQ" width="299" /><br />
<br />
Cerita sek – Yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari.<br />
<br />
Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan menghayalkan mama kawanku ini.<br />
<br />
Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya menghayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.<br />
<br />
Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban “Ya”, lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena balum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita.<br />
<br />
Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.<br />
Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, “Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?”<br />
Dengan terkejut saya menjawab, “Saya tidak melihat apa-apa, Tante…”<br />
Lalu Tante Nita berkata, “Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante..”<br />
<br />
Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.<br />
Lalu Tante Nita bertanya lagi, “Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?”<br />
Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, “Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante.”<br />
Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.<br />
<br />
Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.<br />
<br />
Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, “Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?”<br />
Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, “Terserah kamu sayang…”<br />
Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.<br />
Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, “Tante, bolekah saya membuka baju tante..?”<br />
Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, “Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya.”<br />
Dengan terbata-bata saya menjawab, “Terima kasih Tante…”<br />
Lalu Tante Nita berkata lagi, “Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya.”<br />
Lalu saya menjawab, “Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita.”<br />
<br />
Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.<br />
“Uuhhh… ahhh..,”<br />
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.<br />
<br />
Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, “Aduh, Nita… saya sampai nih, uh… uhhh… uuuhhh…” Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.<br />
<br />
Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, “Endy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih…” Dengan tenang saya menjawab, “Iya Nita..,” dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih.<br />
<br />
Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.<br />
“Endy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah… ah… uhhh…” desahnya.<br />
Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.<br />
“Uhhh… Tante sampai nihhh… ayo terus Ndyyy… ah… ehmmm… nikmat sekali.”<br />
<br />
Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita.<br />
Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, “Ahh… ahhh… auuu… ehmmm… saya sampai, terus Ndyyy… uhh… ahhh… aahhh…”<br />
Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.<br />
<br />
Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.<br />
Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, “Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu.”<br />
Dengan terkejut saya berkata, “Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang…” Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, “Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya.., nggak apa-apa deh… tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!”<br />
Lalu saya tersenyum dan berkata, “Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita.”<br />
“Kamu harus ingat janji kamu yach… sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu… khan kamu mau barbeque khan..?” kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.<br />
<br />
Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, “Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?”<br />
Dengan tenang Tante menjawab, “Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman.”<br />
Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali.<br />
<br />
Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante nita, tetapi yah…<br />
<br />
Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, “Aduh, hari ini kok panas sekali…”Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, “Mas Endy ada telpon tuh..!”<br />
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, “Halo..?”<br />
“Ini Endy yach..?” tanya orang lawan bicara saya.<br />
Saya jawab, “Iya, disana siapa yach..?”<br />
“Kamu udah lupa yach ama saya..?” dengan logat memancing.<br />
Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, “Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!”<br />
“Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi.” kata lawan bicara saya lagi.<br />
<br />
Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, “Oh, ini Tante Nita yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih… Tante sich main-main aja…”<br />
Lalu Tante Nita berkata “Nggak mood yach..? Jadi sama Tante juga nggak mood donk..? Tadinya<br />
Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh..”<br />
Dengan cepat saya memotong, “Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?”<br />
“Kamu tenang aja deh… pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?” tanya Tante Nita.<br />
Tentu saja saya menjawab, “Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!”<br />
<br />
Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.<br />
<br />
Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab.<br />
“Iya, bentar…” lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.<br />
Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.<br />
<br />
Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.<br />
Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, “Jangan di sini donk sayang..!”<br />
“Dimana Tante..?” tanya saya.<br />
“Di kamar Tante aja…” kata Tante Nita.<br />
Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, “Jadi, tunggu apa lagi Tante..?”<br />
<br />
Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas.<br />
<br />
Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya.<br />
“Aduh enak sekali, ahhh… uh… sttt…” desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang.<br />
Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu.<br />
<br />
Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang.<br />
“Aduh, nikmat sekali… sungguh… geli tapi… ahhh… uhhh… terus Endy…”<br />
Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit.<br />
“Aduh saya sampai Ndyyy… segera keluar… ahhh…”<br />
Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.<br />
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, “Endy… biarkan Tante Nita istirahat yach..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali.”<br />
Saya segera menjawab, “Iya Tante…”<br />
<br />
Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya.<br />
<br />
“Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?” tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.<br />
Tante Nita menjawab, “Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan..”<br />
Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan<br />
Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya.<br />
Tante Nita segera menjerit, “Aduh… sakit sekali… pelan-pelan Ndy…”Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita.<br />
Tante Nita lalu mengerang, “Aduh sakit sekali… biarkan tetap di dalam Endy, aduh… ahhh… ehmmm… uh…”<br />
<br />
Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.<br />
Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, “Aduh… sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy…”<br />
Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan.<br />
<br />
Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, “Aduh… saya sampai Ndyyy… akan segera keluar nih…”<br />
Saya menjawabnya, “Sebentar lagi Nita, sebentar lagi… saya juga hampir sampai nih…”<br />
Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, “Aduh… ahhh… aku sampai Endy… nikmat sekali…”<br />
<br />
Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.<br />
Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, “Saya sampai Tante eh… ahhh… nikmat sekali”<br />
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua.<br />
<br />
Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.<br />
Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku,<br />
“Tante Nita minta maaf Endy… tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu… sungguh Tante Nita minta maaf..”<br />
Tetapi saya segera berkata, “Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!”<br />
Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, “Iya… Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi..” dan saya mengiyakannya.<br />
<br />
Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan caracara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-37211897680213611142019-04-04T21:07:00.001-07:002020-05-22T19:32:22.496-07:00Ngentot Dengan Ibu Guru Yang Masih Perawan<span style="font-size: x-large;">Ngentot Dengan Ibu Guru Yang Masih Perawan</span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek semok" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSLxkZ3aXl7D2cBRbD0AsEh1vgcDOtqrReZqTYr3D9oRPwY49P_jw" width="337" /><br />
<br />
Cerita sek – Namaku SM dan sekarang umurku baru 18 tahun, dan perawakanku tinggi 170 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dankisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku. Tahun 2015 yang lalu… Saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di tanjung pinang (kepulauan riau).<br />
<br />
Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira2 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula. Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat dikantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja EKA), bu eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar,<br />
<br />
sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu.<br />
<br />
Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu guru itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu eka tersentuh penisku (karena bu eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kalas. Namun reaksi ibu eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah.<br />
<br />
Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami…Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku bu Eka dan supirnya) bu eka melirik nakal ke arahku, dan tiba tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku dia duduk paling pojok dekat dinding), dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya.<br />
<br />
Saat itu dia meminjan handphone aku, katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku entah alasan atau apalah… Saat dia memegang hp ku tiba-tiba hp ku berbunyi, dan deringan hp ku saat itu berbunyi desahan wanita saat di kentot. aaaahhhhh… ahhhhshhhhshshh… oooooo… oooooohhhhhh dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon. Tanpa basa basi bu eka bilang “apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong”. dengan nada berbisik.<br />
<br />
Yang membuatku nafsu. “jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu… ” Saat itu kupasang ear phone dan langsung aku perlihatkan rekaman videoo yang ku dapat dari temanku.Tanpa aku sadari bu eka meraba kontolku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut, “wooow besar sekali anumu… ” Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh…<br />
<br />
Saat itu dia berbisik padaku “aku masih perawan looo… ” di iringi dengan desahan. Lalu jawabku “oh yaaa, saya juga masih perjaka bu… ” bu eka: jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat… (tanpa basa basi lagi) lalu jawabku malu aku: “ngga ah bu , saya ngga berani!!” bu eka: “ayolah… (dengan nada memelas)” aku: “tapi di mana bu? (tanyaku!)” bu eka: “di hotel aja biar aman” aku: “tapi aku ngga punya uang bu” bu eka : “ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!”Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi.<br />
<br />
ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan… yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya. dan tibala saat ia melepaskan bh nya, yang ku lihat saat itu adalah toket ibu yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah. dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya dia bertanya padaku… “mau bantuin ngga… ” lalu hanya ku jawab dengan mengangguk saja. tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putis tipis.<br />
<br />
yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. da n timbullah suara desahan yang membuata tegang kontolku ah… ahh… ahhhhshhhh… terruussss… ohhh… yeahhh… oooohhhhh… au… udahh dong ibu ngga tahan lagi… ooohhhh… yeah… o… o… oo… ohhhh… tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. cairan putih ituku hisap dan ku tumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu eka suka “mau lagi donggg… ” lalu aku kembali menghisap pepek bu eka yang basah dan licin kuat-kuat… “aaahhhh… ahhh… aarrgghh… uh… uh… uh… uh… ouuu… yeah… dan di sela teriiakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya crroot… crooot<br />
<br />
di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu eka dan selangkangannya ku buka lebar2, lalu ak u mencoba memasukkan kontolku ke dalam pepeknya bu eka dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit. saat ku tekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak “ahhhh… ahhhh.ahhhhh… ahhhhh… , sakitttt… ahhh… pelan-pelan dong… ” seakan tak perduli kutekan lagi. kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi.<br />
<br />
ku tekan kuat-kuat “ahhhhhhh… aaaaaa… aaaauuuuu… , sakit… ohh… oh… ooghhhhhh… ” aku paksakan saja… akhirnya tembus juga. “ahhhhhhhhhh… aaaaahhhhhh… , sakitttttttt… ” bu eka berteriak keras sekali… Sambil aku dorong kontontolku maju mundur pelan dan ku percepat goyanganku. “aahhhhhh… auhhhhhhhh… u.h… u.u… hh… a… u… u… hhhhh.hh.h.h. h… Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar.<br />
<br />
Lalu aku arahkan kontolku ke mulutnya dan… croot… … crroootttt… sekitar 5 kali muncrat mulut bu eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putoh kenta (maklum udah 2 minggu ngga ngocok) Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu eka mengeluarkan cairan seperti darah. Lalu ibu eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu eka pandai sekali berpose.<br />
<br />
Lalu ku pegang pinggul bu eka dan mengarahkan ke posisi menungging. Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu eka, lalu ku genjot lagi… ohhh… oh… o… h.h.h.h.hh… h.hhhhh… h… hhhhhhh… hhhhh… yeahhhhh oouu… yesssss… ooohhhhh… yeahhhhh… saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan ke buritnya “sakit ngga… ” laluku jawab “paling dikit bu… ” aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit lalu bu eka berkakta “ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa… ” laluku kentot lagi pepeknya tapi sekarang beda waktu aku memeasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek ibu eka mirip dengan lumpur hidup.<br />
<br />
aku mengarahkan kontolku lagi ahhh… ahhh… ahhh… ahh… oooouuuhh… yeah… ou… ou… ohhhhhh… dan saat sekitar 15 kali goyangan ku bu eka melepaskan kontolku “aku mau keluar… ” lalu ku jawab “aku juga bu… , kita keluarin di dalem aja buu… ” “iya deeh jawabnya… ” lalu kumasukkan lagi kontol ku kali ini aku menusukknya kuatkuat.<br />
<br />
aaahhhh… ahhhh… aaaahhhhhh. ooooouuuuuuhhh… saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya crroooot… crootttt… aku mendengar kata-katanya “nikmat sekali… ” Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-49535138002851509482019-04-04T21:02:00.000-07:002020-05-22T19:33:13.742-07:00Celah Dinding Antar Kontrakan Tetangga<span style="font-size: x-large;">Celah Dinding Antar Kontrakan Tetangga</span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek semok" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTEkRU156K4yU01ruCEvDuW2G2wujhNTJ-lQFx6HaBYO_bRUtlt" width="400" /><br />
<br />
Cerita sek – Larsih, 26 tahun dan suaminya Tono, 32 tahun, tinggal di rumah petak kontrakan di samping kanan kamar pasangan suami isteri Mas Diran, 38 tahun dan Murni, 28 tahun. Dan disamping kirinya tinggal Mak Sani, janda tua 64 tahun, yang tinggal sendirian karena anak-anaknya sudah pada menikah dan berada di tempat lain.<br />
<br />
Pasangan Larsih dan Tono serta para tetangganya itu tinggal di deretan petak-petak rumah kontrakan di bilangan kota Bekasi. Ada sekitar 3 atau 4 rumah petak lain yang sejenis juga tersebar di sekitar rumah yang ditempati Larsih dan Tono itu.<br />
<br />
Rumah-rumah itu rata-rata berbentuk bangunan panjang sederhana dengan deretan petak ruang-ruang kamar ukuran 3 X 6 m2.<br />
Dalam ruang yang sempit itu para penghuninya melakukan berbagai kegiatan rumah tangganya. Fungsi dapur, kamar tidur dan ruang keluarga atau ruang tamu saling silih berganti sesuai kebutuhan.<br />
<br />
Antara petak satu dengan lainnya hanya dibatasi oleh dinding tipis yang terbuat dari tripleks. Dinding itu telah banyak mengelupas di sana-sini. Pada beberapa bagiannya bahkan juga ada lubang-lubang sehingga bukannya tidak mungkin tetangga yang satu mengintip tetangga lainnya.<br />
<br />
Secara berkala Larsih dan Tono menempelkan kertas koran di sana sini pada dindingnya untuk menutupi bolong-bolong itu sebelum mereka mengecatnya. Dengan dinding macam itu, untuk saling tegur sapa antar tetangga mereka tak perlu secara khusus berhadapan atau keluar rumah. Mereka sudah terbiasa lempar omongan diantara dinding-dinding itu. Sambil melakukan kegiatan sehari-hari mereka bisa saling bicara dari tempat masing-masing. Mereka ini memang orang-orang yang mudah dengan cepat menyesuaikan diri dan terbiasa menghadapi hidup yang serba kekurangan di tengah kota besar macam Bekasi itu.<br />
<br />
Akan halnya keluarga Larsih, Tono suaminya bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan angkutan. Hampir setiap hari dia berangkat kerja dari pukul 6 pagi hingga pulangnya pada pukul 7 malam. Maklum dia menggunakan kendaraan umum yang apabila kesiangan di pagi hari akan kena macet di jalanan sehingga berakibat terlambat sampai di kantor. Sebaliknya pada saat pulang tidak mudah mendapatkan tempat di bus kota yang berjubel itu. Dan tentu saja hampir setiap hari pula Larsih harus sibuk sendirian di rumah. Sesekali dia ngobrol sama Mak Sani atau tetangga lain untuk sekedar membuang rasa bosan.<br />
<br />
Adapun tetangga samping kirinya, Mas Diran dan istrinya Murni, adalah juga orang-orang yang sibuk. Mas Diran bekerja sebagai Satpam di kompleks pergudangan Bekasi. Dia bekerja bergilir, seminggu tugas malam, dari pukul 6 malam hingga pulangnya pukul 6 pagi, kemudian seminggu berikutnya tugas siang dari pukul 6 pagi hingga pulangnya pukul 6 malam. Istrinya, Murni bekerja sebagai perawat di rumah sakit bersalin di bilangan kecamatan tidak jauh dari rumahnya.<br />
<br />
Jadi pada waktu-waktu tertentu di siang hari rumah Mas Diran dan Murni kosong selama satu minggu karena Mas Diran kebetulan kena giliran jaga di siang hari. Dan pada minggu lainnya sesekali Larsih melihat Mas Diran yang sedang santai di rumahnya karena kebagian gilir jaga di malam harinya.<br />
<br />
Begitulah kehidupan per-tetangga-an mereka selama berbulan-bulan hingga.. Terjadilah peristiwa dan cerita ini..<br />
<br />
Peristiwa dan cerita yang penuh nafsu syahwat birahi, yang akan merubah suasana dan situasi kehidupan mereka yang tinggal di deretan rumah kontrakan sederhana itu. O, ya.. Aku lupa. Perlu aku jelaskan bahwa untuk keperluan mandi, mencuci dan kakus pada mereka tersedia tempat dan fasilitasnya untuk digunakan bersama. Secara bergantian tentunya. Dan di situlah terjadi saling ketemu, saling tegur dan saling pandang antar tetangga satu sama lainnya.<br />
<br />
Dan dari sini pulalah awal dari segala peristiwa dan cerita ini..<br />
<br />
Larsih adalah perempuan yang suka sibuk. Dia tidak mau diam. Selalu ada yang dia kerjakan. Disamping setiap hari dia membersihkan dan merapikan rumahnya yang kecil itu Larsih juga senang memasak dan mencuci pakaiannya atau pakaian suaminya. Hampir banyak waktunya dia habiskan di dapur dan tempat mandi dan cuci.<br />
<br />
Dan tentu saja tetangganya, dalam hal ini Mas Diran justru sering melihat dan berjumpa Larsih di tempat ini. Pada saat dia kena gilir jaga malam se-siang hari Mas Diran yang sendirian karena istrinya lagi kerja banyak keluar masuk di tempat mandi dan cuci ini. Karena seringnya bertemu berdua saja, mau tidak mau seringlah terjadi saling tegur sapa antara Larsih dan Mas Diran. Tidak bisa dipungkiri bahwa Larsih yang baru 26 tahun itu memiliki daya tarik seksual yang lumayan. Ibarat kembang Larsih ini sedang mekar-mekarnya dan ranum.<br />
<br />
Semerbak bau dan tampilan tubuhnya bagaikan madu yang mampu membuat mabok para kumbang dan kupu-kupu. Tubuhnya yang nampak ‘getas’ dengan tingkahnya yang gesit membuat dia demikian mudah memancing syahwat para lelaki normal yang melihatnya. Dan tentu saja syahwatnya Mas Diran yang juga lelaki normal itu. Diam-diam selama ini Mas Diran memang selalu memperhatikan sosok Larsih. Dia cukup ‘kesengsem’ dengan istri tetangganya itu.<br />
<br />
Dan dari waktu ke waktu Mas Diran sering dan semakin merasa sepi saat tidak bisa menyaksikan Larsih berada di tempat mandi dan cuci. Dia jadi gelisah. Mondar-mandir atau mengintip ke belakang di tempat mandi cuci itu. Tak dipungkiri bahwa Mas Diran suka membayangkan betapa nikmatnya kalau bisa berasyik masyuk dengan Larsih.<br />
<br />
Dia melihat banyak kelebihan Larsih dari istrinya Murni. Dia melihat dan mambayangkan betapa Larsih akan sangat ‘panas’ saat berada di ranjang. Dia bisa merasakan bagaimana perempuan dengan betis kecil dan dada yang bidang macam Larsih itu akan menjadi kuda betina liar yang terus meringkik kehausan saat bergelut di ranjang. Mas Diran juga membayangkan bagaimana susu Larsih yang belum melahirkan anak itu akan menjadi kenyal saat mendapatkan sentuhan atau sedotan dari lidah atau bibir lelaki. Susu yang pada saat kena sentuhan birahi akan membuat putingnya naik terangkat dan mencuat ke depan. Warnanya yang merona merah akan sangat menantang seseorang untuk mendekatkan bibirnya dan menghisapinya.<br />
<br />
Mas Diran tidak bisa mengelakkan penisnya yang selalu ngaceng saat membayangkan pesona Larsih yang istri tetangganya itu. Akan halnya Larsih sendiri, dia menyadari dan tahu bahwa dirinya termasuk seorang perempuan yang memilik pesona seksual. Banyak lelaki dan khususnya Mas Diran yang tetangganya itu sering kepergok saat memperhatikan tubuh indahnya.<br />
<br />
Beberapa kali, atau sering kali dia mencuri pandang dan melihat bagaimana Mas Diran melotot matanya melihat tampilan dirinya. Sebagai perempuan muda, Larsih tidak menutupi kebanggaannya saat ada lelaki, siapapun dia, yang menunjukkan ketertarikan atau kekaguman pada dirinya atau pada tubuhnya. Bukankah itu merupakan semacam pengakuan dari para lelaki bahwa dirinya cantik, menarik dan pantas dikagumi? Dan Larsih termasuk perempuan yang selalu haus pengakuan macam itu.<br />
<br />
Walaupun Tono suaminya tak pernah berhenti memuji kecantikannya dia masih juga senang saat ada lelaki lain yang memperhatikan dengan penuh nafsu pada bagian-bagian sensual tubuhnya. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan tulang pipinya yang tinggi dan membuatnya nampak manis itu. Dia tahu Mas Diran sangat suka mempehatikan bibirnya saat dia sedang berbicara apa saja. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan lehernya yang jenjang dan bahunya yang lebar, seakan menunggu kesempatan kapan untuk bisa mendaratkan lidah dan bibirnya di atasnya.<br />
<br />
Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan celah di antara buah dadanya. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan ketiaknya saat menjemur pakaiannya. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan pantatnya yang seksi saat dia nungging menyapu lantai tempat mencuci. Dia juga tahu bagaimana mata Mas Diran berusaha menembusi celah roknya saat dia jongkok di tempat cucian. Dia juga tahu dan merasakan betapa Mas Diran pengin melihat bagian-bagian tubuhnya yang sangat rahasia.<br />
<br />
Dan Larsih sangat menikmati bagaimana Mas Diran memuaskan matanya untuk menikmati pesona tubuhnya. Dia sangat senang saat melihat mata Mas Diran yang melotot seakan hendak menelanjangi dan melahap tubuhnya. Dan Larsih akan kesepian dan gelisah pada saat tak ada Mas Diran. Pada saat Mas Diran kena giliran jaga siang hari, hati Larsih menjadi kosong dan merasa sendirian.<br />
<br />
Larsih menjadi malas berbuat apapun. Malas masak, malas nyuci, malas mandi dan malas lain-lainnya. Dia merasa kehilangan pengagumnya. Dan dia juga seakan kehilangan semangat hidupnya.<br />
<br />
Begitulah hingga pada suatu pagi..<br />
Lokasi di rumah kontrakan pagi ini nampak sunyi. Murni sudah berangkat kerja. Tono sudah berangkat kerja pula. Kebetulan Mak Sani juga sedang pergi nginap di tempat anaknya di Serang. Nampak Larsih dengan cuciannya yang menggunung, karena baru saat ini pengin nyuci sesudah 4 hari bermalas-malasan. Dia nampak sibuk dengan memilah-milah dan menggilas pakaian-pakaiannya. Pagi ini dia menunjukkan semangatnya kembali. Dia tahu mulai hari ini Mas Diran untuk selama satu minggu ke depan akan selalu berada di rumah pada siang hari. Dia kena tugas jaga di malam hari selama seminggu.<br />
<br />
Sesudah satu minggu menunggu dalam sepi, hari ini Larsih sudah bertekad akan banyak nyuci atau masak yang membuatnya bisa mondar-mandir di tempat mandi dan cuci ini. Dia sudah rindu akan mata hausnya Mas Diran yang seakan menelanjangi dan hendak menelan tubuhnya itu. Dia sudah rindu akan pandangan penuh birahi Mas Diran yang bisa membakar semangat kerjanya pula. Dia merasakan betapa dari setiap pandangan mata Mas Diran pada bagian-bagian tubuhnya membuat dirinya sangat bangga dan tersanjung.<br />
<br />
Pagi ini Larsih lebih dari sekedar nyuci. Pagi ini Larsih sengaja berdandan khusus untuk Mas Diran. Dia memakai baju atas yang memperlihatkan belahan dadanya lebih membelah, disamping lebih menunjukkan keindahan bahu dan ketiaknya. Baju atasnya itu hanyalah sepotong kain yang membungkus sebagian kecil dadanya dengan tali kecil yang nyangkut ke bahunya. Dengan baju macam itu Mas Diran akan lebih bisa menikmati keindahan tubuhnya, ketiaknya dan belahan dadanya.<br />
<br />
Larsih juga mengenakan rok yang sangat pendek. Dia ingin menunjukkan betisnya yang ranum bak padi bunting serta membuat lebih banyak menampakkan bagian dengkul hingga naik ke sedikit pahanya. Pada saat jongkok, bukan tidak mungkin Mas Diran juga berkesempatan melihat secercah celana dalamnya. Jantung Larsih berdesir saat mengkhayalkan bagaimana nanti Mas Diran terpukau pada saat menyaksikan bagian-bagian tubuhnya yang sensual dan sangat rahasia ini.<br />
<br />
Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Larsih sudah tak sabar menanti kehadiran Mas Diran. Mas Diran memang biasa bangun siang sesudah tugasnya yang hingga pagi hari itu. Biasanya dia baru keluar untuk mandi sekitar pukul 10 pagi.<br />
<br />
Tetapi untuk pagi ini, mungkinkah dia keluar lebih awal..?<br />
<br />
Hati Larsih melonjak girang sekaligus deg-degan saat mendengar gerendel pintu rumah Mas Diran dibuka. Dengan hanya bercelana kolor dan kalung handuk Mas Diran keluar dari rumahnya.<br />
<br />
“Pagi, Dik Larsih. Sudah rajin nih, ya. Bagaimana kabarnya. Dik Larsih dan Mas Tono sehat?”, sapa ramah Mas Diran.<br />
<br />
Dengan muka berona kemerahan karena menahan desirnya jantung dan hati, Larsih menjawab, “Pagi Mas Diran. Baik. Baru bangun ya?!”, sambil menebar senyuman dan matanya menatap tubuh Mas Diran.<br />
<br />
“Iya, nih. Semalam benar-benar begadang karena ada satu teman yang absen. Saya mesti menggantikannya. Ss.. Saya kk.. Kehilangan giliran tidurnya, dd.. D.. Dik”, kali ini jawabannya agak tersendat. Mas Diran menyaksikan betapa Larsih nampak sangat membangkitkan birahinya dengan pakaiannya yang banyak terbuka itu.<br />
<br />
Sepertinya Larsih langsung tahu. Dia gembira hatinya karena tujuannya tercapai. Kemudian sambil pura-pura membetulkan ikatan rambutnya, Larsih mengangkat tangannya hingga ketiaknya yang mulus dan indah itu nampak terbuka lebar. Bak seorang penari yang sekaligus koreografer, dia juga menggerakkan bagian-bagian tubuh lainnya dengan harapan Mas Diran bisa menikmati keindahan leher lehernya, belahan dadanya dan juga bibir sensualnya.<br />
<br />
Dia menyahut omongan Mas Diran dengan sedikit melempar umpan,<br />
<br />
“Yaa.., khan ada Mbak Murni, Mas. Tentunya khan ada dong.. Sambutan di pagi hari.. “, sambil sedikit melepas senyuman dan lirikan matanya yang menggoda. Seperti gayung bersambut, Mas Diran merespon dengan penuh pemahaman dan dorongan untuk’jemput bola’. Dengan gaya ‘lelaki yang penuh derita’ dia menjawab,<br />
<br />
“Ah.., nggak koq, dik. Setiap pagi saya datang, setiap pagi itu pula Murni siap berangkat. Jadinya yaa.. Selalu selisiban, begitu”.<br />
<br />
Mas Diran juga sempat mikir, kenapa kali ini Larsih ini kok demikian beda. Pakaiannya beda. Duh.., tuh lihat.., belahan dadanya.., dan ituu.., ketiaknyaa.. Huuhh.. Indah banget, sih.. Pasti wanginyaa.. Dia memang tahu, Dik Larsih ini seneng kalau diperhatikan. Apalagi kalau saat memperhatikan menampakkan pandangan kekagumannya. Tetapi kali ini..<br />
<br />
Dan omongannya lebih berani. Bukankah omongannya tadi banyak mengandung godaan dan pancingan-pancingan? Adakah Larsih dilanda rasa sepi? Adakah Mas Tono, yang suami Dik Larsih kurang memberikan makanan batin? Mungkinkah Larsih ini kesepian dan sengaja menunggu sentuhan-sentuhan birahinya.., ah.., jangan terlalu jauh.. Kasihan Dik Tono, begitu pikir Mas Diran.<br />
<br />
Tetapi tak perlu dipungkiri, penis Mas Diran ngaceng juga. Rasa sepi hati Larsih telah sedikit terobati. Dia sudah menyaksikan kembalinya sang pengagum dirinya. Persiapan yang sungguh-sungguh untuk disuguhkan kepada pengagumnya juga sudah dia lakukan. Dia sudah memakai baju yang paling menarik.<br />
<br />
Dengan berpura-pura membetulkan ikatan rambutnya dia sudah menyuguhkan pesona ketiaknya, leher jenjangnya dan belahan dadanya pada Mas Diran dengan cara yang sangat atraktip dan mendebarkan hati. Dia juga sudah sudah membuka omongan dengan omongan yang tak biasanya. Omongan yang nyata-nyata bisa menjadi umpan pancingan. Omongan yang mengandung goda. Sebenarnya dia juga nggak tahu, kenapa omongan itu keluar begitu saja dari mulutnya?!<br />
<br />
Bukankah omongan macam tadi bisa menimbulkan pertanyaan aneh dan menggoyahkan hati serta pikiran Mas Diran?! Ah.., Mas Diran nampak beranjak untuk mandi. Sepintas Larsih mengikuti dengan ekor matanya hingga Mas Diran masuk dan menutup kamar mandinya. Dia melihat betapa tubuh Mas Diran itu demikian kekar sehat. Dia melihat sepintas betapa dadanya penuh otot. Mas Diran bisa merawat tubuhnya. Tidak seperti dada Mas Tono yang kerempeng itu.<br />
<br />
Larsih juga memperhatikan betapa dengan tubuh jangkungnya Mas Diran, ada kali sekitar 175 cm, sungguh membuatnya tampil sebagai lelaki yang jantan dan tegap. Dd.. Dan, seandainya kepalaku jatuh bersandar pada dada ituu.. Ahh.., jangan terlalu jauh.<br />
<br />
Ada Mbak Murni.., jangann.., begitu lamunan Larsih yang langsung membuat wajahnya memerah. Begitulah, nampaknya hari ini telah tumbuh sebuah komunikasi yang beda antara Larsih dan Mas Diran. Komunikasi yang terasa bernuansa romantis walau yang tak ter-ucapkan dalam kata-kata vulgar. Komunikasi dua insan manusia yang selalu haus akan penyaluran naluriah syahwatnya.<br />
<br />
Komunikasi yang membuat hati keduanya berdesir-desir. Komunikasi yang kemudian membuat dan menggelisahkan batin mereka berdua. Sejauh ini komunikasi itu memang masih bersifat ‘cara mata memandang serta ucapan pameo’ yang bisa mengandung banyak makna. Komunikasi itu memang masih diluar jangkauan akan makna ‘hubungan’. Makna ‘hubungan’ yang bisa lebih konkrit mengarah dalam bentuk komunikasi fisik.<br />
<br />
Tetapi komunikasi yang terjadi antara Larsih dan Mas Diran hari ini sudah memungkinkan berkembang ke arah ‘bahaya’, mengingat pada Larsih ada Tono dan pada Mas Diran ada Murni, pasangan-pasangan hidup mereka.<br />
<br />
Bukan tidak mungkin mereka terseret ke komunikasi yang menyentuh hati. Dan lebih jauh lagi menjadi komunikasi yang menebar panggilan birahi, seperti serbak bunga pada kumbang. Atau nyanyian angsa jantan untuk menarik angsa betina. Atau aroma kemaluan serigala betina yang menebar hingga tercium serigala jantan. Dan akan lebih berbahaya lagi apabila komunikasi itu bergeser dan berubah menjadi ‘hubungan’ yang bersifat fisik.<br />
<br />
Yang telah terjadi saat ini adalah, kalau tadinya antara mereka hanya saling curi pandang, kini baik Mas Diran maupun Larsih sudah berani langsung saling pandang. Saling melirikkan matanya, saling mengangkat alis sebagai pertanda pada hal-hal yang belum mungkin terucapkan. Saling menggoda dan menyindir pada hal-hal yang mengarah ke erotisme.<br />
<br />
Tetapi bagaimanapun baik Larsih maupun Mas Diran masih memperhitungkan adanya tetangga yang tinggal di rumah petak yang lain di sekitarnya. Mereka sangat menjaga jangan sampai terlanjur mengundang perhatian tetangga mereka itu. Kalau hal itu terjadi akan berbahaya bagi kehidupan rumah tangga mereka dan akan sulit bagi mereka untuk bisa melangsungkan komunikasi selanjutnya.<br />
<br />
Tetapi yang namanya panggilan syahwat dan birahi tak pernah putus akal. Dewa-dewa cinta yang sangat kreatip selalu mengirimkan berbagai akal bulusnya. Gagasan dan akal bulus para dewa cinta itu dengan gampang merasuki keduanya. Lihatlah..<br />
<br />
“Dik Larsih, kemarin Mas Tono bawa koran Kompas, khan? Aku pinjam dong. Aku pengin baca berita Pemilu 2004, nih,” terdengar suara Mas Diran dari balik dinding rumahnya yang penuh bolong itu.<br />
“Ada, Mas. Aku antar ke depan rumah ya,” jawab Larsih.<br />
“Nggak usah. Lewat sini saja dik. Dari arah bangku Dik Larsih ini khan ada bolongan. Cukup untuk nyeploskan koran. Gulung saja dulu, dik,” usul Mas Diran yang sangat unik, menggunakan bolongan dinding mereka untuk mengirimkan koran Kompasnya.<br />
<br />
Dan sejak itu banyak dan beragamlah pemanfaatan lubang dinding dekat bangku Larsih itu. Dari kiriman sambel kecap untuk makan siang, pisang goreng, pinjam ballpen, pinjam buku dan sebagainya. Lubang yang letaknya kira-kira sepinggang di atas lantai itu terjadi karena triplek dinding yang telah keropos.<br />
<br />
Semula sudah ditutup koran-koran yang ditempel dengan lem sagu. Tetapi ya, mudah lepas. Dilem lagi, lepas-lepas lagi. Dan akhirnya setengah dibiarkan. Lubang itu tidak tepat berbentuk bulatan. Dari atas turun memanjang hingga sekitar 12 cm dengan lebarnya yang 3 cm. Tetapi kalau diperlukan, lubang itu bisa direnggangkan sedikit sehingga bisa untuk nyeploskan botol kecap yang besar itu atau lainnya.<br />
<br />
Pada saat lain lubang itu kembali menyempit sehingga tidak menarik perhatian siapapun termasuk Tono suami Larsih maupun Murni istri Mas Diran. Dengan lubang macam itulah akal bulus para dewa cinta bisa memanggil-manggil birahi dan syahwat manusia kapan saja. Dengan adanya lubang pada dinding itu komunikasi erotis antara Mas Diran dan Larsih berkembang dengan sangat pesat.<br />
<br />
Dari waktu ke waktu panah dewa cinta dengan pasti menembus dan membutakan mata dan hati mereka.<br />
Kata-kata yang saling ejek dan goda dengan seling tawa saling dilontarkan antara Larsih dan Mas Diran melewati dinding rumah mereka. Dan ucapan-ucapan mereka dengan cepat berkembang semakin bebas, semakin panas serta semakin vulgar. Kini nampak keduanya sedang ber-asyik masyuk dengan saling berbisik antar dinding.<br />
<br />
Larsih secara khusus menarik bangku plastik untuk kemudian duduk mendekat ke dinding dan lubang itu. Demikan pula Mas Diran. Dia menarik kursi makannya untuk mendekati dinding dengan lubangnya itu pula.<br />
<br />
“Gede donk, punya Mas Tono?,” bisik Mas Diran melontarkan godaan ‘hot’-nya.<br />
“Ah, jangan mengejek lho. Dosa tuh. Memangnya seperti punya Mas Diran, bisa buat pentungan kalau lagi jaga malam?,” balas Larsih disertai tawanya yang menderai tertahan.<br />
“Ya, tapinya banyak loh yang pengin kena pentunganku,” ganti Mas Diran yang ketawa.<br />
“Ya, sudah. Sana cari yang suka pentungan Mas Diran!,” ketus Larsih bernadakan cemburu.<br />
“Eh, eh, eh.. Jangan marah.., ayolah say..,” buru-buru Mas Diran membujuk Larsih.<br />
<br />
Justru cemburu Larsih kian membara. Dia menganggap Mas Diran juga mengobral goda pada perempuan lain. Dia merasa seakan Mas Diran punya perempuan simpanan. Mukanya cemberut. Dia tidak menjawab bisikkan Mas Diran.<br />
<br />
Sesudah beberapa kali berusaha memancing omongan Larsih, bisikkan Mas Diran tetap tak mendapatkan respon, Sekali lagi dewa cinta perlu ikut campur.<br />
<br />
“Ya, sudaahh.., aku mau tidur sajaa..,”<br />
“Eeii.. Tunggu. Kembalikan dulu koranku. N’tar dicari yang punya,”<br />
Kemudian Larsih menuju lubang di dinding, “Mana?,” permintaan ketusnya.<br />
“Nih, ambil sendiri?,” jawab Mas Diran dari balik dinding sambil menunjukkan koran di tangannya..<br />
“Ceploskan saja!,”<br />
“Nggak, ah, nanti robek. N’tar aku dimarahin Mas Tono, lagi!,”<br />
<br />
Cemburunya yang masih membakar akhirnya kalah. Larsih takut nanti suaminya mencari korannya. Dan apa katanya kalau ternyata koran itu ada di tempat Mas Diran. Akhirnya dia mengasongkan tangan kanannya masuk ke lubang itu untuk mengambil korannya.<br />
<br />
Melihat tangan yang indah dan lembut itu Mas Diran tak mampu menahan pesonanya. Saat itulah Mas Diran kontan meraih tangan Larsih. Larsih kaget dan serta merta berusaha menarik tangannya. Tetapi mana kuat melepaskan diri dari pegangan kokoh Mas Diran. Sambil meronta-rontakan tangannya dia berteriak-teriak dalam bisikkan,<br />
<br />
“Lepaskan. Lepaskan. Aduh.. Lepaskaann..!,”<br />
<br />
Tetapi Mas Diran justru lebih menggoda. Dengan memegang pada tangan kanannya, tangan kirinya mengelusi jari-jari Larsih. Elusan yang cepat berkembang menjadi urutan-urutan. Dan rontaan tangan Larsih itu pelan-pelan mereda. Cemburu Larsih padam. Dia menikmati elusan tangan Mas Diran. Sesaat hening. Yang terdengar nafas-nafas dua insan yang terpisah oleh dinding tripleks.<br />
<br />
Tiba-tiba Larsih disergap perasaan merinding. Dia seakan jatuh dari ketinggian tetapi tak pernah menyentuh tanah. Dia merasakan ke-lengang-an yang nikmat pada saat jatuh itu. Ketinggian itu seakan tanpa batas. Elusan tangan Mas Diran pada tangannya telah menyentuh sanubari dan membangkitkan nikmat. Larsih seperti terlempar dan jatuh melayang ke awang-awang.<br />
<br />
Akan halnya Mas Diran. Sebenarnya dia tidak sengaja dan merencanakan hadirnya tangan Larsih itu. Tetapi ketika dia menyaksikan tangan lembut nyeplos dari lubang dindingnya, refleksnyalah yang meraih tangan itu. Yaa, macam inilah hasil kerjanya dewa cinta..<br />
<br />
Dan saat tangan lembut itu meronta, dia tak ingin melepaskannya lagi. Dia sungguh mengagumi kelembutan tangan itu. Itu bukan macam tangan Murni yang kasar. Dia langsung terdorong untuk mengelusi kelembutan tangan Larsih itu. Duh, punggung tangan inii.., betapa indahnya.. Duh, jari-jari inii.., betapa lentiikk..<br />
<br />
Dan tiba-tiba hadir sebuah dorongan yang sangat kuat. Mas Diran mendekatkan tangan Larsih itu ke mukanya. Dia menciumi tangan itu. Dan kemudian lebih jauh lagi dengan menjilat dan mencaplok. Mas Diran mulai mengulum jari-jari Larsih yang lentik itu. Siirr.. Jantung Larsih terasa berdesir. Sebuah badai birahi mendera langsung ke sanubarinya. Larsih seperti tersengat listrik ribuan watt saat ujung-ujung jarinya merasakan adanya sentuhan lunak kehangatan.<br />
<br />
Dia memastikan Mas Diran sedang mencium dan memasukkan jari-jari tangannya kemulutnya. Sengatan listrik itu merambati seluruh bagian tubuhnya. Larsih merasakan seakan hendak pingsan. Dia cepat berpegang pada dinding dan tanpa sadar dia merintih,<br />
<br />
“Dduuhh.. Mas Diraann.., j.. Jj.. Jangaann.. ,” tangannya kembali meronta kecil.<br />
<br />
Kata ‘jangan’ yang keluar dari desah Larsih itu tanpa disertai upaya sungguh-sungguh untuk menarik lepas dari kuluman bibir Mas Diran. Lumatan Mas Diran pada jari-jari Larsih disertai dengan sedotan-sedotan. Dia isep-isep jari-jari itu dengan sepenuh perasaannya. Dia merasakan betapa lembut tangan Larsih di ujung bibirnya.<br />
<br />
Dia juga menjilati telapak tangan Larsih yang terasa membasah karena keringat dinginnya. Larsih menggelinjang hebat. Dan tanpa sepenuhnya disadari tangan kiri Larsih mulai bergerak meraih kemudian merabai buah dadanya sendiri. Badai birahi itu telah membuat Larsih tenggelam dalam samudra nikmat.<br />
<br />
Dia bergetar dan menggigil merasakan kuluman mulut Mas Diran pada jari-jarinya. Dia merasa nafsu birahinya seketika terdongkrak dan terpacu keluar. Buah dadanya terasa sangat menggatal sehingga tangan kirinya serta merta meremasinya. Jari-jarinya memijit-mijit pentil-pentilnya. Dia juga meracau..<br />
<br />
“Mmaass.., Mass.., Maass.. Jangaann.. Ampun Maass.. ,” ucapan yang penuh paradoks dari bibir mungil Larsih.<br />
<br />
Kata ‘.. Jangaann.. ‘ itu semakin jauh dari makna sejatinya. Kata itu justru untuk mengukuhkan kuluman Mas Diran pada tangan dan jari jemarinya. Larsih semakin memperkeras pijitan pada pentil-pentilnya.<br />
<br />
Mas Diran semakin terbakar mambara. Nafsunya yang tidak banyak tersalurkan pada istrinya kini pengin ditumpahkan pada Larsih. Tetapi apa mau dikata. Mereka berada di ruangan terpisah. Yang mereka bisa lakukan hanyalah berbisik atau seperti sekarang ini, merabai dan menciumi tangan Larsih.<br />
<br />
Dan nampaknya Larsih telah menyerah dalam kendali Mas Diran. Dia tengah tenggelam dalam birahi syahwatnya. Mas Diran jadi kini pengin tahu, adakah Larsih juga merindukannya?<br />
<br />
Adakah Larsih juga ingin menyalurkan dorongan birahinya?<br />
<br />
Adakah Larsih akan memberikan respon balik sesudah tangan dan jari-jarinya kini dalam kulumannya?<br />
<br />
Pelan-pelan dia kendorkan pegangannya pada tangan Larsih. Dia pengin tahu, apakah Larsih akan langsung menarik tangannya ke balik dindingnya.<br />
<br />
Ternyata tidak.<br />
<br />
Justru kupingnya menangkap desah lirih dari mulut Larsih yang mengesankan betapa haus perempuan yang istri tetangganya itu untuk dipuaskan syahwatnya. Justru jari-jari Larsih kini meruyak-ruyak dalam mulutnya. Sesaat Mas Diran tetap mengkulum dan menggerakkan lidahnya pada jari-jari indah itu sebelum akhirnya menarik lepas tangan itu dari mulutnya dan meraih tangan itu untuk mengembalikan ke balik dindingnya.<br />
<br />
Larsih mengikuti apa yang menjadi kehendak Mas Diran. Tangan Mas Diran terus menggamit tangannya untuk dikembalikan nyeplos melalui lubang dinding itu. Tetapi ternyata tangan Mas Diran terus ikut nyeplos. Lubang itu melebar ditembusi oleh tangannya yang kekar. Tangan penuh otot yang coklat kehitaman, yang nampak banyak didera oleh kehidupan yang kasar dan keras itu kini berada di depannya.<br />
<br />
Larsih berdesir terpana melihat tangan Mas Diran itu. Mau apa dia?<br />
<br />
Tangan itu bergerak menggapai-gapai. Larsih memastikan Mas Diran ingin meraih dirinya. Dia memang tak akan bergerak dari tempat duduk bangku plastiknya. Dan tangan itu berhasil menyentuh pahanya yang hanya memakai rok pendek. Nampak dengan jari-jarinya yang kasar tangan itu merabai dan mengelusi pahanya.<br />
<br />
Apa yang kini terlihat dan dirasakan Larsih sungguh suatu hal yang penuh sensasi. Selama ini tak pernah satu orang lelakipun yang pernah menyentuh tubuhnya apalagi pahanya macam yang Mas Diran lakukan dengan tangannya ini. Tetapi kini sebuah tangan lelaki yang berotot dan kasar itu datang nyeplos dari lubang dinding untuk mengelusi pahanya. Kembali jantungnya langsung berdesir. Dan kembali badai birahi menderanya. Kembali nuraninya serasa disengat listrik ribuan watt.<br />
<br />
Darah Larsih yang tersirap membuat wajahnya serasa terbakar memerah. Matanya tak lagi mem-fokus ke arah manapun. Pelupuk matanya setengah tertutup. Larsih terbawa arus birahi yang sangat nikmat. Elusan-elusan yang sering juga diseling sedikit cakaran dari tangan Mas Diran mengaduk-aduk nuraninya dan membuahkan erang dan rintih nikmat yang penuh iba.<br />
<br />
“Oohh.. Mmaass Diraann..,” sambil tangannya seakan mau menahan gerak dan laju tangan Mas Diran.<br />
“Maass.. Mass..”.<br />
<br />
Sementara itu tangan Mas Diran itu mulai menggeser sentuhannya menuju ke arah pangkal pahanya. Larsih membiarkan tangan itu bergerak kemana maunya. Dia seperti sedang melayang. Kenikmatan birahi ini membuatnya ngambang di atas bumi. Hingga terjadilah.<br />
<br />
Tangan Mas Diran kini merabai bagian tubuh Larsih yang paling peka. Tangan Mas Diran mengelus-elus pangkal paha dan selangkangan Larsih itu. Tangan dan jari-jari Mas Diran meremas celana dalamnya untuk menggelitiki vagina Larsih. Larsih menggelinjang dengan hebat. Nafasnya tersengal. Tangan-tangannya mencari apapun untuk bisa dia pegang. Mulutnya merasa sangat haus.<br />
<br />
Tangannya akhirnya memegang meremasi tangan Mas Diran. Larsih merintih dengan diikuti tubuhnya menggoyang-goyang maju mundur hendak menjemput rabaan tangan Mas Diran itu. Begitulah perempuan. Dia menikmati antara ‘ya’ dan ‘jangan’, untuk membiarkan semuanya berjalan tanpa kendalinya.<br />
<br />
Jari-jari ituu.., aacchh, uucchh..<br />
<br />
Jari-jari itu meretas tepian celana dalam. Jari-jari itu menyentuhi bibir vaginanya. Jari-jari itu berusaha merogoh vaginanya. Tangan Larsih mencekalnya lebih erat. Bukan untuk menghambatnya.<br />
Tangan Larsih mencekal untuk mengkokohkan posisi tangan Mas Diran. Larsih ingin jari-jari Mas Diran mengorek-orek lebih jauh kemaluannya. Larsih sangat merasakan kegatalan pada vaginanya.<br />
<br />
vagina Larsih telah basah oleh cairan birahinya. Larsih minta jari Mas Diran mengoboki lebih dalam lagi. Tetapi tangan itu tak akan berhenti di sana. Tangan Mas Diran masih mau menjerlajah. Tangan itu melepaskan vagina Larsih yang telah membasah. Tangan itu meninggalkan siksa kepada Larsih. Tangan dan jari-jarinya itu terus memanjati tubuh Larsih. Ke perutnya sesaat, kemudian meluncur ke buah dadanya yang memang telah setengah terbuka sejak awal tadi.<br />
<br />
Kini kenikmatan yang beda kembali melanda Larsih. Tangan Mas Diran dengan liar meremasi buah dadanya. Jari-jarinya memelintir puting-puting susunya. Bagaimana mungkin menghentikan desah dan rintih dari mulutnya,<br />
<br />
“Ammpuunn, Maass.. Maass.. Maass.. ‘, hanya itulah kata-kata yang berkali dan berulang disuarakan.<br />
<br />
Tetapi Mas Diran belum juga menghentikan gerak panjat tangannya. Dia menjamah dan mengelusi leher Larsih sesaat kemudian meluncur ke atas lagi hingga jari-jarinya menyentuh sepasang bibir Larsih. Jar-jari itu bermain di celah bibir dan menyentuh gigi Larsih. Jari-jari itu seakan merangsek ke mulut Larsih.<br />
<br />
Dan tanpa komando serta tanpa sadar sepenuhnya, Larsih membuka mulutnya dan langsung mencaplok kemudian mengulum jari-jari Mas Diran. Ini memang salah satu terminal birahi yang ingin dia rambah. Kini dia tahu dan percaya bahwa Larsih memang merindukannya dengan penuh dendam.<br />
<br />
Mas Diran merangsang terjadinya respon Larsih untuk melumati jari-jarinya. Kini dia juga semakin tahu. Istri tetanganya ini memang perempuan yang sangat lapar dan haus. Mas Diran ingin menjawab lapar dan hausnya Larsih itu. Dia biarkan Larsih. Dia memberikan kesempatan Larsih untuk memuaskan dulu lumatannya atas jari-jarinya.<br />
<br />
Larsih yang kini telah histeris. Jari-jari dan tangan Mas Diran telah dibuat kuyup oleh bibir, lidah dan ludahnya. Larsih dengan setengah membungku, juga melatakan lidahnya itu hingga ke lipatan lengan Mas Diran. Maunya sih lebih jauh lagi.<br />
<br />
Tetapi dinding rumah kontrakan itulah yang mengatur semuanya. Larsih juga membawa tangan dan jari-jari itu kembali merabai leher dan buah dadanya. Larsih masih ingin buah dadanya berada dalam cengkeraman tangan kasar itu. Tetapi dari balik dinding, Mas Diran punya mau ada beda.<br />
<br />
Pelan-pelan dia tuntun dan gamit kembali tangan Larsih untuk dibawa nyeplos kembali ke ruangannya. Disana telah ada yang menunggu jamahan tangan Larsih. Mas Diran telah menyiapkan kejutan bagi Larsih. Terus terang seluruh tubuh Mas Diran saat ini juga telah dikobarkan oleh nafsu syahwatnya. penisnya sudah ngaceng dan menyesakkan celananya. Bagaimana nih, jalan keluarnya?!<br />
<br />
“Dik Larsih, Mas nggak tahaann, niihh..,” rintih Mas Diran. Terdengar suaranya agak serak.<br />
“Dik Larsih, Mas nggak tahaann.., niihh..,”<br />
“Dik Larsiihh.., tolong Mas diikk..”.<br />
<br />
Rintihan Mas Diran itu semakin memacu nafsu birahi Larsih. Dia juga tidak tahu harus bagaimana. Pada Larsih dan Mas Diran ada batasan-batasan yang tak mungkin diterjangnya. Masing-masing tak mungkin saling mengundang atau saling bertandang. Apa kata tetangga nanti.<br />
<br />
Tetapi Larsih sendiri juga semakin tertekan oleh kehendak syahwatnya. Larsih juga memerlukan penyaluran gejolak nafsu birahinya. Larsih juga telah ditelan badai syahwat yang menggelora. Dia diombang-ambingkan oleh prahara libidonya.<br />
<br />
Pada vaginanya sudah dia rasakan ada cairan yang tak terbendung. Cairan birahinya telah membuat celana dalamnya basah kuyup. Sementara jari-jari tangan kirinya tak henti-hentinya memijat dan memilin-milin puting susunya sendiri.<br />
<br />
Ternyata diam-diam Mas Diran telah mengeluarkan melepaskan celana kolornya. Dan kemaluannya yang gede panjang itu telah lepas keluar melalui tepian celana dalamnya yang nampak setengah kumal itu. Dan tak bisa dia tahan, tangan kanannya kini nampak meijat-mijat dan mengelusi kemaluannya itu. Tersirat ‘precum’-nya yang bening meleleh dari lubang kencingnya.<br />
<br />
“Dik Larsih, Mas nggak tahaann, niihh..,” kembali rintihan Mas Diran mengiang di telinga Larsih. Kali ini Larsih nampak iba. Bagaimana dia menolong Mas Diran.<br />
“Diikk, aku nggak tahaann..,” sekali lagi rintih serak Mas Diran,<br />
<br />
Syahwat birahi Larsih-lah yang kini menjawabnya dalam bisik,<br />
<br />
“Gimana dong, mass.. Larsih mesti ngapaiin..? Gimanaa..?,”<br />
“Dd.. Dik Larsih mm.. Mau b. Bantu Mass.., yaa..??,”<br />
“Gimanaa..??,” suara Larsih yang bernada desah dan rintih pula.<br />
<br />
Itu bukan suara orang bertanya. Maksud ucapan itu adalah untuk mendorong tindakan Mas Diran. Terserah Mas Diran, mau kemana nikmat bersama ini akan dibawa.<br />
<br />
Tiba-tiba Mas Diran menuntun tangan Larsih. Dari balik dinding ini Larsih tidak melihat apa yang telah terjadi pada Mas Diran. Dia tidak tahu kalau Mas Diran sudah melepasi celana kolornya. Dan Larsih juga tidak melihat kalau kemaluan Mas Diran sudah lepas keluar dari celana dalamnya.<br />
<br />
Tangannya pasrah mengkuti tuntunan Mas Diran. Darahnya berdesir dan jantungnya memukul-mukul dadanya. Kemana tangannya akan dibawa? Larsih menunggu dalam harapan yang cemas.. Tiba-tiba dirasakannya Mas Diran kembali menciumi telapak tangannya. Ah, hanya itu.., demikian sesaat pikir Larsih sedikit menyiratkan kecewa.<br />
<br />
Tetapi tunggu.., ternyata ciuman Mas Diran ini tak lama. Tangan itu kembali dituntunnya. Mas Diran juga merubah posisi pegangannya. Dia buka telapak dan jari-jari Larsih untuk kemudian dengan cepat digenggamkannya kembali. Pada saat itulah Larsih baru menyadari dan merasakannya.<br />
<br />
Sebuah bulatan batang yang panjang dan hangat kini berada dalam genggamannya. Oohh, ini khan.. Kk.. K.. Kemaluan.. Mas Diran?! Larsih terpekik kecil.<br />
<br />
Dia sangat kaget. Dia tidak menduga Mas Diran akan membawa tangannya untuk menggenggam kemaluannya. Tetapi ada yang lebih mengejutkan. Dan ini sama sekali tidak pernah dibayangkan Larsih sebelumnya. Kemaluan Mas Diran ini demikian kerasnya, hangatnya serta gede dan panjangnya. Larsih setengah tidak percaya akan apa yang sedang terjadi hingga Mas Diran membantu tangannya meremas-remasi batang penisnya itu.<br />
<br />
“Ayyoo Dik Larsihh.. Bantuin Maass..,” rintihan penuh iba Mas Diran sambil tangannya menekan-nekan genggaman tangan Larsih untuk meremas lebih keras kemaluannya.<br />
<br />
Prahara birahi benar-benar telah membakar syahwat Larsih. Telah memporak porandakan statusnya selaku istri Tono. Menghancur leburkan naluri setia seorang perempuan pada suaminya. Juga telah membutakan segala akal sehatnya selaku Larsih yang masih istri Tono.<br />
<br />
Dalam keadaan begini dia sama sekali tak ingat lagi akan suaminya. Tak ingat lagi akan batasan kewajiban dan larangan. Tak ingat lagi apa yang boleh dan tak boleh sebagai seorang istri. Larsih kini lebur dan larut dalam genggaman nafsu syahwatnya sendiri yang menggelegak tak terkendalikan lagi. Tubuhnya oleng kehilangan daya. Dengan tetap menggenggam kencang penis Mas Diran Larsih jatuh terduduk di lantai bertumpu pada kedua lututnya.<br />
<br />
“Dik Larsih, tolong Diikk.., di peres-peres gitu, lohh.. Ayoo..,” bisik Mas Diran yang tidak tahu keadaan Larsih sambil mencontohkan pada tangannya untuk meremasi penisnya.<br />
<br />
Larsih yang masih dalam keadaan ‘shock’ itu belum mampu mencerna apa maunya Mas Diran. Walaupun dia tidak melepaskan genggamannya tetapi dia belum bisa mendengarkan bisikan dari balik dinding itu.<br />
<br />
“Ayyoo, Dik Larsihh.., bantu mass.., ayo dipijit-pijit gituu.. Mas gatel banget, niihh..”. Dan akhirnya memang Larsih tahu. Dan apa mau dikata, rasanya bagi Larsih tak ada yang harus dipilih.<br />
<br />
Dia juga dilanda rasa gerah dan gatal pada bagian-bagian pekanya. Disamping situasi erotiknya yang semakin memanas, udara panas ruangannya juga ikut membuat keringatnya berkucuran dari seluruh tubuhnya.<br />
<br />
Pakaiannya juga sudah setengah awut-awutan. BH-nya sudah terlepas hingga buah dadanya itu nampak telanjang. Rasa gatal pada pentilnya membuat Larsih menjadi sangat histeris. Dia tarik-tarik ujung pentil itu untuk dia sedoti. Tetapi betapa susahnya. Mulutnya tak bisa menjangkaunya.<br />
<br />
Dan saat kupingnya mendengar suara penuh iba dari Mas Diran membuat Larsih menjadi semakin merana. Permintaan dalam rintihan dan desah berbisik itu benar-benar membuat Larsih larut dalam gelombang syahwat yang menenggelamkannya.<br />
<br />
Yang melanda Larsih kini adalah sebuah ‘sensasi syahwat birahi’. Bisa dikatakan sensasi karena Larsih belum pernah mengalami hal seperti yang sekarang sedang berlangsung ini.<br />
<br />
Memang dia pernah meremas-remas. Tetapi meremasi kemaluan Tono suaminya berbeda banget dengan apa yang kini dalam genggamannya. Ditangannya kini ada batang gede, panjang dan hangat. Dia seakan sedang memegang lontong gede isi oncom yang baru keluar dari dandangnya.<br />
<br />
Dan saat ngaceng seperti ini penis Mas Diran ini bukan main kerasnya. Batang itu mendenyut-denyutkan uratnya yang beraliran darah. Denyutnya terasa teratur seperti saat dia memegang urat nadinya. Sensasi syahwat birahi ini telah membuat Larsih merinding dan gemetar hebat.<br />
<br />
Dia tak lagi kuasa untuk menolak nikmat macam ini. Dia mulai menggerakkan jari-jarinya. Dan mulailah tangan cantik dan lembutnya Larsih itu melumat-remasi kemaluan Mas Diran. Kini Larsih mulai merasakan betapa mantapnya menjamah dan menggenggam penis gede macam ini.<br />
<br />
Dan akhirnya bukan hanya meremas dan memijit. Larsih juga mengelus dan mengurut-urut kemaluan Mas Diran dari ujung hingga ke pangkalnya. Larsih juga merabai betapa lebat jembut Mas Diran itu. Dia rasakan adanya rimba yang tebal pada pangkal kemaluan Mas Diran. Tangannya menarik dan jambaki gelimang rambut kemaluan itu.<br />
<br />
Dia juga mengelusi dan memijit halus bijih pelir Mas Diran. Jari-jarinya merabai bijih itu dan saat datang geregetannya dia sedikit memjit sehingga Mas Diran berteriak kecil merasakan ngilunya.<br />
<br />
Dia rabai kepala yang mirip topi baja tentara Nazi itu. Larsih bisa merasakan betapa licin dan mengkilatnya kepala penis Mas Diran yang sangat mengeras itu. Jari-jarinya seakan mengelusi pucuk terong ungu yang licin besar.<br />
<br />
Kemudian jari-jari itu merabai seputar lingkar leher penis itu untuk kemudian bergerak lagi merabai kepala serta lubang kencing kemaluan Mas Diran itu. Jangan dikata nikmat yang dirasakan Mas Diran dari permainan jari-jar lentik dan rabaan tangan lembut Larsih ini.<br />
<br />
“Duuhh.. Dikk, teerruuss.. Enak bangeett.. Dik Larsihh..”.<br />
<br />
Hati Larsih dirambati semacam perasaan tersanjung dan puas saat mengetahui Mas Diran menerima kenikmatan remasan tangannya. Mas Diran mulai maju mundur menggoyang-goyangkan pantatnya. Dia berharap Larsih mengocoki batangnya pula. Goyangan maju mundur pantat Mas Diran menandakan dia tak mampu menahan derita kenikmatan itu.<br />
<br />
Mendengar rintihan yang keluar dari mulut Mas Diran, Larsih membayangkan.. Seandainya penis Mas Diran yang segede ini menembusi vaginanya, rintihan macam bagaimana yang akan keluar dari mulutnya itu. Dan.. Betapa nikmat pula yang akan diraih dan didapatkan Larsih.<br />
<br />
Kembali vaginanya menggatal dan terus melelehkan cairan birahinya hingga celana dalamnya semakin kuyup. Permainan tangan Larsih itu memang bukan untuk menghilangkan kegatalan birahi kemaluan seorang lelaki. Lumatan, pijatan dan urutan tangan Larsih itu justru mendongkrak syahwat Mas Diran untuk lebih dipuaskan lagi.<br />
<br />
Kenikmatan remasan tangan Larsih membuatnya serasa terbang ke awang-awang. Nikmat itu kini mulai mencari terminal transitnya. Nikmat itu harus ada saat terminalnya sebelum nyambung ke nikmat berikutnya. Mas Diran merasakan air maninya mendesak-desak untuk keluar dari saluran penisnya.<br />
<br />
“Ach.. Ww.. Uuch.. Aacchh,” terdengar ah uh Mas Diran merasakan desakan nikmatnya.<br />
<br />
Air mani ini tentu akan sangat pekat karena telah lebih sebulan tak pernah tersalurkan. Murni istrinya tak pernah punya waktu untuk berasyik masyuk melepas kerinduan dengan Mas Diran. Dan kini ada Larsih perempuan ‘hot’ istri tetangganya yang dengan tangan lembutnya sedang mempermainkan saraf-saraf peka di sekujur batang tubuh penisnya yang gede panjang itu.<br />
<br />
Dan lebih-lebih lagi mulut Larsih yang memperdengarkan desahan-desahan erotis itu yang semakin memacu syahwat birahinya,<br />
<br />
“Enak ya maass.. Tangan Larsih?? Terus ya Maass?? Mas Diraann.. Larsih juga senaanng sekali bisa memuaskan Maass..”.<br />
“Enak, maass..?,” tanya dalam desah Larsih berulang-ulang.<br />
<br />
Tak pelak lagi pantat Mas Diran semakin tak terkendali maju mundurnya. Rasanya air maninya tak akan mampu ditahan lagi. Mas Diran kembali menghiba,<br />
<br />
“Diikk Larsiihh.. Kencengin dong remasannyaa.. Cepetin.. Kocok-kocookk.. Yang cepeett..,”<br />
“Ayyoo, Ddikk, Mas Diran mau keluarr, nniihh..”.<br />
<br />
Dengar ucapan terakhir Mas Diran, Larsih tanggap. Dan lebih dari itu memang Larsih telah sangat menunggunya. Dia ingin penis Mas Diran menyemprotkan pejuh-nya. Dia ingin tangannya kena semprotan air mani Mas Diran yang pasti sangat hangat itu. Larsih juga ingin menyaksikan betapa air mani Mas Diran akan tumpah sangat banyak dan kental.<br />
<br />
Larsih ingin merabai air mani kental itu. Mungkin juga akan dia jadikan lulur untuk dadanya, bahkan untuk lulur wajahnya.. Mungkin juga Larsih akan menciuminya atau menjilati air mani itu.<br />
Larsih nggak tahu kenapa dan bagaimana keinginan seperti itu tiba-tiba hadir dari dalam dirinya.<br />
Keinginan seperti itu bahkan tak pernah muncul saat berhubungan badan dengan suaminya selama ini.<br />
<br />
Larsih terlampau merasa jijik saat air mani Tono kesenggol tangannya sekalipun. Dan biasanya dia cepet-cepet cebok sesudah bersebadan dengan Tono. Dia ingin selekasnya terbebas dari cairan yang menjijikkannya dalam liang vaginanya.<br />
<br />
Tetapi dengan Mas Diran ini, justru dia mendapatkan dorongan nafsu birahi yang beda. Rasanya Larsih Ingin melahap apapun yang keluar dari tubuh Mas Diran. Dipercepetnya kocokkan tangannya. penis Mas Diran terasa semakin menegang dan semakin keras dalam genggaman tangannya. Larsih merasakan pegal menggenggam penis segede itu.<br />
<br />
“Yaa.., yaa.., teruss Dik Larsihh.. Enakk bangeett diikk.., Larsiihh, oohh Larsiihh, Larsiihh,” Mas Diran menyongsong puncak nikmatnya sambil meracau memanggil manggil nama Larsih. Pantatnya semakin kuat dan cepat maju mundurnya.<br />
<br />
Ah.. Akhirnya datanglah..,<br />
<br />
Dengan meremasi tangan Larsih dan juga menahan agar tangan itu terus mijat-mijatnya Mas Diran menunggu air maninya tumpah,<br />
<br />
“Ampuunn.. Dik Larsihh.. Ampuunn.. Dik Larsiihh, .. Enak banget Dik Larsihh..”.<br />
<br />
Diawali dengan meregang-regang sesaat penis Mas Diran menyemprotkan sperma dengan kerasnya.<br />
Genggaman tangan Larsih merasakan sebuah kedutan yang sangat keras. Urat besar penis Mas Diran mengedut dan memompa keluar muncrat cairan putih kental. Air mani Mas Diran deras terpompa keluar. Mungkin ada sekitar 8 atau sembilan kedutan besar yang memompa dan memuncratkan cairan putih kental itu.<br />
<br />
Tangan Larsih merasakan cairan hangat berlumuran pada sekujur lengannya. Telapak tangannya merasakan ada pelumas hangat kental yang memperlicin genggamannya. Air mani Mas Diran telah berlelehan pada tangan dan lengan Larsih.<br />
<br />
Untuk sementara Mas Diran merasakan kelegaan yang sangat mendalam. Kehausan syahwatnya telah mendapatkan saluran keluar dengan muncratnya spermanya. Kini dia membiarkan saat tangan Larsih mengendorkan dan melepaskan remasan pada kemaluannya. Mungkin Larsih ingin menyaksikan sperma yang berlumuran di tangannya.<br />
<br />
Dia menarik lengannya. Dia memang ingin melihat bagaimana air mani Mas Diran kini belepotan di tangannya. Dia juga ingin sekali hidungnya mendekat untuk mengendusi baunya. Dan saat tangannya keluar nyeplos dari lubang dinding itu Larsih langsung menyaksikan betapa air mani Mas Diran telah belepotan pada telapak, jari-jari dan lengan tangannya.<br />
<br />
Mata Larsih melihat tangannya menjadi lebih indah dan sangat menggairahkan dengan sperma yang berserakan itu. Saat mendekatkan tangannya yang berlepot itu ke wajahnya, hidungnya menangkap bau yang khas. Bau air mani. Air mani yang keluar dari penis Mas Diran. Pelan dan dengan lembut, Larsih mengusap-usapkan tangannya ke wajahnya. Dia gunakan cairan kental yang keluar dari penis Mas Diran sebagai masker untuk mempercantik wajahnya.<br />
<br />
Kemudian dia juga lulurkan sebagian lainnya ke leher dan kemudian dadanya. Dia pencet-pencet dan lumur buah dada dan puting susunya dengan air mani itu. Dia tak perlu malu pada Mas Diran. Karena dengan sedikit menjauh dan menepi ke dinding, Mas Diran tak akan bisa melihat apa yang dia lakukan.<br />
<br />
Sebatas untuk melumuri bagian tubuhnya, Larsih telah memuaskan dirinya dengan air mani Mas Diran itu. Memang Larsih belum tega hatinya untuk menjilat sperma itu. Perasaan jijiknya masih menguasainya.<br />
<br />
Hingga sore hari tak ada bisikkan antar dinding yang terdengar. Mas Diran tergolek lemas di ranjangnya. Dia langsung tertidur. Dan Larsih sibuk menunggu air mani yang dilulurkan di seantero tubuhnya mengering sendiri. Dia menikmati sensasi erotik dari cara itu.<br />
<br />
Rasanya Larsih ingin membiarkan sperma kering itu tetap nempel pada tubuhnya sampai kapanpun.<br />
Saat suaminya pulang, bekas-bekas lulur sperma Mas Diran di wajah dan lehernya telah ngelotok dan lepas. Tono tidak lagi melihat sesuatu yang aneh di wajah dan lehernya itu.<br />
<br />
Sementara pada dadanya Larsih telah menutupinya dengan kaos oblong yang memang dipakai sehari-harinya. Dengan membiarkan kering dan ngelotok sendiri sperma Mas Diran yang dilulurkan ke tubuhnya Larsih mendapatkan semacam kepuasan erotis. Sesekali bau khas air mani itu masih menyirat pada hidungnya.<br />
<br />
Malam itu, sebagaimana malam-malam yang lain Tono makan bersama istrinya. Secangkir kopi dan sepiring pisang goreng telah melengkapi kegiatan makan malam mereka. Sesekali tanpa sepengetahuan suaminya, Larsih melirik ke lubang nikmat di dinding itu. Hatinya berdesir saat mengingat betapa lewat lubang itu tangannya telah menggenggam dan meremasi penis Mas Diran yang gede, keras dan hangat milik Mas Diran.<br />
<br />
Larsih masih terkesan saat penis Mas Diran berkedut dengan kerasnya yang kemudian disusul dengan muncratnya air mani yang berlepotan di tangannya. Sementara itu di rumah sebelah, Murni sedang sibuk merangkai bunga kering yang menjadi hobi utamanya. Setiap ada kesempatan dia mampir di toko depan tempat bekerjanya untuk membeli bahan-bahan bunga kering.<br />
<br />
Secara sambilan dia juga menjual hasil karyanya kepada siapa yang berminat. Banyak teman-teman atau tetangganya yang membeli hasil karya Murni. Mas Diran, suaminya mendukung hobi istrinya yang juga terbukti bisa menghasilkan tambahan uang untuk dapurnya ini. Walaupun terkadang dia harus sedia berkorban.<br />
<br />
Sering Murni lupa membuatkan kopi saat suaminya hendak berangkat kerja. Bahkan dalam pemenuhan konsumsi libido seksnya selaku suami istri, Murni juga kurang memberikan perhatian kepada Mas Diran. Tadi sore mereka nggak sempat ketemu lama karena begitu Murni pulang, Mas Diran sudah siap hendak tugas jaga malam.<br />
<br />
Murni juga nggak terlampau perhatian pada dinding rumahnya yang bolong-bolong itu. Sesekali nampak suaminya menambal dengan kertas koran untuk kemudian disapu dengan cat dinding. Sebelum berangkat menuju tugas malamnya, Mas Diran memastikan bahwa lubang tempat masuk tangan Larsih saat meremasi penisnya tadi tidak menarik perhatian istrinya. Ah.. Indahnya lubang itu.<br />
<br />
Masih terkenang betapa lewat lubang itu tangan lembut Larsih telah memberikan nikmat melalui remasan-remasannya. Dia ingin sepulang kerja besok bisa mengulangi kenikmatan itu. Dia akan memberikan kejutan bagi Larsih. Sore itu Mas Diran berangkat ketempat kerjanya dengan membawa penisnya yang ngaceng sepanjang jalan.<br />
<br />
Sepanjang malam itu Larsih tak bisa nyenyak tidurnya. Dia masih menyimpan obsesi birahinya. Keasyikan ber-asyik masyuk dengan Mas Diran tadi siang belum memberikan akhir nikmat yang tuntas. Memang dia merasa cukup puas saat mendengar bagaimana Mas Diran mendesah dan merintih karena remasan serta lumatan-lumatan tangannya.<br />
<br />
Dia juga sangat puas bisa melulur wajahnya, lehernya dan dadanya dengan air mani Mas Diran. Tetapi vaginanya sendiri yang sempat basah dan sangat gatal tadi belum menerima sentuhan apapun untuk menyalurkan syahwatnya.<br />
<br />
Larsih nampak gelisah dalam tidurnya. Obsesi birahinya sempat terbawa dalam mimpi. Dia melihat Mas Diran sedang menyetubuhi istrinya Murni. Dia menyaksikan betapa Murni menjerit nikmat saat kemaluan Mas Diran yang gede panjang itu menusuki vaginanya.<br />
<br />
Kemudian dilihatnya pula bagaimana Murni nungging dan Mas Diran memasukkan senjatanya dari arah belakang. Dia melihat bagaimana Murni mengaduh dan merintih merasakan hebatnya kenikmatan syahwat yang diraihnya. Belum lagi usai mimpinya Larsih terbangun. Udara rumah kontrakannya yang sempit itu serasa sangat panas. Dia perlu turun dari ranjang untuk minum untuk mengobati tenggorokannya yang kehausan.<br />
<br />
Dilihatnya suaminya begitu lelap tidurnya. Mungkin karena bekerja seharian, Tono langsung tertidur begitu selesai makan malam tadi. Begitulah yang sering ditemui Larsih dalam kehidupan suami istrinya.<br />
<br />
Hingga pagi hari, praktis Larsih tak bisa benar-benar memejamkan matanya. Ingatan akan peristiwa yang terjadi bersama Mas Diran kemarin siang benar-benar membuatnya menyimpan dendam syahwat yang memerlukan saluran keluar.<br />
<br />
Betapa kemaluan Mas Diran itu demikian menggoda sanubarinya. penis yang demikian gede dan tegar itu pasti akan membuat setiap perempuan yang kehausan birahi siap bertekuk lutut kepada Mas Diran. Dan mimpinya tentang Murni istri Mas Diran yang nampak demikian nikmat menerima tusukkan penis suaminya!?<br />
<br />
Mungkinkah dia meniru Murni seperti dalam mimpinya? Mungkinkah dia nungging di depan lubang itu dan Mas Diran mau menusukkan kemaluannya dari sebelah dinding yang lain? Cukup lebarkan lubang itu untuk kemaluan Mas Diran? Bisakah hal itu terjadi padanya?<br />
<br />
“Ahh.. Bagaimana aku mesti menyampaikan keinginanku ini pada Mas Diran?,” demikian pikir Larsih. Ah, bagaimana nanti sajalah.<br />
<br />
Dari ranjangnya Larsih sempat mengamati lubang di dinding itu. Lubang yang telah memberikan nikmat siang hari tadi dan akan memberikan nikmat-nikmat yang lain pada siang hari nanti.<br />
<br />
Sesudah menemani suaminya sarapan pagi dan kemudian melepaskannya untuk berangkat kerja Larsih kembali menyibukkan dirinya membereskan rumahnya. Saat menyapu di depan, dia sempat menyaksikan Murni istri Mas Diran berangkat kerja pula. Pada kesempatan itu Mas Diran yang melepas istrinya mengedipkan matanya. Itulah bahasa teguran di pagi hari yang langsung membuat hati Larsih berdesir.<br />
<br />
Sesudah diperhitungkan cukup jauh Tono maupun Murni meninggalkan rumah masing-masing, mereka berdua, Larsih dan Mas Diran bergegas mendekat ke lubang kenikmatan kemarin itu.<br />
<br />
“Dik Larsihh..,” panggil Mas Diran dalam bisikkan dari sebelah dinding.<br />
“Mas kangen banget niihh..,” sambungnya.<br />
“Mas nggak bisa tidur semalaman. Mas pengin menyentuh Dik Larsih seperti kemarin itu”.<br />
“Sama Mas, aku juga nggak bisa tidur.. Aku mimpi Mas Diran bermesraan dengan Mbak Murni, loh”.<br />
“Asyik banget. Sampai Mbak Murni jerit-jerit karena kenikmatan,” cerita Larsih tentang mimpinya.<br />
“Ah, masa sih. Tapi Dik Larsih nggak marah toh?,” goda Mas Diran.<br />
“Ya, nggak toh. Khan sama istrinya sendiri,” begitu goda balik Larsih.<br />
<br />
Tiba-tiba dilihatnya Mas Diran memberikan kejutan. Tangan kirinya berhasil menguak lebih lebar lubang dinding itu dengan cara melipat triplek itu ke samping hingga tangan kanannya kini lebih leluasa untuk bergerak. Lubang itu menganga kira-kira selebar ubin 20 X 20 cm.<br />
<br />
Larsih jadi ingat kembali mimpinya. Tetapi..? Mungkinkah membuat lubang yang lebih leluasa lagi? Agar dia bisa nungging di depan lubang itu??<br />
<br />
Tetapi dengan adanya lubang itu untuk sementara telah cukup membuat situasi dan hubungan menjadi lebih berkembang. Tanpa saling berkesepakatan Larsih dan Mas Diran langsung melongok ke lubang. Mereka bisa saling pandang. Dalam pandangan penuh kehausan kedua insan saling mengamati wajah lawannya.<br />
<br />
Dalam saling pandang itu Larsih dan Mas Diran semakin saling mendekatkan wajahnya. Mata-ketemu mata dalam pancaran pandang yang sangat dalam. Mereka juga saling mengamati pipi, dagu, hidung dan bibir lawannya dengan penuh kehausan.<br />
<br />
Mereka masing-masing ingin mendapat tetapi sekaligus juga memberi. Yang terjadi kemudian wajah-wajah itu saling mendekat. Mendekat. Mendekat. Hingga nafas masing-masing saling menghembus wajah lawannya. Hingga Larsih maupun Mas Diran bisa saling merasakan dan menangkap kehangatan wajah lainnya. Mereka saling menyentuh dan berciuman.<br />
<br />
Ah.. Betapa kalau dua pasang bibir yang penuh dendam birahi berjumpa. Saling sedot dan lumat lidah untuk menghapus dahaga. Setiap bibirnya serasa ingin meneguk sebanyak-banyak ludah pasangannya.<br />
<br />
Desah-desah yang dalam saling bersambut. Kecipak bibir yang terkadang lepas dari gigitan atau sedotannya sering nyaring terdengar. Kedua wajah haus itu saling memilin berputar sedikit untuk meraih posisi nikmat.<br />
<br />
Mas Diranlah yang memulai melepas pagutan. Dia sedikit undur dari lubang nikmat itu. Dia susulkan tangan kanannya menerobos dinding. Mas Diran mengulang kenikmatan kemarin. Kembali meremasi buah dada Larsih.<br />
<br />
Larsih sedikit merana karena lepasnya bibir Mas Diran tetapi dia tidak protes. Dia kini menyambut tangan Mas Diran pada susunya. Dia juga ingin kembali merasakan apa yang telah dia dapatkan kemarin. Dia ingin rasakan kembali remasan tangan tangan Mas Diran pada bagian-bagian peka pada tubuhnya. Dia bahkan menuntun tangan Mas Diran untuk menyentuhi puting susunya.<br />
<br />
Uhh, jari-jari kasar inii.. Langsung memberikan nikmat dengan menyentuhku, demikian desah Larsih sambil matanya merem melek merasakan remasan jari-jari kasar Mas Diran pada kulit buah dadanya yang lembut dan mulus itu. Kemudian saat jari-jari itu memilin putingnya,<br />
<br />
“Aduuhh.., maass.. Aku nggak tahan mass.. E.. Ee.. Nak bangett, maass.., amppuun..”.<br />
<br />
Mas Diran sangat menyenangi jeritan siksaan nikmat dari mulut Larsih itu. Pilinan pada putingnya semakin di putar-putar dan pelintir kecil. Terdengar nafas Larsih yang sangat memburu. Mas Diran tahu betapa nikmat yang kini melanda syahwat Larsih. Tangan Mas Diran juga merabai ketiaknya,<br />
<br />
“Dik Larsih, Mas pengin menciumi ketiak Dik Larsih inii.., Mas pengin menjilati susu Dik Larsih..”.<br />
“Mas pengin menggigit-gigit pentil inii diikk.., Mas pengin melumat-lumat ketiakmu, Diikk..,” demikian erang dan rintih Mas Diran yang berkesinambungan.<br />
<br />
Larsih sangat tersanjung dan nikmat mendengar suara Mas Diran itu. Gelora nafsunya terbakar hebat. Rasa haus yang sangat tiba-tiba menyerang tenggorokkan Larsih,<br />
<br />
“Aku haus, Maass.., akuu hauss.., Mas Diran..,”<br />
<br />
Dia renggut tangan Mas Diran dari remasan susunya. Dia kembali mengulum jari-jari kasarnya itu dengan penuh nafsu. Larsih juga mulai menggigit penuh gereget pada batang-batang jari itu. Entah dalam bayangan erotis macam apa, batang-batang jari kasar milik Mas Diran itu ternyata memberikan saluran akan obsesi syahwatnya. Lidah dan ludah Larsih melumat dan membuat kuyup jari-jari itu.<br />
<br />
Mas Diran merasakan betapa semakin histeris perempuan yang istri tetangganya ini. Sementara itu dia juga merasakan penisnya semakin menuntut untuk dipuaskan. Nalurinya melihat dan mengatakan bahwa Larsih bisa memberikan jalan menuju kepuasan itu.<br />
<br />
Seperti mengalir begitu saja, tiba-tiba Mas Diran ingin bangun berdiri. Dia seakan tahu apa yang diinginkan Larsih. Dia tarik cepat tangannya dari mulut Larsih dan keluar dari lubang itu. Seperti rasa haus anak bayi yang belum tersembuhkan, tetapi botol minumannya telah direnggut dari mulutnya, begitulah perumpamaan bagi Larsih yang kembali kecewa saat tangan dan jari-jari Mas Diran di tarik dari kulumannya,<br />
<br />
“Aacch, Maass.., Mass, toloong, Mas Diraann.., aku hauuss bangeett Maass..,” Larsih merana seperti hendak menangis sambil mengasongkan wajah dan bibirnya ke arah lubang nikmat itu. Tidak lama, tiba-tiba tangis dan iba Larsih mendapatkan sentuhan. Jari-jari kasar Mas Diran kembali menyentuh hendak meruyak bibirnya. Bibir haus Larsih langsung mencaploknya. Tetapi kenapa jari-jari ini jadi cepat membengkak?<br />
<br />
Dan, aahh.. Kok ada bau lelaki yang sangat kuat.., sepintas bau yang mengingatkan saat bersebadan dengan Tono suaminya..<br />
<br />
Dengan sedikit heran Larsih mundur sesaat dari celah nikmat itu. Dia kaget saat mengetahui apa yang barusan dicaploknya. Sebuah batang dengan ujung berbentuk bongkahan licin mengkilat dan berwarna merah kecoklatan. Dan.. Larsih langsung tahu bahwa itu adalah kemaluan Mas Diran. Edaann..<br />
<br />
Larsih tidak menduga kalau Mas Diran akan mengasongkan penisnya untuk dia kulum ke mulutnya. Tetapi itulah rupanya yang Mas Diran inginkan.<br />
<br />
“Iseplah Dik Larsih.., aku pengin banget Dik Larsih mengisep inii.., ayyoo, dikk, Mas pengin merasakan mulut Dik Larsih..,”<br />
<br />
Aah.. Bagaimana aku bisa menolak permintaan Mas Diran. Aku sendiri sangat kehausan untuk menyalurkan keinginan seksku, demikian suara batin Larsih. Dia mencoba mengamati batang dan kepala penis Mas Diran. Duh, bukan main.. Kemaluan lelaki itu sangat mempesonanya. Mata Larsih yang indah itu belum pernah menyaksikan kemaluan lelaki selain kecuali milik suaminya. Matanya belum pernah melihat penis segede dan setegar itu.<br />
<br />
Kenapa kepalanya sebegitu mengkilat seakan menahan tekanan yang sangat kuat dari dalamnya..? Bukankah karena Mas Diran sangat mendendam birahi padanya??<br />
<br />
Dan itu, lubang kencingnya yang besar menganga, nampak ada cairan bening yang meleleh keluar. Itukah yang namanya pelumas? Cairan yang hanya keluar saat birahinya terangsang??<br />
<br />
Larsih masih terbengong saat Mas Diran kembali mengasong-asongkan kemaluannya dan minta agar Larsih mengulum dan mengisepnya,<br />
<br />
“Ayyoo, Dik Larsih.., Mas pengin Dik Larsih menciumi dan menjilati inii.., ayoo, diikk..”.<br />
<br />
Bisik rintih dari balik dinding yang berulang-ulang diperdengarkan oleh Mas Diran. Merasa terdorong oleh rasa iba, tanpa sadar sepenuhnya tangan Larsih langsung meraih batang gede dan hangat itu untuk digenggamnya. Ah, bagi tangannya batang ini tak begitu asing. Bukankah kemarin siang Larsih telah mengurut-urut dan mengocokinya hingga cairan kentalnya tumpah.<br />
<br />
Tetapi kini, oohh, .. Lihatlah, dengan matanya betapa Larsih bisa melihat urat-urat kasar melingkar-lingkar di sekujur batang itu. Dan lihatlah betapa kencang dan mengkilat kepalanya karena mendendam birahi.<br />
<br />
Lihatlah betapa sangat mempesona dan menantang lubang kencing ini. Tak pelak lagi, Larsih menjadi histeris menyaksikan apa yang kini dalam genggamannya. Dengan histeris pula, sambil setengah menutup matanya mukanya kedepan dan mengusapkan ujung kemaluan Mas Diran itu ke wajahnya.<br />
<br />
Ujung kemaluan yang melelehkan lendir pelumas itu diusapkannya ke pipinya. Sepintas hidungnya juga mengendus untuk menangkap aroma kemaluan Mas Diran itu. Ooohh, .. Sedap sekali.<br />
<br />
Ahh, Mas Dirann.. Biarlah aku memuaskan kehendak syahwatmu. Biarlah aku ciumi dan kulum kemaluanmu yang mempesonakan ini. Biarlah aku jilat dan bikin kuyup dengan ludahku batang yang tegar dan panas ini. Sinilah, biar kuisep-isep dengan sepenuh nikmat birahiku..<br />
<br />
Dan.. Genjotlah maju mundur penismu ke dalam mulutku. Goyangkan pantatmu, Mas Diran. Begitulah racau batin Larsih yang mengalir berkesinambungan. Larsih semakin lupa diri. Sambil jari dan tangannya memilin-milin dan memijit batang kemaluan itu, mulutnya yang kini terisi penuh oleh ujung penis yang gede dan berkilatan itu nampak bergerak memompa. Larsih melakukannya dengan merem melek.<br />
<br />
Kemudian ganti, lidahnya bergerak menjilat dari pangkal batangnya hingg ujung lubang kencing kemudian dengan bibirnya yang mengecup-ecup. Dia merasa seperti terbang ke awang nikmat yang tak bertara. Larsih menemukan dambaan dan obsesinya. Larsih larut dalam prahara nafsu seksualnya.<br />
<br />
Jangan tanyakan bagaimana Mas Diran dilanda gamang syahwat dari celah dinding rumah kontrakannya yang disebabkan isepan mulut mungil Larsih itu. Jangan tanyakan bagaimana Mas Diran langsung terlempar ke pucuk-pucuk kepuasan libidonya. Jangan tanyakan betapa Mas Diran merasa mendapatkan jawaban atas keresahan dan impian erotisnya pada Larsih selama ini.<br />
<br />
Dan walaupun ada dinding pembatas, tetapi kini Larsih impiannya itu ada di depannya. Larsih, istri tetangganya yang meresahkan syahwatnya selama ini sedang meciumi, menjilati dan mengulum penisnya. Dan itu tak seberapa lama..<br />
<br />
Kenikmatan tak bertara itu langsung mendongkrak nafsu birahi Larsih dan Mas Diran. Larsih yang menjadi sangat histeris menjilat, mencium, mencaplok, mengulum dengan penuh gereget kemaluan Mas Diran. Dan sebaliknya Mas Diran yang mendapatkan limpahan histeris birahi Larsih hingga syahwatnya menjadi terpacu. Kandungan spermanya terangsang untuk cepat menyemprotkan air maninya keluar.<br />
<br />
Saraf-saraf peka di seputar selangkangan Mas Diran berinteraksi dan tak mampu bertahan. Urat-urat yang menyalurkan sperma dari kandangnya mulai berdenyut memompa keluar. Mas Diran merasakan air maninya mau muncrat. Pada Larsih dia teriak dalam bisiikan,<br />
<br />
“Dik Larsih.., a.. Ak.. Kku.. Mm.. Mauu.. Keluaarr.., niihh. Booleehh..”.<br />
“Ayyoo, Mass.., inilah yang kutunggu..,” demikian suara batin Larsih.<br />
“Bantuin Dik. Tolong sambil dikocok-kocok.., tolong Dik Larsihh..”.<br />
<br />
Kemudian serta merta Larsih meningkatkan rangsangannya pada kemaluan Mas Diran. Tangannya mengocok dan menguruti batangnya sambil ditusuk-tusukkannya ujung ludahnya pada lubang kencing kemaluan itu. Kemudian disapunya kepala yang mengkilat itu dengan lidahnya hingga menyentuh seputaran lehernya.<br />
<br />
Tak mungkin lagi dipertahankan. Mas Diran merasakan seluruh saraf-saraf di seputar kemaluannya mulai meregang untuk menjemput muncratnya air mani. Tangannya kini memerlukan ada yang dipegang. Tetapi tak ada pada dindingnya yang bisa diraih oleh tangan Mas Diran. Akhirnya dialihkannya pegangan pada sandaran kursi di dekatnya. Tangannya memerlukan sandaran itu untuk menahan getaran kenikmatan yang semakin datang menderanya. Tak mungkin lagi..<br />
<br />
“Aacchh.., Dik Larssihh.. Dik Larsihh.. Keluaarr..,” teriakan penuh nikmat dari mulut Mas Diran.<br />
<br />
Larsih merasakan seperti kemarin. Bedanya, kalau kemarin tangan kanannyalah yang merasakan kedutan besar penis ini, kini rongga mulutnyalah yang menanggung kedutan itu. Beda yang lain adalah, kalau kemarin sperma Mas Diran tumpah terserak ke segala arah, termasuk melumuri tangannya, maka kini sebagian besar kedutan-kedutan itu untuk memompa air mani yang akan muncrat dalam rongga mulut Larsih. Dan selebihnya yang dibiarkan lepas jatuh ke lengan dan tangannya, Larsih ingin kembali melulur wajah dan tubuhnya dengan air mani itu. Untuk awet muda, katanya.<br />
<br />
Mas Diran langsung rubuh terpuruk. Spermanya yang nyemprot keluar demikian banyaknya. Tenaga Mas Diran tersedot habis. Kini dia terbaring telanjang di ranjangnya sambil menariki satu-satu nafas panjangnya.<br />
<br />
Dia tidak pernah menyangka bahwa Larsih istri tetangganya itu akan minum atau makan spermanya. Selama ini dengan Murni sekalipun, Mas Diran tak pernah mau menyuruh menjilati kemaluannya. Apalagi menampung sperma di mulut macam Larsih ini.<br />
<br />
Tetapi Larsih ini memang terlampau ‘panas’. Dia bukan sebagaimana perempuan biasa lainnya. Larsih ini termasuk perempuan luar biasa. Benar juga kata orang, perempuan yang tampilannya macam Larsih ini akan sangat kuat dan liar saat bermain di ranjang. Perempuan yang tidak mudah dipuaskan.<br />
<br />
Larsih masih menyibukkan dengan lulurnya. Air mani Mas Diran telah meratai leher dan dadanya. Dia heran kenapa bisa melayani lelaki macam Mas Diran. Apapun yang Mas Diran mau dengan rela dia memberikannya. Yang masih tetap heran, kenapa akhirnya dia tanpa merasa jijik bisa minum sperma Mas Diran. Ternyata rasa sperma itu tak beda dengan telor putih ayam kampung yang sering dia dan suaminya minum sehabis mereka melakukan kewajiban suami istrinya.<br />
<br />
Ahh.. Aku jadi pengin minum lebih banyak, begitu pikir Larsih.<br />
<br />
Pada malam harinya kembali sebagaimana biasanya, Larsih menemani suaminya Tono saat makan malam.<br />
Secangkir kopi, kesukaan suaminya dan sepiring kacang rebus menyertai mereka bercengkerama di depan tevisi-nya. Larsih menyandarkan kepalanya pada bahu Tono. Nampak seakan tak ada hal yang serius dalam kehidupan mereka, khususnya sepanjang hari itu.<br />
<br />
Tono tidak melihat hal-hal yang aneh di rumah tangganya. Larsih mencoba mengamati lubang yang kini bisa terkuak lebih lebar itu. Tak ada hal yang mengkhawatirkan. Sesaat hatinya berdesir ketika ingat apa yang telah berlangsung melalui lubang itu di siang hari tadi.<br />
<br />
Pada pagi hari esoknya, hal-hal rutin kembali berjalan. Larsih mengantarkan hingga ke pintu depan saat melepas suaminya berangkat kerja. Demikian pula Mas Diran, melepas Murni sambil menutup pagar halamannya.<br />
<br />
Ketika mereka perhitungkan Tono maupun Murni sudah cukup jauh dari rumah, kembali mereka bergegas menuju ke lubang dinding. Dialog yang menembus dinding antara Larsih dan Mas Diranpun dimulai.<br />
<br />
“Dik Larsiihh.., Mas kangen banget nihh..,”<br />
“Mana pipi indahmu?? Mana bibir indahmu??,” rayuan Mas Diran mengalir.<br />
<br />
Dengan hanya bercelana pendek ‘hot pant’, Larsih mendekat ke dinding.Mereka kembali saling pandang melalui lubang itu kemudian berpagutan. Bermenit-menit mereka saling gigit, sedot dan jilat. Mereka saling minum ludah lawannya. Segala gaya dan cara sebatas kemungkinan yang bisa dilakukan melalui lubang itu, mereka lakukan.<br />
<br />
“Mass.., lubangnya bisa lebih gede lagi, nggak, siihh..,”<br />
“Aku pengin lebih lebar lagi. Jadinya kita bisa puaass.. Banget,” rajuk Larsih pada Mas Diran.<br />
<br />
Mas Diran tahu, itu adalah isyarat hausnya syahwat Larsih. Mas Diran tahu, dengan lubang yang lebih lebar hubungan antar kelamin bisa dilakukan lebih maksimal. Dia juga menginginkan hal yang sama. Mas Diran mencoba mengamati dinding itu.<br />
<br />
“Sana Dik Larsih bikin kopi dulu buat Mas, nanti aku cari akal supaya lubang ini lebih leluasa tanpa kelihatan oleh orang,” Mas Diran sudah terbiasa menyuruh Larsih. Entah yang bikin kopi, atau nggoreng nasi, atau bikin sambel kecap dan sebagainya.<br />
<br />
Kemudian dia mencari peralatan di kotak raknya. Dia patahkan lembaran dinding itu lebih ke kanan, tanpa membuatnya lepas dari ikatannya. Dia tempelkan sedikit kertas dengan lemnya sehingga bisa berfungsi seperti engsel pintu. Dia tunjukkan pada Larsih patahan itu dan kemudian membuka lubangnya. Wwoo.., ini mah macam pintu saja, demikian surprise yang dirasakan oleh Larsih.<br />
<br />
Sebuah lubang dinding selebar kurang lebih berukuran lebar 40 cm dan tinggi 30 cm dengan mudah dibuka maupun ditutup tanpa kelihatan menyolok oleh siapapun. Tetapi mereka sepakat, setiap sore akan menutup dengan tempelan koran untuk menghilangkan jejak sama sekali. Memang jadi sedikit repot, tetapi biarlah, yang penting aman.<br />
<br />
Mereka langsung mencoba perdana lubang itu. Kini kepala Larsih atau kepala Mas Diran bisa nyeplos ke kamar sebelahnya. Mereka tertawa senang. Kini Mas Diran bisa melihat betapa Larsih sangat seksi dengan ‘hot pant’nya.<br />
<br />
“Sini, Dik.. Aku mau sun ini, ya..,” dia raih pinggul Larsih untuk didekatkan ke depannya. Kemudian wajahnya berusaha melekat ke selangkangan istri tetangganya itu.<br />
<br />
Larsih tertawa tertahan karena kegelian. Dia menggelinjang. Tetapi Mas Diran tidak berhenti disitu. Kini tangannya bisa meraih dan melepasi kancing-kancing ‘hot pant’ Larsih. Dan ditariknya turun ‘hot pant’ itu hingga tinggal celana dalamnya saja yang tinggal. Mas Diran langsung kembali melekatkan wajahnya ke celana dalam itu. Dia mencoba mengendusi vagina Larsih.<br />
<br />
Hidungnya menangkap semburat bau kencing pada vagina itu yang membuat birahinya langsung bangkit. Larsih sangat tersanjung. Bibir dan dagu Mas Diran yang menyentuhi pangkal pahanya membuat nafsu birahinya terdongkrak. Dia meremas kepala Mas Diran sambil mendesah berat,<br />
<br />
“Duuhh.. Mmaass.. Maass..”.<br />
<br />
Mas Diran belum puas juga. Ditariknya hingga celana dalam itu hingga lepas dari tempatnya.<br />
Kini nampak vagina Larsih yang diselimuti bulu-bulu lembut itu. Kembali diraihnya pinggul Larsih. Dan dibenamkannya wajahnya ke selangkangannya. Kini lidahnya menjulur untuk menjilat-jilat.<br />
<br />
Larsih merasakan jilatan Mas Diran pada kemaluannya. Dia tidak pernah membayangkan Mas Diran mau dan rela menjilati vaginanya yang tentu bau pesing itu. Sekali lagi dia sangat tersanjung. Suaminya, Tono tak pernah mau melakukan itu.<br />
<br />
Rasa nikmat saat lidah menyentuhi bibir vaginanya membuat nafsu birahi Larsih langsung membara di pagi hari itu. Dia ingin Mas Diran mau menjilat untuk lebih merangsangnnya lagi. Dia tarik kursi plastik di sampingnya. Dia angkat satu kakinya ke atas kursi itu. Selangkangan Larsih langsung terbuka dan memudahkan Mas Diran lebih merasuk ke dalamnya.<br />
<br />
Kenikmatan yang melanda membuat tangan Larsih langsung kembali meremasi kepala dan rambut Mas Diran. Dia mendesah sambil menggoyang pantatnya, mendorong-dorong menjemput jilatan dan sedotan bibir Mas Diran.<br />
<br />
Mas Diran merasakan betapa legit vagina Larsih. Mungkin Tono jarang menikmati vagina istrinya ini. Urat-urat bibir vagina itu masih sangat kencang. Dan saat terlanda birahi vagina ini menunjukkan betapa kerasnya remasan dinding vaginanya. Walaupun cairan birahinya terus mengalir, ternyata lidah Mas Diran tak mampu menembusinya. Penis Mas Diran ngaceng. Dia membayangkan betapa nikmatnya kalau kemaluannya bias menembusi vagina istri tetangganya ini.<br />
<br />
Mas Diran mulai melakukan ancang-ancang. Dia ingin Larsih benar-benar menggelinjang hingga pada akhirnya dia minta agar Mas Diran memasukkan kemaluannya ke liang vaginanya. Tangan Mas Diran mulai menyertai bibirnya mengolah saraf-saraf peka pada vagina itu.<br />
<br />
Dengan lidahnya lebih memusatkan jilatan pada kelentit atau klitoris Larsih, jari-jari tangannya yang kukuh mulai melakukan penetrasi pada lubang vagina Larsih. Jari-jari yang gede dan kasar itu sangat menggelitik saraf-saraf dinding vagina yang memang telah lama menantinya. Larsih merasakan betapa dinding-dinding lubang vaginanya mencengkeram erat-erat jari-jari Mas Diran. Duuhh.. Rasaya aku nggak tahan banget, niihh.., begitu desah pelan Larsih. Saat jari-jari itu mengocok-ocok kemaluannya Larsih berteriak histeris,<br />
<br />
“Mas Diran, Mas Diran, Mas Diran.. Ampuunn.. Larsih nggak bias tahaann.. Aammppuunn..”.<br />
<br />
Merasa upayanya nampak berhasil Mas Diran semakin mempercepat kocokkan sekaligus membuat variasi dengan juga mengaduk putar jari-jarinya hingga seluruh dinding kemaluan Larsih tersedak jari-jari kasarnya itu.<br />
<br />
Tak ada ampun lagi. Larsih cepat melakukan perubahan posisi. Dia tarik lepaskan jari Mas Diran dan kemudian dengan kedua tangannya dia menggeret meja makan untuk dipepetkan ke lubang dinding itu,<br />
<br />
“Mas Diran, aku pengin banget merasakan yang lebih gede.. Aku pengin penis Mas Diran menusuki vaginaku. Ayyoo, maass..,” Larsih tak mampu memilih kata-kata lagi. Keinginannya dia lontarkan secara vulgar kepada Mas Diran sambil dia naik dan kemudian telentang ke meja makan itu.<br />
<br />
Dia mengangkat kedua kakinya sambil menghadapkan vagina dan pantatnya tepat pada arah lubang dinding itu. Dia melipat kakinya hingga pahanya menyentuh dada. Dari balik lubang dinding, kini Mas Diran menyaksikan citra 3 dimensi melalui lubang ukuran 40 cm X 30 cm. Citra 3 dimensi itu adalah vagina Larsih yang muncul dengan mulus dan sangat menantang sanubari dan birahinya. Vagina itu nampak basah. Tetapi walau basah rupanya tak mampu untuk menutupi hausnya tusukkan penisnya. Vagina Larsih yang tampak macam ini sangat membakar syahwat Mas Diran. Dan inilah puncak dari usahanya.<br />
<br />
Larsih yang istri tetangganya itu kini telah benar-benar menyerahkan kekayaannya yang paling rahasia. Larsih kini benar-benar menyerahkan kehormatannya padanya. Larsih telah menyerahkan vaginanya untuk memuaskan penisnya. Dengan penuh pengendalian tempo dan perasaannya, Mas Diran mendekatkan bibirnya.<br />
<br />
Dia ingin Larsih benar-benar tersiksa oleh prahara syahwatnya. Dia ingin istri tetangganya itu benar-benar memohon agar penisnya menembusi gua garbanya. Menembusi liang vaginanya dan menggaruk-garuk dinding-dindingnya.<br />
<br />
Mas Diran melumati kemaluan Larsih. Dia mencium dan menjilat kemaluan yang menantangnya itu, seperti saat dia sedang mencium dan melumati bibirnya. Bibir vaginanya dia rasakan seperti bibirnya. Klitorisnya menjadi lidahnya. Dan cairan birahi yang mengalir deras itu dia anggap ludahnya. Dia lahap semua dengan penuh kerakusannya.<br />
<br />
Larsih histeris. Mas Diranlah yang membuat Larsih histeris. Larsih tak berdaya. Tangannya tak bisa menjadi sarana untuk melampiaskan kegatalan nikmat yang kini bak puting beliung melemparkan dan menenggelamkan dirinya ke dalam lautan nikmat yang tak bertara. Tangannya menggapai angin mencari sesuatu yang bisa diremas-remas atau di cabik-cabik. Yang akhirnya dia bisa raih adalah buah dadanya sendiri.<br />
<br />
Larsih dengan sepenuh emosi syahwatnya nampak seakan-akan hendak merobek atau mencabik-cabik susunya. Seakan-akan dia ingi mencopoti puting-putingnya. Kegatalan yang luar biasa itu membuat dia kelabakan dan memohon dalam tangisannya,<br />
<br />
“Ampunn, Mass.., ampuunn.., ayoolahh Mass.. Cepat masukiinn.., ampunn..”.<br />
<br />
Tangisan itu belum juga menyentuh hati Mas Diran. Tetapi keindahan sensual yang memancarkan nafsu syahwat luar biasa dari vagina Larsih ini sangat sayang untuk dilewatkan. Bibir dan lidahnya masih menikmati pancaran sensual itu.<br />
<br />
Bahkan lidahnya kini berusaha menembusi lubang sempit vagina Larsih. Lubang yang menebar aroma vagina dari seorang perempuan yang istri tetangganya itu. Tangisan Larsih justru menambah semangat birahinya untuk melanjutkan jilatan dan sedotannya.<br />
<br />
Tangan Mas Diran kembali melakukan rangsangan. Kalau tadi jari-jarinya menusuki lubang vagina, kini jari-jari itu mulai merambah lubang anus Larsih. Dia memang belum menusukkan ke anus itu. Tetapi elusan-elusan kulit kasarnya mengakibatkan Larsih tak lagi mampu mengendalikan desahannya. Dia tak lagi membisik. Desahan yang keluar dari mulutnya bukan tak mungkin terdengar dari ruang Mak Sani. Untungnya sampai saat ini Mak Sani belum pulang dari rumah anaknya.<br />
<br />
Penis Mas Diran benar-benar telah menegang dalam ukurannya yang maksimal. Pada saat birahinya ada di puncak tertinggi macam sekarang ini, penis itu tegak kaku mengarah naik sekitar 60% mencuat ke atas. Batangnya bergeligir penuh dengan otot yang memompa darahnya. Otot itu melingkar-lingkat sejak dari batas leher hingga ke pangkal kemaluannya.<br />
<br />
Kepala penisnya berkilat-kilat seakan hendak meledak menahan desakan birahi dari dalamnya. Lubang kencingnya yang sangat menantang untuk jilatan lidah para perempuan terus menerus mengalirkan cairan birahi yang siap untuk melumasi vagina Larsih yang telah siap ditembusinya.<br />
<br />
Dibawah batangnya bijih pelirnya nampak menggelantung, dengan bungkus kulitnya yang membulat dengan penuh kerur-kerut bak bundaran bijih salak muda yang baru dipetik. Siapapun yang melihatnya pasti tergoda untuk memainkan kuluman bibir atau jilatan lidah pada bijih pelir Mas Diran itu.<br />
<br />
“Amppuunn, Mass.., Larsih bisa jantungan Maass.., masukin Maass.. Aku rindu penismu Mas Diran.., mana penismu.. Mana penismuu..??,” Larsih sudah semakin tak mampu lagi menahan kata-kata vulgarnya. Dia benar-benar telah berada di ambang kritis yang harus diatasi oleh Mas Diran.<br />
<br />
Dan Mas Diran kini memahami. Dia juga puas mendengar ucapan Larsih terakhir itu. Mas Diran menikmati betapa Larsihlah yang minta agar kemaluannya merasuki gua garba penuh kenikmatan yang dimiliki istri tetangganya itu.<br />
<br />
Larsihlah yang memohon agar penisnya menusuk vaginanya.<br />
<br />
Kini Mas Diran bergerak pasti. Bibir dan lidahnya meninggalkan sedot dan jilatannya. Dia bangun dan mengatur posisinya. Dia sedikit bergeser ke depan sambil mengarahkan penisnya yang ngaceng kaku itu ke lubang kemaluan Larsih. Dia tuntun ujung penisnya yang berkilatan itu untuk menyentuh vagina Larsih yang sudah demikian haus menunggunya.<br />
<br />
Bibir vagina itu nampak menegang dan juga memancarkan sedikit kilatan yang disebabkan dorongan darahnya yang menekan ke arah permukaannya. Saat kepala itu menyentuhnya, Larsih terlonjak. Dia tahu situasi di balik dinding itu telah berubah. Dia tahu Mas Diran telah siap menusuki lubang vaginanya. Dia tahu bahwa sebentar lagi kenikmatan yang tak terkirakan akan melandanya.<br />
<br />
Dia tahu dan telah siap apabila Mas Diran akan menonjok-nonjokkan kemaluannya pada bibir vaginanya untuk bisa mulus menembusinya. Dan itulah yang terjadi. Kepala penis Mas Diran terasa mulai menekan. Bibir vagina atau gerbang vaginanya yang sudah demikian menanti seakan kini menjual mahal. Bibir itu tidak demikian saja mengijinkan penis Mas Diran masuk. Bibir itu seakan merapatkan barisan untuk menahan serbuan penis.<br />
<br />
Bibir itu merapat dan membuat lubang vagina menyempit. Itulah kenikmatan luar biasa yang mengawali penetrasi seorang Mas Diran ke vagina Lastri istri tetangganya yang binal ini. Berkali-kali tonjokkan penis itu dilakukan. Berkali-kali serbuan penis dilancarkan hingga akhirnya mulai terkuak. Lubang vagina Larsih mulai memberi kesempatan dan melepas sedikit demi sedikit cengkeramannya. Gerbang vagina memberikan ruang hingga kepala penis Mas Diran melesak masuk hingga batas lehernya.<br />
<br />
Bagi Mas Diran hal ini sudah sangat cukup. Upaya berikutnya tak terlampau sulit. Dikocok-kocokkannya kepala penisnya pada ruang sempit itu hingga cairan birahi Larsih tak lagi terbendung. Kocokkan-kocokkan itu menghasilkan dinding pertahanan vagina jadi sangat licin. Dan kondisi licin macam itulah yang membuat vagina Larsih benar-benar tak mampu menahan desakan penis Mas Diran.<br />
<br />
Dari balik dinding Larsih seperti kemasukan setan. Tangan-tangannya yang terus membetoti susunya dan menarik-nark serta memilin puting-putingnya kini disertai kepalanya yang terus bergoyang kekanan dan kekiri. Goyangan kepalanya itu demikian histeris hingga rambut-rambutnya awut-awutan terlempar sana-sini.<br />
<br />
Tonjokkan penis Mas Diran telah membuat Larsih sama sekali kehilangan kontrol diri. Dia tak mampu lagi membendung banjirnya cairan pelumas pada bibir vaginanya. Dia kini merasakan betapa senti demi senti batang kemaluan Mas Diran menembus gerbang vaginanya.<br />
<br />
Dia kini merasakan betapa dinding-dinding vaginanya mulai mencengkeram dan menghambat setiap senti batang penis Mas Diran untuk bergerak maju menembus lubangnya. Larsih merasakan betapa cengkeraman dinding vaginanya itu membuahkan nikmat syahwat yang tak terhingga. Saraf-saraf peka yang menebar di seluruh permukaan dinding itu melakukan interaktif dan menjemput nikmat dengan remasan-remasannya.<br />
<br />
Mas Diran yang merasakan cengkeraman vagina Larsih terkadang justru melambatkan atau menghentikan sama sekali dorongan penisnya untuk menembus lebih ke dalam. Dia ingin menikmati betapa cengkeraman itu menjadi empotan yang meremas.<br />
<br />
Saat saraf-saraf itu berusaha menahan, terjadilah pegangan erat pada batangnya. Tetapi itu hanya sesaat. Berikutnya pegangan itu pasti kendor dan melemah sebelum kembali memegang erat. Siklus itulah yang membuat rasa empot-empot pada batang penis Mas Diran.<br />
<br />
Tetapi semua itu hanyalah sebuah ‘awal’ atau ‘pembukaan’. Penis Mas Diran akan terus bergerak maju. Dan vagina Larsih akan terus menghisap masuk bak rahang ular piton yang menelan mangsanya dan tak mungkin melepaskannya. Pantat Larsih menggoyang untuk menjemput dan melahap ‘mangsa’-nya itu.<br />
<br />
Pantat Larsih juga menggoyang untuk mengurangi derita nikmat yang melandanya. Pantat itu menggoyang seirama dengan gerak laju penis Mas Diran yang terus bergerak menembus vaginanya. Dan apabila ‘pembukaan’ itu telah lewat, maka yang dirasakan Larsih kini adalah sebuah benda panas dan sangat kenyal memenuhi rongga vaginanya. Tak ada celah kosong sejak gerbang hingga mentok ke dinding rahimnya. Batang itu dengan sesak menembusi lorong penuh nikmat milik Larsih.<br />
<br />
Sesak itu terjadi karena ada dua arah penyebabnya, yanitu batang kemaluan Mas Diran yang sangat gede dan dinding vagina Larsih yang mencengkeram, menyempit dan menjepit. Tetapi anehnya tak ada satupun yang merasa dirugikan. Mas Diran dan Larsih justru menemukan nikmat dari apa yang kini sedang berlangsung itu.<br />
<br />
Kini kembali Mas Diran membuat kemaluannya diam tanpa gerak dalam kepadatan ruang vagina Larsih. Ujung penisnya merasakan dinding batas. Itulah dinding rahim Larsih. Kemudian vagina Larsih itu dengan cepat mengempot-empot meremasi batang penisnya. Larsih kembali lagi mengoyang-goyang pantatnya. Dia dilanda rasa gatal yang sangat. Dia ingin penis Mas Diran mulai menarik dan mendorong. Dia ingin merasakan pompaannya kemaluan gede dan panjang milik Mas Diran itu. Dia ingin merasakan gosokan atau gesekan batang penis dengan dinding-dinding lubang vaginanya.<br />
Dan terjadilah. Mas Diran mulai pelan menarik. Hanya setengahnya. Kemudian kembali mendorong hingga mentok ke dinding rahim.<br />
<br />
Kemudian diulanginya route itu berkali-kali. Setiap kali Mas Diran menambah kecepatan. Dan pada setiap tusukkan maupun tarikan desah dan rintih Larsih menyertai dengan penuh iba derita nikmat.<br />
Dan saat penis Mas Diran mulai memompa dengan ritmis dan tempo yang semakin sering, kedua orang itu saling memperdengarkan desahan dan nafas-nafasnya yang memburu.<br />
<br />
Dan saat pompaan semakin sering dan cepat yang mengakibatkan meja makan Larsih berderit-derit, serta dinding penuh syahwat pembatas kamar mereka berderak-derak, mulut Larsih dan Mas Diran memperdengarkan suara konser desah dan rintih penuh irama. Jangan tanya lagi tentang racauan. Semua kata-kata vulgar tumpah berserakan mengalir dari kedua mulut yang asyik masyuk itu.<br />
<br />
Pada ghalibnya semua yang ada ‘pembukaan’ memang harus diikuti dengan ‘akhiran’. Dan siapa atau apapun saat menyongsong titik ‘akhiran’ itu selalu berusaha menumpahkan semua beban-beban agar pada ‘pemberhentian’ nanti bisa berlangsung lunak, menyeluruh dan tuntas.<br />
<br />
Saat Mas Diran merasakan betapa air maninya tak mungkin bisa terbendung, dan kini tengah merambati saraf-saraf disekitar kemaluannya untuk muncrat, dia menengadahkan wajahnya ke langit-langit. Dia memusatkan seluruh dirinya untuk menyambut muncratnya spermanya. Dia merasakan betapa nikmat dan legitnya vagina Larsih yang kini sedang dalam pompaannya.<br />
<br />
LarsiHPun menghadapi kenyataan yang sama. Kerinduan berbulan-bulan yang ditanggungnya, kemudian pula limpahan birahi tak tertahankan selama hari-hari terakhir ini menggiring dirinya untuk menapaki orgasme yang memang jarang dia dapatkan. Dia merasakan sebuah sensasi erotik yang luar biasa saat penis Mas Diran merasuki ruang sempit lubang vaginanya.<br />
<br />
Dia merasakan betapa dinding-dindingnya yang penuh saraf peka begitu mencengkeram untuk merasai betapa penis itu memberikan nikmat tak bertara pada dirinya. Dia kini merasakan tonjokkan yang semakin cepat dari kemaluan Mas Diran. Dia merasakan bahwa Mas Diran sedang mendekati muncratnya air maninya ke haribaan kemaluannya.<br />
<br />
Dia merasakan betapa desahan Mas Diran tak lagi mampu menahan puncratan itu. Bak kuda betina yang sangat binal dan liar Larsih berusaha menggantikan atau mempercepat pompaan Mas Diran. Meja makannya terdengar berderit-derit menahan gerakan Larsih yang menerima dorongan Mas Diran maupun karena goyang yang dia buat.<br />
<br />
Larsih ingin air mani Mas Diran nyemprot di dalam vaginanya. Larsih merindukan sperma yang panas melaburi dinding vaginanya. Larsih menginginkan Mas Diran melampiaskan dendam birahinya dalam sekapan lubang vaginanya dan menyirami dinding rahimnya. Mas Diran merasakan saat puncak itu tak jauh lagi. Dia merasakan betapa air maninya mengaliri dan merambati otot-ototnya menuju pintu akhir untuk tumpah. Ahch, aacch.., akhirnya..<br />
<br />
Tangan-tangan Mas Diran menggapai dinding-dinding datar itu. Dia cakar-cakar tambelan koran-koran yang berkelupasan. Dia remasi serpihannya. Air mani Mas Diran muncrat tak terbendung.<br />
Penisnya berkedutan memompa keluar cairan kentalnya. Dia berteriak tertahan. penisnya lebih dia benamkan dengan menekannya kuat-kuat ke dinding rahim Larsih.<br />
<br />
Sementara Larsih menerima apa yang berlangsung dengan tampilan lebih histeris. Orgasmenya sendiri ternyata hadir membarengi semprotan air mani Mas Diran. Kedutan penis Mas Diran dalam kemaluannya disambut dengan semprotan hangat cairan birahinya. Betotan tangannya pada buah dadanya mengencang seakan hendak mencopot susunya dari tempatnya.<br />
<br />
Bibirnya menggigit bibirnya sendiri hingga terluka dan mengalirkan darah kecil. Pantatnya berputar-putar seakan ingin menelan seluruh kemaluan gede Mas Diran itu. Cairan birahi Larsih terus bertumpahan. Dia mengalami apa yang sering orang sebut sebagai ‘orgasme beruntun’. Setiap tusukkan kemaluan Mas Diran disertai pula dengan muncratnya cairan birahi Larsih. Setiap kedutan pompa sperma Mas Diran dia timpali dengan erang dan rintih nikmat orgasmenya. Mungkin Mas Diran menyemprotkan 6 atau 7 kali air maninya. Dan sebanyak itu pula Larsih mengalami orgsame beruntunnya.<br />
<br />
Dan..<br />
Mereka langsung jatuh tersungkur begitu segalanya usai. Tubuh Larsih merosot lunglai kelantainya. Mas Diran telentang di lantainya pula. Keduanya hanya memperdengarkan nafas-nafas berat dan panjangnya sambil keringatnya yang mengucur deras untuk menyalurkan kelelahan yang tak terhingga. Nampak lubang di dinding itu menggapai-gapai kena angin dari jendela. Serpihan kertasnya yang hampir lepas melambai.<br />
<br />
Lubang, jendela dan serpihan kertas rumah kontrakan itu menjadi saksi betapa Mas Diran dan Larsih telah bersama-sama merengkuh nikmat syahwat yang paling nikmat sepanjang pengalaman mereka.<br />
<br />
Larsih masih merasakan apa yang baru saja usai. Penis Mas Diran yang demikian sesak masih meninggalkan pedih. Tetapi bukannya sesal. Dia masih ingin bangkit untuk kembali merasakan kenikmatan luar biasa itu. Kenikmatan syahwat yang belum pernah dia alami sebelumnya itu.<br />
<br />
Mas Diran tergolek. Dia belum bisa sama sekali melepaskan ingatan nikmat yang barusan dia alami. Masih terasakan pada batang kemaluannya, betapa vagina Larsih memijit-mijit dan mencengkeram demikian hebatnya hingga spermanya penuh tumpah pada lubang nikmat itu. Mas Diran ingin bangkit lagi untuk merasai kembali kenikmatan tak bertara itu.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian..<br />
Larsih mengajak Mas Diran makan. Dia telah menyimpan makanan untuk makan siang berdua. Larsih telah memasak untuk suaminya yang bisa disimpan beberapa hari. Melalui lubang itu Mas Diran bersama Larsih saling bersuapan. Terkadang Larsih mengigit sepotong makanan untuk disuapkan ke gigitan Mas Diran.<br />
<br />
Mereka juga melaksanakan makan siang bersama dari lubang syahwat yang sama. Hari itu mereka mengulangi kenikmatan-kenikmatan yang pernah diraihnya. Mereka melakukan berbagai macam jalan nikmat yang pernah meraka lakukan melalui lubang dinding itu. Mas Diran sempat memuncratkan air maninya hingga 4 kali sampai dekat ke jam 5 sore hari itu. Sementara Larsih sudah tahu bagaimana mendapatkan ‘orgasme beruntun’.<br />
<br />
Entah berapa kali pula orgasme beruntun datang menerpa dan berhasil diraihnya. Sesudahnya, sesuai kesepakatan sebelumnya mereka menambal lubang dinding dengan kertas koran yang ada.<br />
Larsih mengembalikan letak meja makan sebagaimana sebelumnya. Meja makan dimana sebentar lagi dia akan makan malam bersama Tono suaminya.<br />
<br />
Demikianlah kisah ini. Selama Mas Diran kebagian gilir jaga malam, selama beberapa hari ini hingga genap satu minggu, menghabiskan waktu siangnya untuk berasyik masyuk bersama Larsih istri tetangganya.<br />
<br />
Hal itu kemudian berulang pula pada setiap 2 minggu berikutnya. Lubang kenikmatan itu mereka rawat dengan baik hingga tak seorangpun, baik itu Tono suami Larsih maupun Murni istri Mas Diran mencurigainya. Keadaan itu terhenti saat ada peristiwa baru. Peristiwa yang menunjukkan betapa bumi dan kehidupan di atasnya terus berputar.<br />
<br />
Karena prestasi kerjanya Tono ditunjuk menjadi kepala cabang kantor angkutannya di Sampang, Madura. Dalam tempo 1 minggu keluarga Tono dan Larsih sudah menempati rumah baru di Sampang. Sebuah rumah batu, lengkap dengan perabotan, kamar mandi sendiri dan kendaraan kijang bekerja. Pada saat liburan pasangan Tono dan Larsih sering berekreasi meninjau kota-kota atau tempat-tempat bersejarah yang banyak tersebar di pulau Madura.<br />
<br />
Dengan cepat Larsih menyesuaikan keadaan. Dia kini menjadi lebih matang. Dia mulai tahu bahwa kenikmatan bisa diraih dalam berbagai cara. Bahkan dia sering menuntun Tono menapaki kepuasan ranjang pengantin mereka.<br />
<br />
Setahun setelah tinggal di Madura, pasangan Tono dan Larsih dikaruniai anak perempuan yang secantik ibunya. Tono ingin anaknya nanti bisa meneruskan sekolah bapaknya hingga mencapai sarjana.<br />
<br />
Akan halnya Mas Diran. Dia kini diangkat menjadi pegawai administrasi dan koordinator keamanan gudang tempat dia bekerja. Mas Diran tidak perlu lagi kerja malam. Dari kantornya Mas Diran diberi kesempatan untuk mendapatkan rumah yang layak dengan kredit lunak dari bank.<br />
<br />
Sejak itu Mas Diran dan Murni selalu bisa menonton TV bersama, makan malam bersama dan berlibur bersama dalam suasana keluarga yang lengkap, utuh dan penuh kegembiraan.<br />
<br />
Akhirnya Murni hamil. Seorang bayi lelaki yang kuat dan tampan telah lahir untuk pasangan Mas Diran dan Murni. Mas Diran tidak ingin mewarisi tugas bapanya yang hanya Satpam itu. Dia ingin anaknya nanti bisa jadi Caleg dari partai favoritnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-35284238687396487682019-03-31T22:58:00.001-07:002020-05-22T19:35:54.015-07:00AURA SEKS NAIK KETIKA MELIHAT ROK MINIAURA SEKS NAIK KETIKA MELIHAT ROK MINI<br />
<br />
<img alt="Image result for cewek semok" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRcEvjMcXaJZosDixrGqOoN6gCUePRDV4SYIm09IYpIeSBGES4DWg" width="400" /><br />
<br />
Cerita sek – Ini mengisahkan sebuah cerita dewasa tentang pergaulan yang terjadi pada anak smu<br />
sekarang, Jadi begini awal mula cerita seks ini dikisahkan dari seorang yang bernama riska. Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.<br />
<br />
Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.<br />
<br />
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.<br />
<br />
Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.<br />
<br />
Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.<br />
<br />
Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.<br />
<br />
“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.<br />
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.<br />
<br />
Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.<br />
<br />
“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.<br />
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.<br />
<br />
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.<br />
<br />
“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.<br />
<br />
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.<br />
<br />
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.<br />
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.<br />
<br />
Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.<br />
<br />
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.<br />
<br />
Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.<br />
<br />
“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.<br />
<br />
Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.<br />
<br />
“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.<br />
<br />
Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.<br />
<br />
“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.<br />
<br />
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.<br />
<br />
“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.<br />
<br />
Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.<br />
<br />
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.<br />
<br />
“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.<br />
“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.<br />
<br />
Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.<br />
<br />
“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.<br />
<br />
Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.<br />
<br />
“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.<br />
“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.<br />
<br />
Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.<br />
<br />
Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..<br />
<br />
“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..<br />
<br />
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.<br />
<br />
“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.<br />
<br />
Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.<br />
<br />
“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.<br />
<br />
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.<br />
<br />
Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.<br />
<br />
Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.<br />
<br />
Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.<br />
<br />
“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.<br />
<br />
Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.<br />
<br />
“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.<br />
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.<br />
<br />
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.<br />
<br />
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.<br />
<br />
Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.<br />
<br />
“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.<br />
<br />
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.<br />
<br />
Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.<br />
<br />
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-2212852145259724922019-03-31T22:55:00.000-07:002020-05-22T19:36:53.638-07:00Akibat Aku Menikah Dengan Pria Tua<span style="font-size: x-large;">Akibat Aku Menikah Dengan Pria Tua</span><br />
<span style="font-size: x-large;"><br /></span>
<img alt="Image result for cewek semok" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSbQ8JYku4EinAP80FY5GPujMj_yKxbunW3LtDIfd_lYomwL9Ps" width="400" /><br />
<br />
Cerita sek – Aku menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan olah orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy “kampungan”. Aku menikah dengan sang playboy, usianya sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya.<br />
<br />
Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual. Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang aling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang sangat parah, hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang.<br />
<br />
Selama lima tahun kami menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja. Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol sekali.<br />
<br />
Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.<br />
<br />
Pada suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar.<br />
<br />
Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku. Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum.<br />
<br />
Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya.<br />
<br />
Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpo kemudian. Sewaktu salaman, Ronald lama menggenggap jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan masing-masing.<br />
<br />
Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali. Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu ? kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh…..kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi Ok lho ?!<br />
<br />
Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kanget banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku. Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu.<br />
<br />
Ronald mengajak aku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”. Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy.<br />
<br />
Di hotel itu kami mendapat kamat di lantai VII, sepi memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. ” Kamu sering kemari ?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. ” Baru kali ini Tante ” sambungnya. ” Jangan panggil aku tante terus dong ?! ” pintaku. Lagi-lagi dia tersenyum. ” Baik Yulia ” katanya. Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah…..macam-macamlah!!!<br />
<br />
Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. ” Kamu menangis Yulia ? ” Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. ” kanapa ? ” tanyanya lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya. ” Kamu menyesal kemari Yulia ?” tanya Ronald lagi. Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng.<br />
<br />
Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah….rasanya selangit banget !. Aku menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan ” penis” semnatar belum pernah aku merasakan nikmatnya.<br />
<br />
Ronald membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agat dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku. Dalam sekejap aku sudah bugil total ! Ronal memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil. Aduh……jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya.<br />
<br />
Nafasku semakin tak beraturan lagi. Ronald mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku.<br />
<br />
Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap. Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya.<br />
Hingga….cret…cret…cret…air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar.<br />
<br />
Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis.<br />
<br />
” Jadi kamu masih perawan ?! ” Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku juga bingung !<br />
<br />
Hampit satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini. Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula .<br />
<br />
Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi.<br />
<br />
Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan. Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD.<br />
<br />
Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !” Seruku. ” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun kontol ronal masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.<br />
<br />
Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. ” Aku sayang kamu Yulia ” Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu.<br />
<br />
Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. ” Aku juga sayang kamu Ron ” Kataku lirih.” Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara ” Sambungku lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anak muda ini ?<br />
<br />
Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kai berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua. Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya.<br />
<br />
Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya.<br />
<br />
Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting.<br />
<br />
Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah…macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik !!!<br />
<br />
Dalam kesendirianku ini . . .<br />
Segalanya bisa berubah .. .<br />
Kecuali,<br />
Cinta dan kasihku pada Ronad,<br />
<br />
Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh….Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku, Ron.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-56652463516039801912019-03-31T22:43:00.001-07:002020-05-22T19:37:48.855-07:00PERKOSA ISTRI KETAHUAN SELINGKUH<span style="font-size: x-large;">PERKOSA ISTRI KETAHUAN SELINGKUH</span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek semok" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQsZ1oF0I1zg2KXtaPjR2DfcSI4dHgAstiesilxqKhoDMv7s7qBXw" width="400" /><br />
<br />
Cerita sek – Hampir 2 tahun sudah aku menikahi Vani, istriku yang cantik jelita, Waktu kuliah dulu kami sudah pacaran. Vani adalah bunga kampus yang diperebutkan banyak lelaki. Aku beruntung bisa mendapatkannya dan menikahinya kini. Rambut sepundak, kulit putih dan ukuran bra 36B cukuplah membuatku ereksi tiap kali melihatnya hingga kini.<br />
<br />
Tapi 2 bulan terakhir perasaanku terganggu. Vani mulai sering pulang lebih malam dari biasanya dan hampir tiap minggu ia alasan ke luar kota. Di rumah ia lebih sibuk dengan BBnya daripada ngobrol denganku suaminya.<br />
<br />
Suatu ketika ia sedang bekerja dengan laptopnya di rumah. Saat ia sedang ke kamar kecil, aku mencuri kesempatan. aku buka file komputernya. Ternyata Vani sedang chatting dengan seorang pria dan obrolannya sangat mesra. Aku membacanya terburu-buru, perasaanku tak karuan. Dan menjadi semakin prah ketika aku membaca obrolannya seperti ini: thanx ya cantik, kemarin di Bandung enak banget deh. Jadi pingin cek in lagi sama kamu.<br />
Ah gila ternyata Vani selingkuh! Aku berusaha menahan diri dan bersikap seolah tak tahu apa-apa sambil berpikir apa yang harus kulakukan. Esoknya tiba-tiba terbesit sebuah rencana gila. Aku tak ingin terjadi pertengkaran apalagi melabrak laki-laki itu. Tak ada gunanya! Aku cuma ingin beri pelajaran buat istriku.<br />
<br />
Aku segera mengontak beberapa kawan-kawan lamaku dulu. Joko, Doni, Robi, Boncel. Kami dulu doyan sekali pesta seks semasa kuliah. Dan kini aku akan kontak mereka lagi untuk rencanaku memberi pelajaran buat istriku yang selingkuh. Sebuah rencana untuk memperkosa istriku bergiliran!<br />
<br />
Rencananya: aku akan ngajak istriku Vani untuk cek in di sebuah hotel. lalu aku akan berpura-pura keluar untuk beli rokok. 15 menit kemudian kawan-kawanku akan masuk kamarku dan kemudian segera menggarap istirku.<br />
<br />
Seusai rencana, pada hari Sabtu aku berhasil ngajak Vani cek in sebuah hotel di Jakarta Utara.<br />
“Sekali-kali bulan madu lagi dong sayang” kataku genit. Vani rupanya menyambut gembira ide ini. aku cek in sekitar jam 14.00 dan bermesraan sebentar dengannya.<br />
<br />
1 jam kemudian rencana mulai dijalankan. Joko dan lainnya sudah menunggu di lobby. Aku ijin untuk keluar beli rokok. Kebetulan di hotel ini pintu kamarnya tak dilengkapi dengan lubang pengintip. Jadi kalao ada tamu yang ketok pintu, Vani tak bisa melihat siapa di luar.<br />
<br />
Aku keluar dengan alasan beli rokok. Sedangkan Vani aku suruh untuk berpakaian seksi. “kamu jangan pake baju ya sayang. Pake BH dan CD aja ato pake lingerie tapi jangan pake daleman. Biar seksi. Ntar papah balik kita langsung main” pintaku. Vani tersenyum genit seraya setuju dengan usulku. Cerita Bokep<br />
<br />
Aku turun ke lobby dan melakukan brifing terakhir dengan Joko, Doni, Roby dan Boncel. Mereka sudah menyiapkan sebuah lap dan obat bius. Rencananya nanti mereka akan mengetok pintu kamarku. Vani pasti mengira itu aku. Ia sudah kusuruh mengenakan baju seksi. Dan saat buka pintu, Joko cs akan langsung menyrebu masuk dan membekap Vani dengan obat bius kemudian menggarapnya.<br />
<br />
Tok tok tok… pintu diketuk dan tak lama kemudian dibuka pelan. Vani agak ngumpet di balik pintu karena ia cuma<br />
memakai tanktop dan CD. Boncel langsung nerobos masuk dan secepat kilat membungkam Vani dengan obat biusnya. Belum sempat istriku teriak, ia sudah keburu teler.<br />
<br />
Ke 4 pria itu segera menjalankan tugasnya. Mereka membawa Vani duduk di kursi dan mengikat kedua tangannya<br />
setelah sebelumnya melepas tanktopnya. Setelah itu Joko memberikan obat penawar bius yang diolesi di depan hidung Vani. Sekejap Vani terbangun dan kaget menyadari dirinya sedang terikat tanpa baju dikelilingi 4 bertopeng.<br />
<br />
Sebelum sempat teriak, Boncel sudah mengeluarkan pisau duluan dan mengancam istriku, “heh kamu jangan teriak, ato kami akan bunuh kamu sekarang juga. Jadi jangan macam2” bentaknya. Vani yang ketakutan setengah mati langsung menurut. “Pokoknya lo nikmatin aja, layanin kita2 sampe puas dan jangan teriak ato lapor siapa2, kecuali lu mau mati sekarang” timpal Doni. Joko kemudian menutup mata Vani dengan kain hitam. Istriku kini dalam kondisi duduk terikat tangannya dan matanya ditutup.<br />
<br />
Kini giliranku masuk kamar. Ah gila! Istriku hanya memakai CD yang sudah turun sedengkul dan tanpa BH. Rancana tahap awal berhasil! Matanya tertutup rapat dan ia tampak ketakutan. Ini sebuah pemandangan yang menggairahkan. Ke 4 kawanku sekarang sudah mulai buka celana dan terlihat kontol2 mereka sudah mulai mengacung keras. Ah permainan segera dimulai!<br />
<br />
Joko, Doni, Roby, Boncel mengelilinginya. “heh dengerin ya manis, kalo kamu diem dan nurut kita juga nggak akan nyakitin kamu. Jadi kamu turutin aja apa yang kita mau” ancam Boncel yang memang kutunjuk jadi ketua geng perkosaan ini. Vani didudukan di kursi yang menghadap ke kasur. Joko memulai aksinya dengan meremas-remas dada Vani dari belakang sambil menciumi pipinya. Aku dengan leluasa merekam dan memotret semua adegan ini.<br />
<br />
“oooohhh..jangaaan, ampuuuuun” Vani memelas. Tapi sesuai arahan dariku, Boncel mulai membentak “heh lo mau mati disini? Ni golok udah tinggal sabet aja ke leher lo.. udah lu diem aja!” bentaknya. Vani kemudian terdiam. Joko melanjutkan aksinya menggerayangi tubuh istriku. Tiba-tiba Joko menarik CD Vani dengan kencang. Vani kini bugil sepenuhnya sambil duduk terikat tak berdaya.<br />
<br />
Aku tahu Vani mulai sangat ketakutan. Tapi justru itu yang membuatku makin terangsang. Aku ingin lihat ia<br />
disiksa secara seksual, bergiliran hingga lemas. Aku ingin lihat ia disetubuhi tanpa henti semalaman, diikat tangannya, kakinya, disodok memeknya dengan banyak kontol dan dilumuri wajah dan tubuhnya dengan sperma. Aku ingin lihat Vani dientot bergilir.<br />
<br />
Doni kini membuka celananya dan terlihat kontolnya yang sudah ngaceng dengan urat-urat di sekelilingnya. Ia<br />
berdiri di depan Vani. “ayo manis, isep ni” katanya sambil menjambak rambut Vani dan menekan kepalanya ke kontol yang sudah keras itu.<br />
“mmmmmmmmppfffffff”….. Karna takut, Vani hanya menurut saja dan kini ia sedang menyepong kontol Doni. Aku<br />
memotret adegan itu dengan kontolku yang ngaceng juga. Doni menjambak dan menahan kepala istriku sambil menyodok-nyodok mulut Vani dengan kontolnya. Aahhh nafsuin sekali!<br />
5 menit kemudian Doni membenamkan kepala Vani ke kontolnya dan crrooot..crooott.. Doni menyemburkan spermanya ke mulut istriku. Vani terbatuk batuk dengan mulut belepotan peju. Aku merekamnya dengan video di hapeku. Kemudian Joko, Roby dan Boncel juga melakukan hal yang sama. Mereka menggilir mulut Vani dan memuntahkan peju di mulutnya.<br />
<br />
Lebih 30 menti istriku disuruh giliran mengoral 4 pria itu dan kini mereka melepaskan tali ikatannya. Aku kembali<br />
ngumpet di kamar mandi karena mereka akan membuka tutup mata Vani. Ke 4 pria itu kini kembali memakai masker di wajah agar tak dikenali.<br />
<br />
Mereka menarik Vani ke ranjang dan menelentangkan tubuhnya yang telanjang bulat. Joko kembali mengikat tangan Vani ke dua ujung ranjang dan kakinya. Vani kini terlentang terikat membentuk huruf X. joko sengaja menarik kencang ikatannya agar Vani tak bisa berkutik. Ke 4 pria itu mulai menegrubuti istriku.<br />
<br />
Boncel mulai menciumi wajah Vani sementara tangannya memilin puting susunya. Sementara Roby dan Doni menciumi dan menjilati paha Vani sambil mengelus2 paha dan betisnya. Doni menciumi perut Vani sambil jemarinya menyusup ke bibir vagina dan memainkan klitoris istriku. Vani kini terlihat meronta-ronta tapi tak bisa berkutik karena terikat. Sesekali ia teriak, entah menahan sakit atau menahan nikmat. Yang jelas ia kini<br />
sedang dekurubuti oleh 4 pria haus seks.<br />
<br />
“toloooong..jangan perkosa saya” Vani berkali-kali memohon. Tapi keempat pria itu semakin brutal memainkan tubuh istriku. Doni kini bahkan sedang membuka lebar memek istriku. “wah memek lu lebar banget..lu sering dientot ya?” kata Doni sambil tertawa.<br />
<br />
Boncel asik meremas dan menggigit puting susu Vani dengan ganas. “toket lu mantep banget nih, kalo diestrum pasti bakal asik” katanya.<br />
<br />
Hampir 15 menit adegan itu berlangsung, Joko kini mengambil posisi di depan istriku. “ayo manis kita ngentot sekarang,” katanya. Joko memasukkan kontolnya ke liang vagina istriku. “aaahhhhhhhhhhhh sakiiiiiiit” rintih Vani. Tapi Joko tak peduli. Rintihan itu justru menambah nafsunya. Pantatnta mulai digenjot, kontolnya mulai memompa memek istriku. Makin lama makin cepat. Aku melihat Vani hanya bisa meringis dan kadang membuka mulutnya dan kemudian dikulum oleh mulut Joko. Setelah dientot hampir 30 menit, akhirnya Joko memuntahkan spermanya di atas perut istriku.<br />
<br />
Ke 3 pria lain segera memperlakukan hal yang sama pada Vani. Ia digilir habis2an dan disemprot sperma. Doni menyemprotkan spermanya di wajah istriku dan setelah itu menyuruh istriku untuk membersihkan kontolnya dengan mulutnya.<br />
<br />
“ayo isep ni sampe bersih” kata Doni.<br />
<br />
Vani kini dilepas ikatannya dan disuruh berlutut di lantai depan kasur dalam keadaan bugil dan lemas. Aku mengikuti adegan ini dengan mengintip melalui pintu kamar mandi yang kubuka sedikit. Kuatir kalau-kalau tutup matanya terlepas. Vani masih lemas tapi Doni dan Roby menyeretnya. Adegan itu membuatku makin terangsang. Istriku yang bugil tak berdaya diseret-seret di lantai. Kebetulan kamar hotel cukup luas karena aku memesan kamar suite. Ia kemudian disuruh nungging. Aku bisa melihat Vani mulai panik wajahnya.<br />
<br />
“nah kita mau rasain nikmatnya pantat lo” kata Joko<br />
<br />
2 tahun kami menikah Vani memang tak mau melakukan anal. Kali ini aku akan menyaksikan bagaimana kontol-kontolkawanku ini menjebol anus istriku satu persatu dan tentunya aku juga mendapat giliran.<br />
<br />
“buka pantat lo cepetaaan” bentak Roby. Vani kemudian memegang kedua belah pantatnya sambil menariknya hinggalubang anusnya kini makin jelas terlihat. 4 lelaki itu kemudian tertawa keras. Aku bisa melihat Vani mulai ketakutan tapi aku semakin terangsang jadinya. Lalu Boncel membalurkan V Gel di dubur istriku, cukup banyak tampaknya. Mungkin karena kontol2 besar mereka akan menembus anus istriku jadi dibutuhkan banyak pelumas.<br />
<br />
Joko kemudian meraih kedua tangan Vani dan mengikatnya seperti seekor bebek. “Nikmatin aja ya sayaang.. kita mau ngerasain pantat seksi lo!” kata Joko. Vani semakin ketakutan dan lemas. Tak apalah! Aku ngaceng abis melihatnya.<br />
<br />
Dimulai dengan Roby, pemuda Flores yang kekar dan punya kontol paling besar ini mulai menggesek2an kontolnya pada lubang anus istriku. Dan pelan2 kontol gede itu mulai menerobos anus Vani. Terdengarlah teriakan panjang yang sangat seksi. Wajah Vani menahan sakit luar biasa, mulutnya menganga dengan wajahnya ke atas. Ia menahan sakit dan sekaligus nikmat.<br />
<br />
Roby terus menggenjot kontolnya di anus Vani sambil meremas toketnya dari belakang. Doni yang tak tahan lagi,<br />
mengambil posisi di depan istriku dan menjambak rambutnya. “isep ni kontol sampe keluar ya” bentak Doni. Dan setelah Roby ngecrot, Doni mengambil posisi nyodok anus Vani, Joko kini yang giliran minta disepong. Begitu seterusnya bergiliran hingga istriku nyaris pingsan.<br />
<br />
Doni kemudian melepas ikatan tangannya. Ia dibiarkan terbaring di lantai dengan peju yang belepotan di pantat dan mulutnya. Aku semakin ngaceng melihat adegan ini sambel merekamnyadengan video.<br />
“sekarang lu gua kasih pilihan. Kalo elu lapor polisi, kita udah tau alamat lu dan kita siap culik elu kapan aja. dan elu pasti bakal malu kan kalo ketauan dapet aib kayak gini? Udahlah mending lu diem aja, anggep aja ini semua nggak terjadi dan kita nggak bakal ganggu lo lagi. Gimana?” kata Boncel.<br />
<br />
Vani hanya diam saja tak berdaya. “ampuuuunn.” katanya lirih. Joko kemudian memerintahkan untuk membawa Vani ke kamar mandi. “ayo sekarang lu mandi dulu” kata Joko. Istriku diseret ke kamar mandi dan dimandikan oleh Doni, Joko dan Robi. Sementara aku dan Boncel menyiapkan siksaan berikutnya: sebuah alat setrum.<br />
Cukup lama mereka memandikan Vani. Ternyata Vani sedang diikat tangannya ke atas shower sambil tubuhnya<br />
dilumuri sabun dan dikobel memeknya. “ayo manis sini dimandiin juga dalemnya” kata Joko sambil mengorek vagina istriku.<br />
<br />
Selsai dimandikan, mata Vani kembali ditutup dan diseret ke kasur. Boncel kembali mengikat tangan dan kaki Vani<br />
membentuk huruf X. namun kali ini kaki Vani dibuka lebih lebar. Bahkan memeknya kini terlihat lebih menganga lebar. Doni kemudian mengambil kabel2 dengan jepitan di ujungnya. Ia kemudian menjepit puting susu Vani dan sebagian lagi dijepitkan di bagian klitoris.<br />
<br />
“nah sekarang kita main main dikit, nggak sakit kok manis” kata Joko.<br />
<br />
“tadi enak nggak dientot rame-rame?” tanya Boncel. Vani hanya diam saja tak menjawab. Dan kemudian<br />
bbzzzzzzzzzzztttt…. aliran listrik mengalir ke sekujur pentil dan klitorisnya.<br />
<br />
“aaaaaaaawwwwwhhhh” Vani teriak sambil meringis dan menaikkan pantatnya. Toket dan memeknya disterum!<br />
<br />
“jawab.. enak nggak tadi dientot?” bentak Boncel.<br />
<br />
“mmmm…iyaaaaenaak” jawab Vani lirih dan disambut tawa kami.<br />
<br />
“ngemut kontol gue enak nggak?” timpal Doni dan Vani hanya bisa menjawab pelan “iyaaa enak bang” dan kemudian aliran listrik kembali menyengatnya.<br />
<br />
Siksaan ini terus berlangsung hingga Vani akhirnya lemas dan nyaris pingsan. Tapi aku belum puas. Sebagai penutup, aku menyuruh mereka untuk kembali memperkosa Vani bergiliran.<br />
<br />
Pukul 23.00, semuanya selesai dan kami meninggalkan kamar. Aku juga ikut keluar dan 15 menit kemudian aku masuk kembali dengan scenario cerita yang sudah kami rancang. Pintu kamar kuketuk danagak lama baru dibuka. Kulihat Vani dengan wajah kucel, matanya sembab. Aku pura2 bertanya, “ada apa sayang? Kamu nangis ya? Maaf papah lama beli rokoknya. Tadi papah dicopet tapi copetnya ketangkep trus papah harus ke polisi buat<br />
laporan. Hape papah lobat jadi nggak bisa telpon” Vani diam saja dan hanya menjawab “aku..tiba2 nggak enak badan. Aku istriahat aja ya malem ini?”<br />
<br />
Akupun mengiyakan dan berlagak bodoh sambil tersenyum kecil. itu hukuman kecil karna kamu selingkuh di<br />
belakangku.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-3790514103308248442019-03-29T02:26:00.001-07:002020-05-22T19:38:36.656-07:00MEMEK KAKAKKU TEMPAT PELAMPIASAN BIRAHIKU<span style="font-size: x-large;">MEMEK KAKAKKU TEMPAT PELAMPIASAN BIRAHIKU</span><br />
<img alt="Image result for semok toge" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRlkUJR3XFJTvrc0LjwksrunapI0zNAcE0Hu9hTpybY3wu0CQqR" width="286" /><br />
<br />
Cerita sek – Pada waktu itu aku berumur 16 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak aku berusia 22 tahun dan sudah kuliah. Kakakku orangnya memakai jilbab. Meskipun kakakku memakai jilbab dia sangat sexy, orang bilang mukanya sexy banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih dan bra aku kira 36-an, tapi yang paling menyolok dari dia adalah pantatnya yang bulat besar dan bahenol, ini dapat aku nilai karena aku sering mengintip dia waktu dia sedang mandi atau sedang ganti pakaian. Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, dia selalu pakai baju yang agak ketat meskipun dia memakai jilbab, orang selalu memandang goyangan pinggul dan pantatnya. Sampai-sampai aku sebagai adik kandungnyapun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.<br />
<br />
Meskipun kakakku memakai jilbab, kebetulan kakakku menyukai baju-baju model agak ketat dan celana agak ketat pula sehingga agak mencetak kemontokan dan keindahan tubuhnya. Apalagi jika dirumah, meskipun dia selalu memakai jilbab atau kerudung, dia selalu memakai baju tidur yang panjang tapi agak tipis sehingga agak terlihat belahan pantat dan celana dalamnya. Sebagai remaja yang baru puber dan juga olok-olok dari teman-temanku diam-diam aku sangat terangsang bila melihat pinggul kakakku. Sebaga efek sampingnya aku sering melakukan onani di kamarku atau di kamar mandi sambl membayangkan gimana rasanya kemaluanku dijepit diantara pantat montoknya.<br />
Keinginan itu kurasakan sejak aku duduk di bangku 1 smu ini, aku sering mencuri-curi pandang untuk mengitip CD-nya apabila dia memakai rok. Dia mempunyai pacar yang berumur setahun lebih muda dari padanya. Aku sering memergoki mereka pacaran di ruang tamu, saling meremas tangan sampai mereka berciuman. Suatu hari aku memergoki pacarnya sedang menghisap buah dada kakakku di kamar tamu meskipun baju dan jilbabnya tetap terpasang di badannya, kakakku hanya mengeluarkan buah dadanya dari kancing yang terlepas sebagian, mereka langsung belingsatan buru-buru merapihkan bajunya. Malam harinya kakakku mendatangi kamarku dan memohon kepadaku agar tidak menceritakan apa yang aku lihat ke orang-orang terutama pada ayah dan ibuku.<br />
Dik, jangan bilang-bilang yah, abis tadi si Hendra (pacarnya) memaksa Mbak, katanya. Aku Cuma mengganguk dan melongo karena kakakku masuk kekamarku menggunakan jilbab dan baju yang longgar(daster) tetapi agak tipis sambil membawa sebuah novel , sehingga paha dan dadanya yang montok terlihat karena dikamarku agak gelap sedangkan diluar lampu terang benderang. “hai, kok melongo???? “ …aku jadi gelagapan dan bilang “ia- ia mbak, aku ngga akan bilang-bilang” kataku.<br />
Tiba-tiba dia rebahan di ranjangku dengan tertelungkup sambil membaca novel, aku memandanginya dari belakang membuat kemaluanku ngaceng karena pantat kakakku seolah-olah menantang kemaluanku. Berkali-kali aku menelan ludah. Dan pelan-pelan aku meraba kemaluanku yang tegang. Sampai kira-kira lima menit, dia menoleh ke arahku dan aku langsung melepas tanganku dari kemaluanku dan berpura-pura belajar. Kakakku mengajakku lari pagi besok hari dan dia memintaku menbangunkannya jam 5 pagi. Aku mengiakannya. Ketika dia keluar kamarku, aku melihat goyangan pinggulnya sangat sexy, dan begitu dia menutup pintu, aku langsung mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya, tapi sialnya tiba-tiba kakakku balik lagi dan kali ini da melihatku mengocok kemaluanku. Dia pura-pura tidak melihat dan berkata “jangan lupa bangunin mbak jam 5 pagi “. Lagi-lagi aku gelagapan “ia- ia – ia” kataku. Kakakku langsung pergi lagi sambil ngelirik ke-arah kemaluanku dan tersenyum. Malam itu aku ngga jadi beronani karena malu dipergoki kakakku.<br />
Pagi harinya jam 5 pagi aku ke kamarnya dan kudapari dia sedang tidur mengakang…. Lagi-lagi aku melotot melihat pemandangan itu dan aku mulai meraba-raba pahanya, sampai kira-kira 2 menit dan ku-remas paha montoknya dia terbangun danku buru-buru melepaskan tanganku dari pahanya.<br />
Singkat cerita kami lari pagi, dia mengenakan jilbab atau kerudung sedangkan bajunya dia mengenakan training yang agak ketat sehingga setiap lekuk pinggul dan pantatnya terlihat sexy sekali dan tiap laki-laki yang berpapasan selalu melirik pantat itu. Begitu selesai lari pagi, kita pulang naik angkutan bus (cerita memek) dan kebetulan penuh sesak, akibatnya kita berdesak-desak. Entah keberuntungan atau bukan, kakaku berada di depanku sehingga pantat montoknya tepat di kemaluanku . Perlahan-lahan kemaluanku berdiri dan aku yakin kakakku merasakannya. Ketika bus semakin sesak, kemaluanku makin mendesak pantatnya dan aku pura-pura menoleh ke-arah lain. Tiba-tiba kakakku mengoyangkan pantatnya, karuan aku kenikmatan. ‘dik, kamu kemarin ngapain waktu mbak ke kamar kamu?” katanya “kamu onani yah??? Katanya lagi aku diam seribu basa (cerita memek) karena malu. ‘makanya buru-buru cari pacar” katanya. “emang kalo ada pacar bisa digini yah?” kataku nekat sabil menonjokkan kemaluanku dipantatnya. “setidaknya ada pelampiasan” timpal kakakku. . “wah enak dong mbak ada pelampiasan?”tanyaku. “tapi ngga sampe gini” kata kakakku lagi sambil menggoyangkan lagi pantatnya. “kenapa” tanyaku. Sebelum dia menjawab kami sudah sampai tempat tujuan.<br />
Pada sore hari itu, ketika aku pulang sekolah, kudapat rumah sepi sekali dan perlahan-lahan aku masuk rumah dan ternyata kakakku dan pacarnya sedang diruang tamu saling cium dan saling raba. Aku terus mengintip dari balik pintu, selembar demi selembar pakaian pacar kakakku terlepas sedangkan kakakku masih memakai jilbab dan baju jubahnya masih terpasang tetapi sudah tersingkap sampai sebatas perut, sehingga terlihat CD hitamnya yang mini dan sexy dan pacarnya sudah tinggal memakai CD saja. Kulihat tangan kakakku menelusup ke dalam CD pacarnya dan meremas serta mengocok kemaluan pacarnya yang tegang.<br />
Pelan-pelan tangan pacarnya membuka CD kakakku dan terbukalah pantat bahenol nan montok milik kakakku. Pacarnya meremas-remas sambil meringis karena kocokan kakakku pada kemaluannya. ‘oh, aku udah ngga tahan” kata pacarnya “aku pengen masukin ke memekmu” katanya sambil mendorong kakakku sehingga tertelungkup di sofa. Ku lihat dia semakin mengangkat baju kakakku tetapi jilbabnya tetap terpasang tetapi sudah agak kusut dan menindihinya dari belakang kan berusaha menyodokan kemaluannya ke kemaluan kakakku dari arah belakang. Tapi begitu nempel di pantatnya, kuliha ar maninya tumpah ke pantat kakakku. “ohhh” dia melenguh dan kakakku menoleh kebelakang” kok udah” tanyanya Pacarnya bilang “maaf aku ngga tahan” katanya . Tiba-tiba lampu padam dan telepon HP sang pacar berdering dan di balik pintu aku sedang beronani ria sambil melihat kemontokan tubuh kakakku. Setelah menerima HP, sang pacarmenyalakan sebatang lilin kecil diatas lemari dan dia berpakaian dan buru-buru pamit. “Aku ngga anterin kedepan pintu yah “ kata kakakku sambil tetap tertelungkup di sofa….. Begitu sang pacar hilang , nafsuku sudah ke ubun-ubun, di kegelapan remang-remang aku mendekati kakakku dan setelah dekat, dari jarak kira-kira satu meter aku memandangi bagian belakang tubuh telanjang kakakku, berkali-kali menelan ludah melihat pantat bahenol kakakku.<br />
Karena udah ngga tahan, aku pelan-pelan membuka celanaku sampai copot dan kulihat kemaluanku yang besar dan panjang (itu menurut teman-temanku sewaktu kami berenang dan membandingkan kemaluan kami) berdenyut-denyut minta pelampiasan. Aku langsung menindihinya dari belakang, dan untungnya kakakku mengira sang pacar belum pulang dan masih ingin ngentot dia aw…., dra (nama pacarnya hendra) kok ngga jadi pulang” tanyanya , karena kondisi ruangan sangat gelap sehingga dia tidak menyadari bahwa adiknya sedang berusaha menempelkan kemaluannya ke kemaluanya. “aw dra jangan dimasukan aku masih perawan katanya ditempelin aja dra aku masih perawan’ katanya memohon. Karena aku udah tahan, maka pelan-pelan ku bimbing tangannya untuk menggengam kemaluanku dan agar ditutun ke kemaluannya. Begitu dia megang “dra, kok gede amat sih”katanya heran (soalnya punya pacarnya jauh lebih kecil daripada punyaku) sambil membimbing kemaluanku dan menempelkan (cerita memek) kekemaluannya. “gosok pelan-pelan dra”, aku menekan dan gila bener-bener nikmat. Setelah kira kira dua menit aku menggosokkan kemaluanku ke kemaluan kakakkut akhirnya aku mencapai klimaksnya dan crot…crot..crot…spermaku menyembur ke pantat kakakku.<br />
Aku tetap memeluk tubuh kakakku dan pelan-pelan aku meninggalkannya. “dra, mau kemana?” teriaknya aku buru-buru memungut celana dan memasuki kamarku dan masih celana dan CD ku belum kupakai aku rebahan di ranjangku sambil kututupi dengan selimut tipis membayangkan kenikmatan yang barusan terjadi.<br />
Tba-tiba telepon berdering dan lampu menyala. kudengar kakaku menerima telepon itu dia herannya setengah mati karena yang menelepon adalah pacarnya si henra. “dra, kok kamu udah ada di rumah lagi jangan main-main yah kamu dimana, udah enak langsung lari” Beberapa saat kemudian kudengar bunyi telpon dibanting. Dan dikamarku, aku cepat-cepat mematikan lampu dan pura-pura tidur. Semenit kemudian kakakku masuk ke kamarku dan melihat aku tidur berselimut dia menghampriku dan duduk di tepi ranjangku. Di kegelapan kamarku kuintip kakakku masih memakai pakai dan jilbab yang tadi dia pakai,dia ngga berani membagunkanku malahan rebahan disampingku. Kesunyian sekitar 15 menit, kemudian kuintip ternyata kakakku tertidur. Akupun tertidur sampai keesokan harinya.<br />
Setelah kejadian hari itu aku selalu membayangkan betapa enaknya tubuh kakakku meskipun hanya menempelkan dan menggosokan kemaluanku pada kemaluannya saja. Pada suatu siang, aku ingin meminjam kaset lagunya. Karena sudah biasa, aku pun masuk tanpa mengetuk pintunya. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat mbak Desi kakakku sedang tidur-tiduran sambil memejamkan matanya. Tangannya masuk kedalam CD nya sedangkan jilbab dan bajunya masih terpasang, hanya bajunya sudah tersingkap sebatas perut. Spontan, ia terkejut ketika melihatku. Aku segera keluar.<br />
Tak sampai satu menit, mbak Desi keluar (pakaiannya sudah rapi meskipun jilbabnya agak kusut). Ia memintaku agar merahasiakan hal itu dari ayah ibuku. Lalu kujawab: “Aku janji ga bakal bilangin hal ini ke ayah ibu koq.” “Thank’s ya dik.” “Eh, emangnya onani itu dosa ya?” Bukan jawaban yang kudapatkan, malah tatapan kakaku yang lain dari biasanya. Bagai disihir, aku diam saja saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Dilumatnya bibirku dengan lembut. Dikulumnya, lalu lidahnya mulai menembus masuk ke dalam mulutku. Aku segera menarik diri darinya, tapi ia malah memegang tanganku lalu mengarahkannya ke dadanya dan kurasakan betapa empuknya buah dada kakakku. Refleks aku berontak karena aku malu. Tetapi kakakku bilang,”lakukanlah dik seperti yang kau lakukan tempo hari padaku”. Aku kaget “ja..jadi mbak tahu apa yang kulakukan pada mbak tempo hari.” jawabku gugup. “ya” jawab kakakku.<br />
“maafkan aku mbak…” ucapku Belum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku. Dan kali ini lidahnya berhasil memasuki mulutku. Kami berciuman sangat lama. Setelah puas berciuman, Ia malah menarikku ke kamarnya. Disana aku direbahkan, dan ia membuka celana dan CD ku. Kakakku tersenyum melihat kemaluanku yang sudah mengacung tegak. Ukurannya sekitar 18 cm. Lebih panjang dari punya pacar kakakku, Hendra. Melihat kakakku tersenyum, aku mulai menarik ke atas baju kakakku. Rupanya kakakku sudah membuka Branya sehingga akupun bisa langsung melihat payudaranya yang berukuran 36B itu. Kumulai menyentuh dan meremas Payudara kakakku yang lembut, sementara baju dan jilbabnya masih terpasang walaupun agak kusut. Kakakku menggelinjang merasakan kenikmatan dan mendesah keenakan. Setelah aku melihat kakaku sudah terangsang, Aku membuka CD warna hitam kakakku sehingga kini terpangpanglah kemaluan kakakku yang berbulu lebat tapi halus itu.<br />
Sekarang aku memegang kemaluanku dan mengarahkan kemaluanku ke mulutnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.<br />
“Ayo donk mbak! Isep! Kayak mbak ngelakuinnya buat pacar mbak.” “Koq kamu tahu?” “Ya tahu donk..kan aku sering ngintipin mbak begituan ama pacar mbak” “Ayo mbak.” Rengekku. Kakakku pun mulai tertantang mempraktekkan kemampuan lidahnya. Kemaluanku segera diaremas-rems. Setelah itu dijilati dengan penuh gairah, seolah itu adalah lollipop yang manis. Kakakku pun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Tidak bisa semua, tapi setidak-tidaknya sudah setengah yamg masuk. Di gigit-gigit kecil kepala kemaluanku sambil memainkan buah pelirnya. Akupun memejamkan mata keenakan.<br />
Setelah puas bermain-main dingan klitorisnya, kemaluanku segera ku arahkan ke lubang kemaluannya. Tetapi kakakku bilang “Jangan dimasukan, aku masih perawan. Ditempelkan dan digosokan aja seperti tempo hari” Akupun mengangguk dan segera ku tempelkan dan kugosokan kemaluanku ke kemaluan kakakku. Setelah beberapa saat kemaluanku ku tekan tekan ke lubang kemaluan kakakku maka crot…crot.. crott spermaku menyembur di perut kakakku. Dengan kemaluan masih menempel di perut kakakku, kami mulai bercumbu lagi, kujilat payudara kakaku sampai perutnya. Setelah itu kami mengambil posisi 69. Aku pun mulai menjilati kemaluannyanya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya. Sementara ia menjilati kemaluanku.<br />
Kami saling berpelukan bugil, setelah puas bermain, kami pun menuju kamar mandi, namun belum sempat bermain di kamar mandi, kudengar suara mobil orangtuaku. KAmi cepat-cepat kembali ke kamar dan berpakaian. Saat orangtua kami masuk, aku sudah berpakaian lengkap sedang kakaku pun sudah berpakaian lengkap dengan jilbabnya. Sejujurnya saat itu aku sedang tegang dan gugup. Untunglah orangtuaku tak curiga. Kami pun ternsenyum berdua dengan penuh arti. Sejak saat itu kami saling memuaskan walupun tidak sampai memasukan kemaluanku kedalam kemaluannya karena aku takut kakakku kehilangan keperawanannya. Kadang-kadang kami juga main di sofa, di lantai, dan kamar mandi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-26220245560700301482019-03-28T21:40:00.001-07:002020-05-22T19:39:27.102-07:00nikmatnya belajar ngesek dengan istri pak RT<span style="font-size: x-large;"><a href="http://rajaremi88.net/index.php">nikmatnya belajar ngesek dengan istri pak RT</a></span><br />
<br />
<img alt="Image result for semok toge" height="320" src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxMSEhMSEhIVExUXFRUVFRUXFRUVFRUVFRUWFhUVFRUYHSggGBomGxUVITEhJSkrLi4uFx8zODMtNygtLisBCgoKDg0OGBAQGi0dHyUrKy0tLS0tKy0tLS0tLS0tKy0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tKystLS0tLS0tLf/AABEIAPkAygMBIgACEQEDEQH/xAAbAAACAwEBAQAAAAAAAAAAAAAEBQIDBgEHAP/EAEUQAAEDAgQDBAcGBAQEBwEAAAEAAgMEEQUSITFBUWEGE3GBIlKRobHB0RQyQnLh8AdigqIjM0OyksLS8RYkNFNjk8QV/8QAGgEAAgMBAQAAAAAAAAAAAAAAAAIBAwQFBv/EACkRAAICAQQBBAICAwEAAAAAAAABAhEDBBIhMUEFIjJRE3FhgSMzUhT/2gAMAwEAAhEDEQA/APcAvl8vkAfL5fL5AHy+Xy+QByy+IXbqLnhBB1fXS6txJrBcmyUVXaeNo+8oIs0kkwCT4ljzIwbuCxeIdo55TaMZG+sfkEDV1DIhml9N3U6k9BawRuXgNrCMfxyacFsQLWn8R0NuiS4Phoa8XGvEq5naEv0jhaOriSB7N/L2qk4i+9xNGD0bbXwJKLJ2no+GUrQ0FFSzBoXnlP2pmj+8Q8fl+jkSztNHLo52X22+qVthtNHX4rwbukpY5x1R9JC1wDgQ4HYg3CJNMlqwsWMpNFe6k0ujmxK6GLcKUQ2ZCqBDrKUURKf1mGXN12DDuih8Ep2LIqVFNp7JzBh/RA4kQxQkABV2ASF02pTKrqgRoUgc83OqliM90Dwh6mpsqZH6JJVVWtiVZQ7Y7grhxIVzq1vNZYzdV1shsjaLY8kxYXXH4w0DdI3FDStJTbBdzD6ntEc1gLjmuuxokaJR9nREVKShRJtgNbO6V2p0uvocObuUxFDZLceqjGw2vcgokqRMOWDVc7GkAW46X200JQMtMyQ3e521rcLLB4niLi43ccrSbjrsPmq6LtARYWsOeY396pSs0OVG4ZRRR3ytGvG1x+iFqHs2IHy/7JdFihcNTce9DzT39E+Lb8erTx8FZH+RJJPlHauMa5NOnBJ5nuB1N/j5H6omRxHNQfruraRXbQy7N9pH077g52fjYd7c/HqvV8NrI542yRm7T7QeIPIheGuiscwPgeIT/sf2hNNOGOP+HKQHDg1/4Xj4Hx6KqSoZ8nrZaAvhIAlFTiWmxSqbFXHYFKIzZCdpU4nBYllbJffRaHDai9rlK+QTNE21lhO21VlGhWyM4ynVec9s3ZjoeKZLgGxZBUkix5KsvUKfQaqaqchlE9wqI/RK85xitIqMvC107qe04c0huuiyEkhLy88VoTpkVZoYqkaI5rxYLLNqTmCamo9FX3GhaYzdMOa61wsVl5qsgoiLETZV20huGx33oujaeccVmo6hxRjbniq/cQ2kNa7E2MvqAALknl5brzvtHjzpHWBDRw3vbwF0Rj9fa4J0+YHwF/csayTPJprr4W8Oqhy3FiVIIfgxka5wvrqlT6TIdtvJep9n8HL2AuGllDE+zIJuCkTLHE83ikcLZdDwbz8Ewpq5rm5Xi44i23UX2TefsqM2Ykm23is3jNK+CTx9idOxaocCFrhZrgeVzYpfVRObu3z+d0vhqvYeHJNqerda2a467jx5hFtBSYtlN/3xQch/RNJ2km2Ua8RofoUrrG5TbiD1Ut2JVHpGBYk6amY/8VsrtPxN0P1810ufxA9izvYOr1li5gPHj913/KtSXJGDRQ+pIGwvzXKTGC2+qhVC4SGZ9nJYlSiaSbtSRpqhZ6vvRexSmCPMQVoKSmu3ZTJjJC6KInSyI7jojzDlCDNQEm0c0TKEKL6EIpl1aLq4gXsw4XujWUgspKZKWuR93AuqKAKhlAU4AupCMJ7EoUNpSFdFCb3JsmWQKMoBaRzFlAUeT9rZi031F7256m/wIXOylHmexpGp1ty5/voj+1sF5I82wv5m4H0TL+GMAkmnktoyzG+Ot/gkukXVbN/CMjABwCAqpSm8zLN1IvxF0nqpQkRY2APdcLKdr6bNHmA1ab+XFa5wCX18DS0g8U6YjVnlJGvQ+48FfT1ZYbFSrKbJI5h/fI+xUFtx1Gis7KuhnLOXt0Ps08ilR5KdFNZ1jsdAfqpYhHZ1+eqjonsM7LzZalvAG7T4FegimXmuCv8A8ZgII1sP6rj5r1XdocBuAfalfYPookphZJqjDgSnUj3cihgwk7ISYoLHThgV0eItA3V80JI2S52D31KNorZTXYqDo0lLDOU5Zgw5K3/+SOSOg5NmApgKLSpmQBSMcIXLLrZAVNAEQpZlyy4SEAcc5UvKsc8KBcOaAMX2/gLYxLyN78rgg+/L7UX/AAepj9hqHkkZpi0O42DG3I8yU4x2lbNC9hsQWn9CmHYWh7qibC1v3Q0u/NIxspJ/+z3JJdF0OTGY9UMzP7p092H0pG3sOGp23WepcbnLgG1Gbo8b26jdei9psElddzY3ajKcouCDwcOSx9F2Ymzi7CGg3OhCL4J28j6oqyImuO5APS6y1RWVLiSHsDeH7stljGHuMAY1pvrw6pCzApMgOS9uG4J6gbjooRLSMjiYzem6Vr3dAeHW1kCDx9q1WL4PK9xcYcrujXAberbTZZrEKJ8Vi4Wvz+YVloq2sAl3RdU7MxpPgUFIVc13oEdfkUzFRZhT7Txk7Zm/Fe5UlJZjR/KPhqvDsMYO9ive2dhP5Q4X9117uJ9NEvkH0VOpQoGlbyUnzrhlUikDTjkq3wKwzKDpEAU9yvu5U+8Xe8QB3v1B8pKXxSlGMdfigCXfkbror+q++z3X32KyAIPxSyEkxQnYFFvpApRUjUADwVLjwVxlKM7kAKHohAA7Ot7cfBF4NijZJJGAkNsHRggA5QA21uf3fYpMZnFhospTTGGVg/1I5XMy8XNvfKOZLHXtyPRVy7LsfVmvrHdUrNRd7WC9yQBbe/CyNxAW1GoOoPQ7JeymLXCTexuBzKRXRe6CO0sxDI3NDS7KNLAjMQDfKdPas9S15e8Z3EnmSSfeiO1GJ6agjja23T5JRhQzva8AgC97i2vLqpTFa8mrbG0C9lj+2jQY3c9wtHUV7QN1g+02IZwbbbX4FMuWK6SM04q2La37/eqGLldG7irGUo1HYyjD6oX1DAfc0j6+xekYc05Sw7s9HxA2Psssp2IayKAPOr3SBw5kWylvkDfoSVrY5wJTtqAR5jj5lJ5JkddCV8WIwTNK44hOVi8hduiiwKt0aABHOXMyIMSh3aABqeK4BRbYTwChgQzBO2wIJYFBCVc6Aou1l9mQQKZqcqMdO4Jq5VSlAAErrDUoGWqAV1dC4oGhwZzn3cTZQA7wm/3isp2+oe+Dnx/eA1HrZTdpH8wP72tsaoCJlhuk/wBkL9VXy2aF7ULf4cdpHTRGmncXyR3LHP8ATc+O+oLnXJLSbeBHIp5Vzgy6hwaGk3DSbkcNNlh8cwOSjmbVRXDAQbj/AEz/ADD1Tf3kcddvQ1TJ4w9pF7ekPEb+CiXY8WqM9iGLMz/5L9BYEtPHjslT8aawgHMP5cpufBNsXpHA3DwBrodVlKthzZiSTzU2jTP8W329na/F3NJIIA6sY4+GoWaxTE5J3Ave59tBfh0aNgOgRVQ702lwLmhwLm+sL3LfMaea9a/8I008cM8AYNGyRva0WtbS4G46J922rMNbujyCmwSd7mt7twzbFwIGnVPqTsNVkjMyzD+NpDrf07+a9YbRtAAIBPPhpyRAO3T5Jd7ZOxIwcPZuakY17SZW3sSQRkvxcL7X5cbXV+HyOcC8km/E76D4LcPfm0J/XoVnIaC0jmj7jdh03A/fLwQ0FqiUDiEU1xUnRridFJawqLnKtzyq3EqSAtrl9mCCuV2xQAvwKpLX2Oy1plWBheWv8Fs8MfnaFBLCe8XwcrBCpCNSQVhfd2rLKwBAAphCuzNYLomGIFKMciOYAHTilfPA8eOQGR5lffgm9NEGhdo8NcBfLbx0RraABpfJII2AXLjtbja526myZQdCfkUpUuWVtiDgQQCDoQdj9Uil7LtY8PpiYRmHeMBvG9hPpAN/C7kR+q1dDTteMwa8M4F/ouf1DLXa3qdenFTqmgA8ABoFOSaUKrkfHGSlZ55jFE8cLjmPmspXUpF+a9FxLiFmK+ABrjbUA/BY7o2Hn0kBBIPEC3Q6kL1D+DmIZ6aWmcfSikLgP/jl1/3h/uWGxiC5eeWU+8gqPYjG/slayQmzHExy8sjranq0hpvyBWj5RM7W2R7ZUU9kKWJqXB17IKZllWnYwG4JZK8tJIBIuL2Fzrxtb93TSZo5pTWODSL7XAPhdP2I2lyyUcxcdAfG7T8DoiRH0t4qlksR0Bd4mx+QRLY7j0XZhy4/qrPwZF/Jk/8AZhlxdFRjUSwKVrqt6gtOhgX1guNC7ZSAvxOiDXk81bgVYA8tV+NyXF1lGVeSUFQP2j0oOX2ZKKOtzNCLbIVIgS8qvvV8FF0dygAhr3EgN39wHElRFa0agAuBIDjr7FGpk7uNwbvY3PM7W8EowyMvLWX0Au49NfjZbMOFJbpHJz6mefIsWL9fsdw1XomWR1mgE6mwsNST0VmEQuqHd/O0iNrv8GI82/6sg9a9wGn7tueyuaTvpco/yoSCRbR8gtZvg24PjbkU3wupzQRHm0O83an3kqvUOonVwbMTeDH4Xuf8jiarCXVsvokk6WUCUNV6iywN2akqFTv8XUBVT4WC12m7T8E2p6cAK/LZI0WWeYU9AJHysPEAe97fosXXUJa9zSNv+30Xp1NT5KqRh5yD25Xx+5r0g7V0LRITa2a5vy5+9WwdcCzV8j3+FvaF0gNLLcvjYSx175o2lrbHqLjxWpxeoFyLrC/wzpLVMj7fdheCeBzPjtb/AIStPiurilfyFXRTJVHmlmNVgyeBClKSkWO1BaG9Xcdtjv7k8H7kV5FcHX0H01SbBziGt4X/AHcpzR4iRYi4HM6X8AViKSY3uD3j/WOrGdGt4lOIvR9KRwB9Z518mcF2IdHmssKZtG1LZBpo74/qhc6TU1VsWknrayPmkJs4cfjxWbUYkvcjboM7f+OX9BL5VX3qHc8hVd4sh0xlU0hOiyuKUJa8eK3hskPaJrbX5IZMWMMFgBYCmwiAWfwKuGSw4Jv9pRQrCSoxzNbck6gEgedr+2/sVBlQGNP7vI++7Lf35hfyv7VdgipS5MeuyOGPjycrK0CPfgVZgd204f8Aik1vybs36+ayNZV5m5Qd3Bg/qK9BjiDGtA4AAdLCzR81ul9GPRTWCE8z76j+35/oGmAjifbZrXe0Ak68deKNwNmWniHJjR7kHWsvG9o9Rw9xTTDm/wCEz8o+Cw6vwavSne9vvg64rgjUjoVMOCwnZOBq+LFexl0txjFo4Bqbv2DRvf8AfD4bqYwlN1ETJkjjjuk6M/2kaIZhKTa/pDq5mXTzbnH9Sx+M1rpXZrWFiWjp+tk7xKR85zyHjdreDRY++5/e5z2Ksyg24beB5LW9Psi2+zFj1qy5El0az+HVOBBNNY+m4MF+TBc+91vJE1b7uKZYfSfZ6SGE/eawZ/zu9J/vJSiV1yVk7bZ0PADUFZbtHNq1v8pPv/RaWoO6yePOBktxDQPbr800PkJL4n1HM5ws02/INfN50CYU8bWnUtv453e3ZLqJgsA4utyym3uTOFzRo2Rrf6SD7XBdfH0ef1HyYwYf2U6wj0gQeFikMUJ3Bzdb3TvAfvOH8vzCjP8ABlel4yxGD6UFR+yBGEKN1zjvERLdCYjThzTdXwxEIbE32Q2EFyL8Pp+7Kad5dAQXcUzjjQgnV8E6d+ovfceO/BBdq5XG4d/cMp9uxTnB6a8gcdm+l58Pf8F3GJrnKBck2A5k7J4Z3jlSVmfPo1njbdUYnsvhLpZg5/8AlRvD7+s9o9Fg562J6eK3cr1TBCImBgtpqbaAk6kqqeZdBW+TgTfNJ2jsk1kdhtUMmW+3wSKSW6oJO7Tb2/IhJlwrIqLtLqXgla5RpKipChBWsbq91h7/ACCzUksp/H8fkQoinB1eS7x29g387rNHQ/8ATOhP1bj2xG+IdpHv9GnbYeufkRv5e1JBFYlziXOO7jv4DkPBXPlA2Qksq2wxxgqijl5c08rubshUSqOC0YmqYgdQ053eDNfecoQ8pWk7GU2Vksx4nI3wbq7329io1UtsGbfTsbllT+hhjE26RPKZYg+5SydcxI9AwCY6rG4o688niBbwAC2TwsNiwPfyFp1DjdNDsSXQ6wylzNuHuB8dOWyLkppRs8O/M0FK8CxED0XaX2PC/JabNcKz8k49MreDHPtCI1xjN3xDxYSx3uWm7M1zJXZmEkZSDf7wN26Otx6pRWQgjVV9iacsq5bfd7u55XLhb4H2KyOeUk4yM+TR44SU48cm5mkVHehcnBKq7oqovCG1Oq5Uxh41Vb47FfOBTUKdgAbopul5KjIURQUnePa3nv0A3PsQHY8ohkhud3a+Ww+Z80FG0C8ruob56E/L2orFqgAWGgAsB4bBLsQnygNHAW+qnTQ3z3Mo9RyvHiUF5OVFQgJpkM+oJUM910zz1FmYqV1WCugoAsUSVy6mApAHcEPKEc9qBnkAUkgspW8ig7mCOL1W6/mOrveSsZg0He1MTTsHZyOjPS+IC2OJzbrm62VyUTu+lQqEpCeqdcoGoKuldqhJnLKdMoKwmONy1MltNb+0ArdgLJ9rocswd6zQfMaH5Jodiz6FkEtzyK0NBX2brtt+X6tWUdzR9LKQA4ag7/NNJCxZqZZLrSYPh4gY7i95DnnwFmtHQD3k81muzEfeSNvq0DMDzI2b8/ALZuSRQTdlZepZ1SQrQxWFZF04KrzFcpqfTVXvi0TEH0IunOHxiNhfxdoPyj6n4JXRxEkDmi8Rqhaw2Gg8FVkfguxRvkX4lV+kPFB4rP6RQeITqipqM4DuY18ditOkdWjmeqQb2yPu8U2vSx0+qtbP1W6zk7RkHqQcgGz9QrGzKbIoPY9Wh9glzZVKSfRFi0Tqp0tmlXZn3Qkr1DZZGJpuw8d5JZPVYGjxcbn/AGprXyalA9jRankd6zz7mj6lWVblyc7vKz0mjhtwxQFI5DyqyUqhxVZoZXdIu2Ud2xO5Ej2gH5J24pT2odeEfnHwKaPYslwZHxRNDLlOU63OhHNVOauZPSGtvkeBVrKkbzB4fs+VlwWvc17HC1hJoHsvxu3bz5ha3IsLhl5YDlcRZ1pBxDhs9v8AMCL342semxwqu7yEOdbOPRfb1gNx0IsR4pALcuqnmQJq7usLo0FvJSRwM2R0reDj4u+ll181P6n9zvqsq6qHNUvq7cUvJb7fo1RljaDlvci2pBsONlnq2oNzdCDEOqqmqrqK+yU0ugaslSj7f3ZIOrTv06hG1cgSKvcni3F8FWWKmqYzMoOrTccwpNlQuH0BbSPn2Lpo4meAJc8+4DyK0mO4KyPKY7i97gm+1tr+K2wy3wzlZtLsW7wKhMptlQr4XBQDlbZk2pjJkq5LKgWyKT5EWRsLDKqJJFW+RDySKGy2MDf9kn/+V/rf8l2rKW9iKm8MjOLX38nAf9JTSoC5eT5s7+H/AFR/QtlVLiiJggqmSyUtKpHpTjZzta0c7+wfqiZZ0E91zfyCldiy6FVJBmlZGfxPa3hpmNuKsxOBzXuaRZzMrCLW0aMo+ATmTBL0r5xo9rgR1A+8fK49hUcSqGzPbM6wE0YjkOtmTAWDj00B8CrmURaatBPY5wEskZGUuaHNvtmYbOHUEf7StDhdPklcOBJaRwt95p8Qcw/qWIo3XkhvoQ8RvHEOBy38wb+RW2gp3MkIvmGVu9+Zt8OqUkbOa0E2CqzhVvl05IUzKSDM/aDzXxqEC6RV94lRY0HmZRdUIIyqJkUil8tQh6SjfUSiNnHUng1vFxU6OkfM/IweJ4NHMlbPDKKKnblbqT95x3cfp0TpCNkO0EDY6aCJgs1s0YHseST1Op80Xjjw5zRyze+30SztBOHNjA/91p9gd9VN1QXveSLEOsPCwV+GFysza6W3Cl9lckd0HLTg8Ee9DyuWujhpsXSUg4aKh8JTJxVLwo2lqmxY9hQ72FNXsQ72dEjgXxmHdip8lRkOz2keY1Hz9q19cLLCYe7u5Y3+q9pPgDr7lr8WxFrjofBYNRDbKzsaOe6DX0DTOSSum3R01WLJLUyA3VBqboqdKu07S5wA4myCL8zhyvsnOCtsS/lt4laIQ28sw5crm9kTTjI2Puvw2LT1vv8AFZGCjyl8TzdpAYf5XD/KkA4giw8yE31JvdDYhFexb94C2uzhxafl1S2XJUJaihfG4St9INLc43LS0ggnmNNHcjr129NXtcMwO+uu6QNn0BG9rOHyKGZHIz0o9W8WcurfogDX5gdypd2xZB1fIeY6K0VcvI+9FEDSmhpX/ejF+hLfgUS7CaT1P73/APUs3B95EHdO4ohMbHC6Ubs/vf8AVcdS0YH+WP8Aief+ZLJELIpoLYdVYk2MZYmho5D49UtkxJ54oeZDuQQO6XM4MvrqDr6zzlZ7gXeSaSN1v+z+qHo94/zf/nCKl2K2YlSOf6nJ71HwkVuchZCiXoVytOYiDiq3FTcqnILURcVU5WOVZUMtSKyuGQ810qtyrkk+y2EmunR86YoeRxKm5VlU7Ip8I0flnJU2cibqtFhtG4xAjiT9EgjW8wj/ANPH4H4lV5Oh8PMxW6FwCFnaeG6f1OyXDdUGwCo6Mk5naJvFTtJtYLjUXCmIKpKaLiAqC2HkF2t3QSgD/9k=" width="259" /><br />
<br />
Cerita sek – Aku anak tunggal namaku Dani umruku saat ini 17 tahun aku duduk di bangku SMU swasta di kotaku, sering<br />
aku tinggal di rumah sendirian diman Bapakku adalah pengusaha sukses yang cukup sibuk dalam mengelola<br />
bisnisnya skadang ibuku juga ikut bersama bapak.<br />
<br />
Aku akan berbgai pengalaman pertama hubungan seks dengan wanita dan ini untuk pertama kalinya, aku<br />
tinggal di komplek kelas menengah di sampingku rumah di diami oleh kepala RT orangnya cukup<br />
berpengaruh di komplek tersebut.<br />
<br />
Umurnya sekitar 60 tahun. tapi masih kelihatan gagah. Pak RT mempunyai dua orang istri. Yang pertama<br />
namanya Tante Is, wanita keturunan arab, kulitnya hitam manis, bodinya langsing. Meskipun usianya<br />
sudah 40-an, Tante Is masih kelihatan cantik, dia sangat pintar merawat diri.<br />
<br />
Dengan Tante Is, Pak RT mempunyai dua orang putri yang cantik-cantik, yang sulung namanya Erni<br />
sedangkan adiknya namanya Ana, umur keduanya hampir sebaya denganku. Istri keduanya namanya Tante<br />
Rena, orang Bandung, kulitnya putih bersih.<br />
<br />
BACA JUGA: KISAH NOOR<br />
<br />
Wajahnya mirip bintang sinetron Titi Kamal. Bodynya aduhai, montok, padat berisi. Mungkin karena dia<br />
sering fitness, apalagi Tante Rena senang berpakaian sexy yang menonjolkan lekuk-lekuk tubuhnya.<br />
Membuat laki-laki yang memandangnya terangsang dan ngeres.<br />
<br />
Tante Rena orangnya supel dan pintar bergaul, sering dia ngobrol-ngobrol dengan anak muda seusiaku,<br />
termasuk aku.<br />
<br />
Kejadian ini bermula ketika orang tuaku pergi seminggu keluar kota untuk keperluan bisnisnya. Aku<br />
ditinggal sendirian dirumah. Sedangkan pembantuku dipecat ibuku tiga hari sebelumnya karena ketahuan<br />
mencuri uang ibuku. aku yang sendirian merasa kesepian.<br />
<br />
Aku duduk diruang tamu sambil berkhayal. Untuk menghilangkan kesepianku, kuputar VCD porno yang baru<br />
aku pinjam dari temanku. Filmnya tentang seorang cewek bule yang sedang disetubuhi dua orang negro.<br />
<br />
Satu orang negro sedang dikulum kontolnya, sedangkan yang satunya lagi sedang ngentot cewek bule itu<br />
dari belakang dengan posisi nungging. Sekitar 20 menit mereka berganti posisi, satu orang negro sedang<br />
rebahan diranjang sambil memasukkan kontolnya kelubang anus cewek bule itu, yang telentang diatasnya.<br />
<br />
Sedangkan negro yang satunya lagi sedang menggenjot vagina cewek itu. Desahan dan erangan mereka<br />
membuatku terangsang. Kuraba-raba celana pendekku (aku sudah tidak pakai celana dalam), kontolku<br />
mengeras.<br />
<br />
Semakin lama kuraba semakin keras. Kukocok-kocok naik turun. Birahiku memuncak ingin disalurkan, tapi<br />
aku tidak tahu harus kemana menyalurkannya.<br />
<br />
“Lagi ngapain Dan?” suara seorang wanita mengejutkanku.<br />
<br />
Ternyata Tante Rena sudah berdiri disamping pintu. Dia berpakaian sangat sexy, dengan kaos ketat dan<br />
rok super mini. Dia memandang karah celanaku. Saking terkejutnya aku lupa menaikkan celanaku, sehingga<br />
dia dengan bebas bisa melihat kontolku yang sedang tegang penuh, mengacung-acung.<br />
<br />
“Maaf.. maaf.. Tante” sahutku terbata-bata.<br />
<br />
“Akh, nggak apa-apa kok, kamu khan udah gede”.<br />
<br />
“Wah, kontolmu gede banget, udah pernah dimasukkin kevaginanya cewek belum?” tanyanya cuek.<br />
<br />
“Be.. belum pernah Tante” sahutku.<br />
<br />
“Mau nggak dimasukin ke punya Tante?, Tante pingin nih ngerasain kontolmu” katanya meminta.<br />
Kemudian dia menutup pintu dan menguncinya. Dia berjalan mendekat kearahku. Duduk disampingku.<br />
<br />
“Tapi saya belum pernah Tante” jawabku.<br />
<br />
“Tante ajarin, mau khan?” katanya sedikit memaksa.<br />
<br />
Tanpa menunggu jawabanku, dia menaikkan kedua kakinya kepangkuanku. Tangannya meraba-raba kontolku,<br />
aku gemetar. Baru kali ini kontolku dipegang seorang wanita. Dia mendekatkan wajahnya kewajahku,<br />
diciumnya bibirku.<br />
<br />
Lidahku diisapnya. Aku membalas isapannya. Lidahku dan lidahnya tumpang, tindih saling isap. sesekali<br />
isapannya diarahkan keleherku. ditariknya tanganku, diletakannya dikedua buah dadanya yang sudah<br />
mengeras.<br />
<br />
Kuremas-remas buah dadanya, dia menggelinjang keenakan. Kutarik kaos ketatnya, aku terperangah, dia<br />
tidak memakai BH, buah dadanya padat dan kenyal. Kulepaskan isapan lidahnya, kuisap buah dadanya, dia<br />
melenguh, sambil tangannya terus mengocok-ngocok kontolku.<br />
<br />
Beberapa menit berlalu, dia berdiri, lalu melepaskan rok mininya. Maka terpampanglah pemandangan yang<br />
luar biasa. Aku bisa melihat dengan jelas vaginanya yang merah merekah, sangat indah. dicukur rapi dan<br />
bersih.<br />
<br />
Kemudian dia berlutut dilantai, dihadapanku. Wajahnya didekatkan keselangkanganku. Ditariknya celana<br />
pendekku. Bibirnya mendekati kepala kontolku, dan mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya.<br />
<br />
“Akkh.. aow.. oohh.. nikmat Tante, enakk.. sekali” aku mengerang ketika dia mulai mengulum kontolku.<br />
<br />
Hampir seluruh batang kontolku masuk kemulutnya yang sexy. Kontolku keluar masuk dimulutnya. Nikmat<br />
sekali. Tak ketinggalan, buah pelirkupun diseruputnya. Puas mengulum kontolku, kemudian Tante Rena<br />
berdiri dihadapanku.<br />
<br />
Vaginanya berada pas diwajahku. Dia menarik kepalaku, mendekatkannya pada vaginanya. Aku mengerti<br />
maksudnya, minta dijilati vaginanya. Kujulurkan lidahku. Aku mulai dengan menjilati pangkal pahanya,<br />
terus mendekati bibir vaginanya.<br />
<br />
“Aow.. oohh.. nikmat.. sayang, teruss.. terus” dia mendesah-desah ketika aku memasukkan lidahku ke<br />
lubang vaginanya.<br />
<br />
Kusedot-sedot, kugigit-gigit kelentitnya. Dijepitnya kepalaku. Hampir seluruh isi vaginanya kujilati,<br />
vaginanya basah.<br />
<br />
“Akkhh.. akuu.. nggak kuatt.. sayang, kita mulai aja” ajaknya. cerita hot tante<br />
<br />
Dia menurunkan tubuhnya perlahan-lahan kepangkuanku. Dipegangnya kontolku, diarahkannya tepat kelubang<br />
vaginanya. Dia mulai memasukkan kontolku sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin dalam.<br />
<br />
Sudah setengah batang kontolku masuk. Sampai disini dia berhenti sejenak mengatur posisi. Kakinya<br />
berlutut disofa. Aku tak mau ketinggal, kuambil kesempatan. Kusodokkan kontolku.<br />
<br />
Dia menjerit ketika kontolku amblas dilubang vaginanya. Dia mulai menaikturunkan pantatnya<br />
dipangkuanku. Kontolku serasa dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit.<br />
<br />
“Gimana sayang enak khan?” tanyanya.<br />
<br />
“Enakk sekali Tante, vagina Tante sempit sekali” jawabku.<br />
<br />
“Sudah lama sekali Tante tidak merasakannya sayang”.<br />
<br />
“Pak RT tak pernah memberiku kepuasan” dia menggerutu.<br />
<br />
“Emangnya Pak RT impoten Tante?” tanyaku.<br />
<br />
“Iya, iya sayang” jawabnya singkat.<br />
<br />
Kupeluk pinggangnya erat-erat. Bibirku menghisap-hisap buah dadanya. Kubantu gerakkannya dengan<br />
menyodok-nyodokan pantatku keatas. Dia mengerang-erang merasakan nikmat. Matanya merem melek.<br />
<br />
Semakin lama semakin cepat dia menggerak-gerakkan pantatnya, sesekali pantatnya diputar-putar. Aku<br />
merasakan nikmat yang tiada tara. Kontolku serasa dipelintir vaginanya. Sudah sekitar 30 menit kami<br />
berpacu dalam kenikmatan. Nafasnya dan nafasku saling memburu. Peluh kami bercucuran.<br />
<br />
“Akh.. oohh.. aku tidak kuat sayang, akuu.. mauu.. keluarr” dia menjerit-jerit.<br />
<br />
Kurasakan vaginanya berkedut-kedut.<br />
<br />
“Akuu.. juga Tante” sahutku ngos-ngosan.<br />
<br />
“Keluarin didalem aja sayang, aku ingin punya anak darimu” pintanya memelas.<br />
<br />
Crott! Crott! Crott! Aku menumpahkan sperma yang sangat banyak di lubang vaginanya.<br />
<br />
“Kamu puas khan sayang?” tanyanya.<br />
<br />
“Puas sekali Tante” sahutku pendek.<br />
<br />
Kami beristirahat sejenak. Kemudian kekamar mandi untuk membersihkan badan. Siraman air membuat<br />
badanku segar kembali.<br />
<br />
“Aku pingin lagi sayang, kamu mau khan?” tanyanya meminta..<br />
<br />
Aku tidak menjawabnya. Kubopong tubuhnya, kubawa kekamarku dan kurebahkan diranjangku. aku merangkak<br />
diatas tubuhnya dengan posisi ssungsang. Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan wajahku<br />
tepat diatas vaginanya.<br />
<br />
Aku mulai menjilati dinding vaginanya. Dia menggerinjal-gerinjal dan menjepit kepalaku. Seluruh<br />
dinding vaginanya kujilati. Kucari-cari tititnya. Kusedot-sedot dengan lidahku. Sesekali kugigit. Dia<br />
meringis.<br />
<br />
Dengan jari-jariku kutusuk-tusuk lubang anusnya. Sesekali kujilati lubang anusnya. Tante Rena tak mau<br />
ketinggalan. Dia menjilati kontolku, dari kepala sampai pangkal kontolku tak luput dari jilatannya.<br />
<br />
Sstt! Aku mendesah ketika dia mengulum kontolku. Dia sangat lihai memainkan lidahnya. Kontolku yang<br />
tadi mengecil, sedikit demi sedikit mengeras didalam mulutnya. luar biasa kenikmatan yang kudapatkan.<br />
Tante Rena memang benar-benar profesional. Seluruh batang kontolku dijilatinya.<br />
<br />
“Oohh.. aku tidak tahan sayang, kita mulai aja” pintanya.<br />
<br />
Kuturunkan tubuhku dari tubuhnya. Aku berdiri dipinggir ranjang. Kutarik tubuhnya kepinggir, hingga<br />
kedua kakinya menjuntai. Aku mendekatkan kontolku kelubang vaginanya. Sedikit demi sedikit kontolku<br />
masuk kelubang vaginanya.<br />
<br />
Sstt! Dia mendesis. Sudah seluruh batang kontolku amblas ditelan lubang vaginanya yang basah dan<br />
memerah. Kugoyang-goyangkan pantatku. Tante Rena membantuku dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. aku<br />
merasakan sensasi yang luar biasa. 10 menit berlalu, kuganti posisi. Kutarik kontolku. Kakinya<br />
kunaikkan keduanya. Aku memasukkannya lagi. Dan mulai menggenjotnya.<br />
<br />
“Akhh.. akuu.. mauu.. keluarr.. sayang” dia mengerang.<br />
<br />
Vaginanya berkedut-kedut. Vaginanya menjepit kontolku.<br />
<br />
“Akhh.. aku keluarr.. sayang” dia melenguh.<br />
<br />
kurasakan vaginanya basah oleh cairan. Tante Rena telah mencapai orgasme sedangkan aku belum apa-apa.<br />
Kubalikkan tubuhnya. Kuminta dia menungging. dia menuruti aja perintahku. Kudekatkan kontolku yang<br />
masih tegang ke lubang anusnya.<br />
<br />
“Kamu mau apain anusku sayang” tanyanya ketika kepala kontolku menyentuh lubang anusnya.<br />
<br />
“Jangan, jangan di lubang itu sayang, sakit” teriaknya.<br />
<br />
Aku tidak mempedulikannya. Kumasukkan kepala kontolku kelubang anusnya. Mulanya agak susah tapi<br />
akhirnya masuk juga. Kutekan pelan-pelan hingga seluruh batang kontolku amblas. Aku mulai menggerakkan<br />
pantatku maju mundur. Kutuk-tusuk lubang anusnya.<br />
<br />
“Oohh.. enakk.. sayang, kamu pintar” pujinya ketika dia sudah mulai merasakan nikmatnya disodomi.<br />
<br />
Sekitar 30 menit kontolku keluar masuk dilubang anusnya. Kurasakan kontolku berkedut-kedut.<br />
“Akkhh.. aku mau keluarr.. Tante” aku berteriak histeris.<br />
<br />
Crott! Crott! Crott! Kutumpahkan spermaku lubang anusnya. Kudiamkan beberapa saat. Lalu kutarik<br />
kontolku. Kuarahkan ke wajahnya. Kuminta dia menjilati spermaku. Dengan lahapnya Tante Rena menjilati<br />
sisa-sisa spermaku, sampai bersih dijilatinya. Tanpa rasa jijik sedikitpun.<br />
<br />
“Kamu hebat sayang, aku puas sekali” pujinya.<br />
<br />
“Kamu mau khan memberiku kepuasan seperti ini lagi?” pintanya.<br />
<br />
Aku mengangguk aja. Menyetujui permintaannya.<br />
<br />
“Kalo kamu pengin lagi, datang aja ke kamarku”.<br />
<br />
“Masuknya lewat jendela ya! Kalo lampu kamarku mati, berarti Pak RT nggak di rumah”.<br />
<br />
“Ketok kaca jendela tiga kali, akan kubukakan untukmu, OK” dia menerangkannya untukku.<br />
<br />
Kurebahkan tubuhku disampingnya. Kami tertidur setelah mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa.<br />
Malam itu Tante Rena menginap dikamarku. Sampai pagi kami merengkuh kenikmatan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-89591471816751670892019-03-28T20:57:00.000-07:002020-05-22T19:40:15.666-07:00akhirnya aku Dapat Kesmpatan Memijat Payudara Tante ku yang montok <span style="font-size: x-large;">akhirnya aku Dapat Kesmpatan Memijat Payudara Tante ku yang montok </span><br />
<br />
<img alt="Image result for semok toge" height="400" src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxMSEhUSEhMVFhUVFhUVFxUXFRYVFRUVFRUWFxUVFRUYHSggGBolGxUVITEhJSkrLi4uFx8zODMtNygtLisBCgoKDg0OGhAQGi0dHx8tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0tLS0rKzctK//AABEIAQMAwgMBIgACEQEDEQH/xAAcAAABBQEBAQAAAAAAAAAAAAAFAAIDBAYBBwj/xABBEAABAwEFBQYEBQIEBQUAAAABAAIRAwQFEiExBiJBUXETYYGRobEyUsHRBxRCcvAjM2KCouFjkrLC8RUkJUNT/8QAGQEAAwEBAQAAAAAAAAAAAAAAAgMEAQAF/8QAIxEAAgIDAQACAgMBAAAAAAAAAAECEQMhMRIiQTJhBBNRcf/aAAwDAQACEQMRAD8A9ae0jVcBV1Q1LODpkiFtkCST6ZHeE0OWnDlwrkrhK44cSg20F7NoUi85nRreZ+yJ1n5Z9T0XlW1V6GvUcQdxoIYOurkrJKkHCNsym0V9VKjjLiSSenfA4BZuraI1P86K5eREkjTT0Qqu4DM6pUV9jWTttThmHERpwKfaLzqPzc4mOeeSq0ab3aCQUYsNwPfqIRekjFByBFKoZmUZsN6ua5pES3MEZHxjVUL1uOrSJgZIOyqWnkQttS4Y4uPT3vZa/G1WxOuvCD0WxstXKDqPUc18+XTebmgVGkyNRoCvXtnL8bVptcDmAA4cWz9FkWbKP2aolNIXWmVxyMWRkJpCe4Jq44YVynTLjA19uqlpUC4wPE8AidCgGiB5811GWRWezhveeJU4ansZKrWu2hmTc3c+A+5W0dZY7IrqBm1P+YpLqOs1CRXVxGANKhqUQe5TlNK00pOpEd6ZiV4hV7ThALnZAAknkFxxnNrLd2dIsB3qkgdw4leZ28QwjuhG76vM16zjO6PhHcP4Cg1rzE+PkVJOVsqxxpGPtoDcQOcADxnVVrkul1d0kcVYvVsuPf8AU5Ld7H3eA0GM1jlSGQhctk10bKtaBktFZ7naBoidnpqbAkuyjRnrwuVrhELzTbLZnADUaNF7S+mgW0liD6bstQsjNxZzipKmeK3I6Q5p5LUbGXgadQsz/wBv5Cy9Nhp1nsPD7ohddo7Os13A7ruh/wB1R+yVrVHv122jGwHz6hXCs5sjaCWuaf0+ea0hTUTNURuTrPZy/uHP7KahZSczpy4n/ZX2jgESRgxjA0QApAMpJgDjwSquawS49BxPRCLXay88gNBw8eaIwmtl4TuskDnxP2CGOKeUwoThqSSS042K4upIgTianLhWo4iqOAWT/EC8ezo9mDm+Z/a3MrT2uACSvL9rbWatR3JsMHHKYcgyOkMxq5Geu985/MCPefp5Lr3QATp95B9CuUWEPa0fpa/xJj7qMvxMceG8PKAfcqUroA22yzXa3/E33zXpVw0cIAWGqZvoVD8rZdwMNBz79D4lbK6r5oCBjGSFjYcNdQGSkQ+x3tRfk17SeUq+14OiGghEIbezdw9ETWb2kvyjSaQ5+fIZlY0aunkW0VKLQ4jl9VRY/MBWb7trari9swdJQ4OgtPenx4Im96PZ9hrQO1Aj46YPU5ZL0ijZeLvL7ry/8LX4n0ncg9nSBK9chOhwkn0Y1ihtdpFPTN3LgOqZabdwZ4u+3JC6hRgHatYuMkyVEkuLjhFRuXLRXa1pc4gAakmAFnbdfjn7tEQP/wBCMz+xp9yhbONCksV2B4uee/GUlno49lSTA5dlNoEcmOK7KhrPyXGgq/rWGU3vPBpjhw/gXmLnYpd/w57sTiCFrNvbX/S7Pi4hvgYB/neshVdhaB4eQg+imyO2U4o0rB1Fx7Vx+SkZ/c8s+ypWKsPy9U8qh8nYZU9ethbVdxIYD3l0EejCh91/2K7ehHXI/RAkNLgLcdOm74XYcJ4S0ZeBa4jxWgZSsVNsVQwDv9lkbY0tp0TxApR/yN+oRS0XFUrsqHImo1obOjMw4x1iCUL6NinRq7uo2Qx2OEcgMvJaGyujJYy4LlqUbO+k5rQ8uDmFpMMgfEMsp5DLJaixYpAdrAnlMZoXphpNrei/bKsN6rAbU2+zUp7TCXcAYkrbXt8I6rzbaPZk1SXdpBggnDqCZzK5U3s5p1ox94uDjIaAOSpkZIlbaGE4J0gSqWHUJy4TyTs9I/CK1AWjC4wAHOHeSAIC9dtNqLstByXhP4fvw12ngMj4r2puiZjeifMqkdc5ROUioXjeLKQ3zmdGjNzujUwUWCUJvC+2sJZT338gd1v7nfQIba7dVrZZsZ8rTvH9z/oE6z2AAaeA0Q2dRTqh9Z2KocR4CIY3oPqrNOzQrzaYCRCE0q9mkpoSQnWza3feDKrQ5jgQfMdVdxry6hXqWepNM5AZjgY4LX3Pf7KzRGT+LePhzCqANE56qWqpATe1VG32jJBJ0EtmX2iaHvbPB4+5WQvevvQDoCPPVaq9akBx4gE+JCwlvqb5aOvgdPRSPbLY6VEFvfFJp+dwn9tNsD1efJRWNpbReeefkDHqAn3mN4U5+BoaeWIy93/UFZslIdlnxn6wtOGXnT3GeHot7sqwPpMn5QsLbyTTZPIerWn3JW12Jf8A0m+PulyH4/xNGbOBnCrM+JX6pyQqi+HbxzlCGi3eDJb0Qi0UA5sRwRm2VG4NUPZEIXphLh5XtHZcNQoARmt1tlQEyP5ksRUGabBgZI/ZoNiqsVsPMeoIK9ms9oHZh5IAjUrwrZ+rgtDCdJE+y9iushzMLs8JMd3JNxshzraFbr1qP3aIwj53DP8Ayt4dT5IdRsBkl0ydSTJPUo06jGiiKYTkVOiBopFxxUZqLjRz1GSuFyjc9ccOlcUPaJLjizbbNIcY1QitZ3NcwtMEHIjvIK1tus8ADmh1ooS5s8AmSYKJLpvovLmuGYJAPAtGh65q6agdnwQahR7MN+Z5k9zVYpVt1w4NxHwCRKV6Hwh9gTay1BjDnmQSemnssbdJbUe0u0I14w0EnwyKftXePaWg05OEtDD3TmHR3ZKrcpntDwp03saeB7SN7xgrox0M9bIqz8Rc4n43OPgTJ9IHgUWaIa0aaDw1J8pWe7bE4R/ANPr5os60S6BoB6kjLylY0Gtkt4VMgO+fMmPYLXbIuhgCwNutE+3kjew1/AnA46FKkh+N6o9Jr2kNG8Y6qjVtFN2cg+St16YeJyIKC1rnbO6BHJLHY1FvZadaWnKQqzraCcLTJGscEz/0fkHf8x+6Z2DaIJMCASTwQspyRglpmZ2xrAEAnl65D3WMtDc/NOvm+DabQXfpBGEdwIgrlcy4J0Y0ROalZJQyc094XsVyPy8B7Lx8jTucPRemXNbN0dAmQeyX+QtI05qKF+aq/mAuGunEQ94KiLlw11G+osNsTnKE1Fx5UL3LjR/apKDEuLjj0u+aQLwO5BK1LMngAj9szc88skHtVOcvErZvRsVbAttdAxc/TPJCLZa8FCofmMDxKJX5Uhsd48litr7Xhp4eM+pH/lJSsp+jHXjajjcf1O490ZBSWO2dnSeznBI7sQmOWROipVWEknxUdIGYPGfYp9Cb2ELOQM9I1HLp3KzZrRDS86uOX0+vkhRqnFJ/UBPTR3spqj4OD5cglyQ/G9DrTWhvRM2exdpLciSo6zJ10RfZ2zjGCly4NjFuSZ6PcN6HCGvWjogHNZqx2cQMkSo1C3QqZsfQa7ELzL8U73wD8sw7zxL4/Swc+q2VvvV7WnCBK8S2ue/8w5zzLnQSSjxK5C8raiUbJm7r7TPsESc7f8lWu1sDEegUxOczxT3tgRVRCFCDPdJ9Fr7rr7reg9liLPUgHofZaC7rTDG9B7IIumBn2jWfmUhaUEZbJUotCosioLfmSmutUIaKy4aqyzAl+ZTTWQ8VV3tF1mhDtAkh/aJLDj2lzcuplDbUzInmi1bkgt+1cLCBqumw4IxF51cdUt7wSfHJYbap5qVsOu96AxK1jqv9x/InPpl7z5LHVR2loc7UCffRZEdV6JW3e2FEbna5w6o9YbE55DWNJcdAFp6ew1YAEvZPEakfQ+axSk+DnjSWzzUbPEtADtCeHA/7g+akbdAZE5unLqvTKGxVYnNzAOZOZHQaLlt2JdSaavaCoWicOEiBxI5rH7rgzEsalTZjbHs81w3wCde4IjZ9nqbTIEeKLWdivUqamlMc+lGz0SzIKYkq+2mF00wl2YBLZaMoIKwO0VkbUeSvVKlAcUHvq7GOYYaJ1GXJbGdMKKTdM8mecMA6BNaZC9Dq7MUarGuDQCQhY2JYJDnPHKDonrLEVODToytN0tPRGaToaOgRg7Egtim8zl8QkeMJXns1aaLcWDG0DNzN6OrdV3qLE5U0gXTrqwy0odKc0FNImgu20KQVEKpgq9Zmc1tmUW2OlSszXWDKE6xanos9HUOwnkkriS70dR646sDnzzWO2vt8NMa8FordaQ0EzH2C86vK1du9xOTW7x7gMmjqdfBE9jYoE2+vhpNYP1H0GU+OZ8VSuuyyZjNx9TwUhmtUJ4DIdwW22NuEGKz9Ad1vMjie5Z3RTBJL1L6DuzFzts7N4DtDqeX+EI4SosKncMLS53DhxM5ABMSrhLObnKzgBOi5a7QymxxqODWwRLjAzByVK93VGsaC4DEf7bchHe/U5xpCBWylUrFvaOkNENH1PMnmhyZfKHYsN7bAtjzE+SIUlN+RgZKI7pXnMuck3ZOAuFRmuFYs9IuzXJWA3RA4KvaKRIRj8smPoLmqMUwZshd8vearZpNJgn4cRgwfA9M0dvTZ9jhiowD8s7p6HgVNs/DBUBMCQ4+Ij6K7WLZBptdmRMjCwjiYPHoFXDHFwF5M8pZL4ZmyUIJEQRkRxB5FEmMVWsHU3vc8GC4nHG6QfhzGkCB4K1SdOikap0NkvszO02yrKgdVpNDampAEB/Poe9efvgGCROkcZ5Qval4Ztddwo3wQ0QKh7UD97Di/1Ap+F3pkmWC6iwArlnCrQrVmTUIZephdsnxeBTqS5Q+MdVoJfwJJ0JLjAttVepxdk05xkBzOk+pWevodhTbSJ33DtKh/xH4R4A+qNWGiHPqWuoNwE4Af1kZA+gQIMdbLUeQMuPDmjKYon2fu8hskZnNbbZ6rDCwRLXExzBzn3VSnZg0ADgFyzWZxqYm6ndHeTr7+qBN+iiEFNeeG2sdMYcboGU5nTnJSANQh0QwZtHFx4OI4Dl58lXstgDcNAaAB9U/MT8LOmUnuHeidoOFpdyzVK4RSSi9bM3bnF9VznHQ4QOAAUOFcbUxb3PPzTwo57ZVHSGFiG3hTgEosqV5N3Sp5obHpn7pea1QgaNMHryWzs9CBos1sLZP6Zd8z3u83GPSFryITccNWLzS+VFd7FWe1W3qvUQzOgQ2Z4D4OjgQfdEQ6C1uLEHHIEbwgagjUdeaF0f7jOv0RJ8teHxIgggagEgyOemidifxAn+VEtegHNcw/qBHfmIQK75Awu+Ju6eo/nqtDiDgHNMhBa39+p/knrhz9IQ50mrCwt04v/pKV5D+IjP8A5SgedP2xr1pzl5T+IGd5UO6mfZ6Vh/I3IvgymrdmVRWrOqERMv0lyd4dQnUQmvOa1mBNJKEltGWd2vvqXCy2cThhpjQHkP5qtBct0iz0WtI3yMTzzcdfLRZ7YK6prdpUEkAvk/MTr6r0CpTkyjKbrQKrZCUZ2eswNSSPhAIkRrx90OfRxVGM4F7Qek5+iI3/AF4eXNOEtAAI7s/qghq2yiKcvgvtBSx1QH1QfixzHHDhaGnpkrFbea4cwULoUXVaTHvd/UiQ8AAidB3juVyxVHOYcXxCWmOYMSnkk4/59AFrYC6nOGZ6phKmkiiI5U70MMce4n0VqUM2hq4aFQ/4HexSJDY9Lex1HDZqf7R7IzVKGbObtCmOTR7K5XenrURE9zY15UFQrpKq2mrAJSJDYobReTVEaNzK0FGkXZ8Cgtz0TgLjq8z4cP53rSUGQ0dFRijSJ8srkef7UY7LahaaZOEGmKjRoQ+RmO/CfGFeuuriDnTMvcSee8c+mit3vZhWs1qcYl+LDJ4UvgjxB80J2XqTQZOoEHwJH0U+XTPTv1ht9WgtVeAvJ9rX4ryn5RHh2Zn3XqFvbiaQNY9eC8gvGvjttR3JzgPKFmHpNJXFosgq1ZlUCt2ZUHnyCFFNq6p9JMq6rQAow5DoElXp1ch0CS4yjR7P0n0TvtIkQJ0PRa5rNwHmstsrbRaqVLPebk4cnNEHzyK2NsENTZaHvuwK2phqtcf0mUr8slRrQ47zXZkgaE5wfNUryqlu8OGa2F3WgVKFNwzDmj2QY/laKv7JYamiOgIa0cmj2XaLcLiODxiHXRw9j4pViobTXhodxYQf8pyd6H0VDIotyk/2CbY8Co5qic5T35ZDjFYREQ76HoqPaKOfSyCtE2JA9rn/APt6g5tI88kWxrN7ZWiKJHMtH+oBKkOgtmnuepFNo7lZqPQm6q26EQL0bloW41IcXIfad5wbzPpxVp7lXuqkatYn9LBl3nihStnN0rNDZqUYQByU19V8FPC3437jep1PgJK527aQL3zyaBmXOPADiVXo03Pf2tTXRrRoxv1ceJVL5RNDvpnl+0csrVGBxhroiTplK3tsYG1G4QADTacvHNZq27NV7RVqvc3s2F73Yna4ZMQNdEWsNs7YNeDpTY3yGfqSommk7Pb/AJU4zhDy7pbLVQZLxW8Xj828iM6j58SV7VaDkvCb4s1SnXcyq1zHEvdBGrSZDgeIjiiw9Z574FWvyVizVkDuhxFLQxLuB0lHrlsRc7E+QwcDliPDwT/sgkthmw0sXHSJ8dFaddzTm5x8E25nNL60cMH/AHKzaZgrbBogFGn8x9FxUMCSzZ1Gk/D2kW214AIY5hMHnI4L0G8XZIfc9GmapqNguDYJGfmrF5VE6XBsn6kBLayVf2Utoaw0CfhMt/aT9Ch9V+aHWtzmkPYYcND9DzCRCfmVlMouUfJuKz1Xc9ZewbWMc4Uqu5UOgJyd+0n2RltqnNU+0+EjxyiW2NqNGFrab2cA5xaWg8PhMhDrfdlb4mU2dG1J8sQCIUKh4KV9rMQQOvFBKMWthxyyT4ZA2qCQZBGRByI6hZbau044YDxB8AZW22hu01ZqMdD2tOUSHRmAe9ecCg5zi5+vsFHNeWepiisi9RNbcVsDmAzwRttRefXZanUHEEEsOcjgeK1lgtDqpDWAkkTyEcyVydnZMMlthVrC8hrcyf5mjtlFOzsDG/1H/qw8zrJ0CpWC7iP7hB5gTB6niO5XnPGgyHcqYKtnn5Wrro1rS52N8To1o0aDrHMnmrbFA14XX1wBKMS3ZR2st3Y2WoR8Th2bf3P3R7k+CBXFZ8FNo7k29rULVUbGdOmSQfmeRGIdwEjxKIUWwFHmlci/H8Mfn/RludDT0KuX7cVG00GUKrA84mhrtHsmA8sdqN0FD7zol9N7Rq5pA6kK1sneJqNY2oN8MlrvmYMpPKoDuuHMFFgfSfMuMytv2Iq2Vo7Auq02iAP/ALAO8D4vDyWXtFqOY0I1nUdxle6lB782as1rH9Vm/wAKjd146kfEO4ynONkyZ5DcdrwPqGdcM+qNVbzZCLWn8OHMnsXtd3OLmE+IkeyFWrZypRB7Sg+Pmxkt82rKOsIWa6Q9jXT8TQ7zEpKrQv4Ma1mH4QG/GP0iPokir9g7N7spZnU6JL3Mc5xObJwADgJ1Hem3nWzRt4AAA0QO8acyinwbB27YGfUzUVV0qSrThV3qVlqZkNsKO6HjVrgfWPqprnvAgCHEeKm2qE0ndPsht10t0LrGJX02dC/nAfFpzCgtO0jyYZLj3ZBDrPZsWqJ2WyAaBY5v/QfEV9EVnr2p5xPqkD5RonCwN5Ikxif2aB76FGbjpaAVosAjIKe7r5fZ2hmAFo4gb2vHmib6aqV7MFydcDeRzVSdov2baph1hTu2gpakwsrabuGsIbabDA4o1lkJ/ogzU3htxZqQObnEcA3M+JyQewXpaLw3nf06J+FgOZbze7j0WFvekScI1JgdSYHqvXNnbAKdJjY0aB5BMcm0Y8cYcLFksYYAFZhTEKJ6TJGerOUWkuAGuvkoribhtdobEYZcOUVsLj/qa7zVm7v7g8fZQdr2Nrqvf8FRlMYuDS1zm73IGRmmYuWIyda/Ro8S6FE1wKkaqSccuOXYTSVwJSddtA5mjSJ59m37JK0ksNJKrkItjletVWEFtVZbN0hkFbKldU6oVio5QvUjZYjO7RMmk7oql0U8gil808TSOar3bShZY1cCtnYr9Bir2div0mIQWSNanQnAJFcLI3NVWq1XVBUauYcWUKrULt4gFF6wQe8dChQ1MzVisvaWuk3hixH/AC5+8L1mztgLA7KWabQXcmn1I+y37NE+G0Iyy2OeVVq1FawqOpRWSi2ApI5db/6g6H2V4UgXwQCDTIcDmDidoR4FBmONN4dwWgo/Nz9uC3FyhWXtlSxXT2Uhj3BvBpMhvcJ4KTHUYczIV4JlVkiE6qED21gUnPVF1NzdD4J3aGFtnFnEElTxpLrOILZXQirUVq0uQ6o5KyOynHERcmFy5iTXFJHkFeliTKFCERo0ZEpopovo5SJLOxXGBV6SstQGMeuFdXCtMOSo6iemuWM1FKuEFvFqO1kKtNOVg1HdlqEFx6Ba2kEAuVkStFSCpgtE2V7JAF0tT2hdhFQmwdarPITbttmA4HfCdDyP2RCo1DbZZJ0S2nF2g001TDocuygNkvAs3XzA0PLqi7KoIkGQU1STEyi0SOUFcQJUgcq1vdMNiZXAkHajmuqv2XcurDiraUOqpJJUulkODCulJJLkNCVlG4oK2qSSY/xEx6PpqyFxJKDY8JFJJacJwTHJJIWairWVKoFxJchiLd2ao/RSSVOPhNm6WAupJJog4VFUXUkEgkC7a0KG56pxls5RoupJK6Mf4hoFJ6SScyYjhJJJYcf/2Q==" width="298" /><br />
<br />
Cerita sek – Ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu, waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, sebut saja nama teman Om saya Dody. Om Dody mempunyai istri namanya Tante Rina. Umur Om Dody kira-kita 40 tahun sedangkan Tante Rina berumur 31 dan mereka mempunyai anak berumur 5 tahun bernama Dino.<br />
<br />
Om Dody adalah teman baik dan rekan bisnis Om saya. Tante Rina Seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang indah terutama bagian payudara yang indah dan besar. Keindahan payudaranya tersebut dikarenakan Tante Rina rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya selalu pada payudaranya Tante Rina. Tak terasa sudah hampir seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dody pergi ke kantor dan Dino pergi rumah neneknya) Tante Rina memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kamar Tante Rina, tampak tante cuma mengenakan kaos kutung tanpa menggunakan bra sehingga dadanya yang indah telihat nampak membungsung.<br />
<br />
“Van, Mau tolongin Tante”, Katanya.<br />
“Apa yang bisa saya bantu Tante”.<br />
“Tante minta tolong sesuatu tapi kamu, tapi kamu harus rahasiain jangan bilang siapa-siapa”.<br />
“Apaan Tante kok sampe musti rahasia-rahasian”.<br />
“Tante Minta tolong dipijitin”, katanya.<br />
“Kok pijit saja musti pakai rahasia-rahasian segala”.<br />
“Tante minta kamu memijit ini tante”, katanya sambil menunjukkan buah dadanya yang montok. Saat itu saya langsung Grogi setengah mati sampai tidak bisa berkata apa-apa.<br />
“Van, kok diem mau nggak?”, tanya Tante Rina lagi. Saat itu terasa penisku tegang sekali.<br />
“Mau nggak?”, katanya sekali lagi.<br />
Lalu kukatakan padanya aku bersedia, bayangin saya seperti ketiban emas dari langit, memegang buah dada secara gratis disuruh pula siapa yang nggak mau? Lalu saya bertanya mengapa harus dipijat buah dadanya, dia menjawab supaya payudaranya indah terus.<br />
<br />
Selanjutnya tante mengambil botol yang berisi krem dan dia segera duduk di tepi ranjang. Tanpa banyak bicara dia langsung membuka pakaiannya dan membuka BH-nya, segera payudaranya yang indah tersebut segera terlihat, kalau saya tebak payudaranya ukuran 36B, Puting susu kecil tapi menonjol seperti buah kelereng kecil yang berwarna coklat kemerah-merah.<br />
“Van, kamu cuci tangan kamu dulu gih”, katanya.<br />
Segera saya buru-buru cuci tangan di kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya. Ketika saya balik, Tante sudah berbaring telentang dengan telanjang dada. Wuih, indah sekali. Ia memintaku agar melumuri buah dadanya secara perlahan kecuali bagian puting susunya dengan krim yang diambilnya tadi. Grogi juga, segera kuambil krem dan kulumuri dulu di tanganku kemudian secara perlahan kulumuri payudaranya. Gila rasanya kenyal dan lembut sekali. Perlahan kutelusuri buah dadanya yang kiri dan yang kanan dari pangkal sampai mendekati puting. Sementara tanganku mengelus dadanya, kulihat nafas tante tampaknya mulai tidak beraturan.<br />
<br />
Sesekali mulutnya mengeluarkan bunyi, “Ahh.., ahh”. Setelah melumuri seluruh payudaranya, tante memegang kedua tanganku, rupanya ia ingin mengajariku cara memijat payudara, gerakannya ialah kedua tanganku menyentuh kedua buah payudaranya dan melakukan gerakan memutar dari pangkal buah dadanya sampai mendekati puting susunya, tante meminta saya agar tidak menyentuh puting susunya. Segera kulalukan gerakan memutari buah kedua buah payudaranya, baru beberapa gerakan tante memintaku agar gerakan tersebut dibarengi dengan remasan pada buah dadanya. Tante semakin terangsang nampaknya terus ia memintaku, “aahh, Van tolong remas lebih keras”. Tanpa ragu keremas buah dada yang indah tersebut dengan keras. Sambil meremas aku bertanya mengapa puting susunya tidak boleh disentuh? Tiba-tiba ia menjambak rambutku dan membawa kepalaku ke buah dadanya.<br />
“Van, Tante minta kamu hisap puting susu Tante”, katanya sambil napasnya tersengal-sengal. Tanpa banyak tanya lagi langsung ku hisap puting susu kanannya.<br />
“Van, hisap yang kuat sayang.., aah”, desah Tante Rina.<br />
Kuhisap puting susu itu, terus ia berteriak, “Lebih kuat lagi hisapanya”.<br />
<br />
Setelah sekitar 10 menit kuhisap puting di buah dada kanannya gantian buah dada kiri kuhisap. Sambil kuhisap buah dadanya tante membuka celananya sehingga dia dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian dia membuka celanaku dan meremas penisku. Tante kemudian memintaku telungkup menindih tubuhnya, sambil menghisap-hisap payudaranya tante memegang penisku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. Setelah melalui perjuangan akhirnya penisku memasuki vagina tanteku. Semua ini dilakukan sambil mengisap dan meremas-remas buah dadanya. Pinggulku segera kugenjot dan terasa nikmat luar biasa sedangkan tante berteriak karena orgasme sudah dekat.<br />
<br />
Tak lama kemudian tante nampak sudah orgasme, terasa di liangnya tegang sekali. Kemudian giliranku menyemburkan air maniku ke liangnya dan kami pun terdiam menikmati momen tersebut, setelah itu tante mencium bibirku dengan lembut.<br />
“Tadi nikmat sekali”, katanya terus dia memintaku besok kembali memijat payudaranya, dan aku mengiyakan. Kemudian aku bertanya kepada tante kenapa dia begitu senang buah dadanya di sentuh dan dihisap, jawabnya ia tidak bisa melakukan hubungan seks kalau buah dadanya tidak dirangsang terus-menerus. Saat kutanya mengapa dia memilihku untuk melakukan hubungan Seks, dia menjawab dengan enteng, “Saat kamu mandi, tante ngintip kamu dan tante lihat penis kamu besar..”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-75178345041887604942019-03-27T21:57:00.001-07:002020-05-22T19:42:08.292-07:00janda kembang berbulu lebat <span style="font-size: x-large;">janda kembang berbulu lebat </span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek bugil 2019" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS5ppC8KFm13tDGBaQAsaHT_1UqjL09e922F-JokMYGXSvY383y" width="299" /><br />
<br />
Cerita sek – Para netters sekalian, aku ingin sekali menceritakan Cerita Dewasa pengalaman hidup masa laluku kepada anda semua, mungkin ada di antara anda yang dapat mengobati perasaanku ini. Tetapi tolong jangan terobsesi dengan ceritaku ini.<br />
<br />
ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 19 tahun, papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 10 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan keluarga mamaku.<br />
Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung.<br />
<br />
Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.<br />
Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.<br />
<br />
Karena ke-3 orang adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.<br />
<br />
Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak.<br />
<br />
Maka masa-masa perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan rutin calon suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani papa atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.<br />
<br />
Yang disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu.<br />
<br />
Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu “mahir” dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang “belum” aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.<br />
<br />
Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.<br />
<br />
Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang.<br />
<br />
Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.<br />
<br />
Cerita Dewasa : Dengan perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu.<br />
<br />
Perlahan-lahan kutuntun kepala kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.<br />
<br />
Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka.<br />
<br />
Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.<br />
<br />
Sementara kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua.<br />
<br />
Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.<br />
<br />
Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.<br />
<br />
Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali.<br />
<br />
Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex itu?<br />
<br />
Setelah 2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.<br />
<br />
Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan suamiku, begitu katanya.<br />
<br />
Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.<br />
<br />
Terkadang sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman kerjaku, sehingga setiap malam hanya onani saja yang dapat kulakukan. Tidak ada keberanian untuk menceritakan hal ini kepada orang lain apalagi pada teman-teman kerjaku, bisa-bisa aku diberi julukkan yang tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku ini kuelus-elus bibir vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan seorang laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.<br />
<br />
Para netters sekalian, aku memberanikan diri menceritakan Cerita Dewasa seperti di atas kepada Anda semua mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat tak tertahankan lagi saat ini. Dan mungkin ada di antara anda yang dapat membantu dan mungkin akan menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di atas.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="90" data-original-width="728" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIs8CJNOjxhjY6CFyrOgNmH3T449pBDdPzYAtNYyDZa67jUWo8PmX2D6eg84aYA28d-XSMIB1wrOF0eKuFq1_QelBGHtQluBnpU1D5f4StZcdb0z6YQSDKHqnBrvb59Cnb7MS5Y9dD-o/s640/rajaremi-728x90.gif" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://link-alternatif-rajaremiqq.blogspot.com/"><img alt=" daftar" border="0" data-original-height="120" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDcQiIc0R6dcHpuamiN2VW-COU200eK0FFF0cE3We60Q9gPgm5MC6fqS9hh91tYSadJIvaFPig60FaiwYR_F71-A2YpRjQwjVPPHmkBYHcX9CW2rWz9DJXKhNsVSElVKPkDINt7YmaWQ/s1600/daftar.gif" /></a></div>
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-40163088266721805082019-03-27T20:53:00.003-07:002019-03-27T20:53:45.586-07:00ku perkosa istri teman ku yang lagi tidur <span style="font-size: x-large;"> ku perkosa istri teman ku yang lagi tidur </span><br />
<br />
<a href="http://rajaremi88.net/"><img alt="Image result for cewek bugil 2019" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQuWESuSdHX-EXU0Z57TAbuBD2DRucqKx9tfMmQx0CsidWDq_Ek5Q" width="258" /></a><br />
<br />
Cerita sek – Sebut saja namanya “Sidar” (nama samaran), Dia adalah seorang wanita bersuku campuran, Bapaknya berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Makassar. Bapaknya adalah seorang polisi berpangkat Serma, sedang ibunya adalah pengusaha kayu.<br />
<br />
Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kos-ku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku.<br />
“Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau 2 hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.<br />
“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalo kamu tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.<br />
“Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun. Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai 2. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.<br />
“Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.<br />
“Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lumayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.<br />
“Dar, Dar, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.<br />
“Sidar”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.<br />
“Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.<br />
Nampaknya Sidar ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang. Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Sidar lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam. Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Sidar di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Sidar di atas meja yang ada di depan kami.<br />
“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Sidar menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu. Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Sidar ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana<br />
“Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.<br />
“Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.<br />
Sidar hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.<br />
“Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara.<br />
Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar. Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?” kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.<br />
“Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.<br />
“Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku.<br />
Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.<br />
Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.<br />
“Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini.<br />
Kami kan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian. Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku. Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.<br />
“Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja dan..” Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata..<br />
“Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan bermaksud baik padamu Nis” katanya.<br />
“Tetapi,” Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Sidar juga ikut bicara..<br />
“Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani.<br />
Apalagi Kak Anis ini memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi. Bahkan kami sangat senan jika Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini” ucapan Sidar memberi dorongan kuat padaku.<br />
“Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk membantu kalian” kataku dengan pasrah.<br />
Tiba-tiba Nasir dan Sidar bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.<br />
“Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan apapun di rumah ini.<br />
Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami di rumah ini. Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah” katanya dengan sangat bergembira dan senang mendengar persetujuanku.<br />
Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku diurus oleh Sidar, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan. Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri dan anak-anakku di Bone lewat mobil.<br />
Kami bertiga sudah cukup akrab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau, bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan karyawannya. Kebebasan pergaulanku dengan Sidar memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari langgarannya.<br />
Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Sidar nampak gembira sekali seolah tidak ada kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.<br />
Malam itu kami (aku dan Sidar) menonton bersama di ruang tamu hingga larut malam, karena kami sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing. Sikap dan tingkah laku Sidar sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu, Sidar membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama sambil nonton. Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada ganjalan aneh di benakku.<br />
“Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?” tanya Sidar tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.<br />
“Tidak kok Dar. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku” kataku sedikit menyanjungnya. Sidar lalu mencubitku dan..<br />
“Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan” katanya.<br />
“Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?”<br />
“Terserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik” katanya santai.<br />
“Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja” kataku lagi.<br />
Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Sidar tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.<br />
“Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?” tanya Sidar dengan sedikit rendah suaranya seolah tak mau didengar orang lain.<br />
“Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya” jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit aneh itu.<br />
“Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi.<br />
“Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan” jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.<br />
“Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka” tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau Sidar akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami istri untuk membangkitkan gairahnya.<br />
Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.<br />
“Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.<br />
“Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini. Ayo kita masuk tidur” katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.<br />
Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu menghantukiku. Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.<br />
Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang tamu, tapi penampilan Sidar kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu. Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku.<br />
Belum aku sempat menemukan alasan tepat, maka<br />
“Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Sidar tiba-tiba mengagetkanku.<br />
“O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak memutar film porn.<br />
“Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Sidar sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di layar TV tersebut.<br />
Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungat. Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.<br />
Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku. Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya, bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.<br />
“Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?” pancing Sidar, tapi aku tak menjawabnya, malah aku melenguh panjang.<br />
“Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?” giliran aku bertanya, tapi Sidar hanya menatapku tajam lalu mengangguk.<br />
“Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Sidar keluar dari mulutnya.<br />
“Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?” tanya Sidar ketika salah seorang wanitanya sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan kuat.<br />
“Tidak, belum pernah” jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang.<br />
“Maukah kamu mencobanya nanti?” tanya Sidar dengan suara rendah.<br />
“Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara” kataku.<br />
“Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya” kata Sidar.<br />
“Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha” kataku.<br />
“Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?” Tanya Sidar sambil sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.<br />
“Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?” tanyaku memancing.<br />
“Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau khan?” Tanya Sidar lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.<br />
Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu. Aku tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya, karena telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.<br />
“Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira.<br />
“Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Sidar melompat lalu mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku bertubi-tubi.<br />
Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Sidar sudah ingin segera membuktikan dengan melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.<br />
Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Sidar memintaku untuk segera melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja kuminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.<br />
“Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya” rayu Sidar sambil melepas rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.<br />
“Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,” pintanya.<br />
Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Sidar menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.<br />
Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya, aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia memang sengaja siap-siap akan bersetubuh denganku malam itu. Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.<br />
Tampak menonjol sebuah benda mungil seperti biji kacang di tengah-tengahnya. Rasanya cukup menantang dan mempertinggi birahiku, tapi aku tetap berusaha mengendalikannya agar aku bisa lebih lama bermain-main dengannya. Ia sekarang sudah bugil 100%, sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang langsing, putih mulus dan indah sekali dipandang.<br />
“Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Sidar tak pernah berhenti untuk segera menikmati puncaknya.“Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih lama biar kita lebih banyak menikmatinya”kataku<br />
Secara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.<br />
“Nikmat khan kalau begini?” tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Sidar setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku.<br />
Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.<br />
“Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.<br />
“Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya” katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.<br />
“Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepaskan seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil.<br />
Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami.<br />
“Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Sidar tergesa-gesa sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.<br />
Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Sidar sudah bukan perawan lagi.<br />
“Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Sidar ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.<br />
Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah mulai masuk setengahnya. Sidarpun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli, malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya. Setelah seluruh batang penisku terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Sidar yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.<br />
Sidar kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.<br />
“Tahan sebentar” kataku sambil mengangkat kepala Sidar tanpa mencabut penisku dari lubang vagina Sidar sehingga kami dalam posisi duduk.<br />
Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang sambil menarik kepada Sidar mengikutiku, sehingga Sidar berada di atasku. Kusarankan agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat. Ia pun cukup mengerti keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu ia melakukannya dengan posisi seperti itu. Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.<br />
“Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?” kataku sambil mengangkat tubuh Sidar dan melapas rangkulannya.<br />
“Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.<br />
“Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamanku”<br />
“Yah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja” katanya singkat.<br />
Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang indah seiring dengan gerakanku. Sidar pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Sidar tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.<br />
Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Sidar berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Sidar gemetar.<br />
Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Sidar, tapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tapi Sidar malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Sidar. Sidar nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.<br />
Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai. Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.<br />
“Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam” kata Sidar ketika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.<br />
“Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku” tanyaku.<br />
“Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja.<br />
Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan padaku seperti yang kami berikan. Andai saja kamu suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam” paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.<br />
“Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak.<br />
Kitapun berjodoh bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus menikmatinya” kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.<br />
“Maukah kamu terus menerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di rumah” tanyanya menuntut janjiku.<br />
“Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum kutunjukkan” kataku berjanji akan mengulanginya<br />
“Gimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir.<br />
“Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan istriku.<br />
Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab ia sudah terbiasa di kampung bersama keluarganya tapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu” kataku.<br />
“Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, karena memang telah kurencanakan” kara Sidar terus terang.<br />
Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama. Sejak saat itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Sidar tak ada di rumah, baik siang hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Sidar masih tertidur di kamarnya, sebab Sidar sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang “haus”.<br />
Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-58877939500237572352019-03-27T20:44:00.001-07:002019-03-27T20:44:43.160-07:00tembem nya memek tanteku <span style="font-size: x-large;">tembem nya memek tanteku </span><br />
<br />
<a href="http://rajaremi88.net/"><img alt="Image result for cewek bugil 2019" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQMkYUap___xv0tmPXeKAmc32PWC-F3tzr2c40vbjMYCLFmVb-P" width="265" /></a><br />
<br />
Cerita sek – Pagi itu seperti biasa aku bangun pagi-pagi dan langsung berdiri didepan jendela sambil menatap rumah disebelah bawah. Dan tak berapa lama orang yang ditunggu keluar, orang itu memakai baju yang bagian pundak dan ketiaknya terbuka. Lalu dia mulai menyapu halaman rumahnya sambil membungkuk, sehingga sebagian payudaranya yang besar terlihat dari kaca aku berada. Melihat payudara yang selalu ditopang oleh BH hitam 36 B itu merupakan rutinitasku tiap pagi.<br />
<br />
Tetanggaku itu biasa kupanggil tante Nita. Dia sudah menjanda sekitar 2,5 tahun dan memiliki dua anak. Joko, 6 tahun ikut bapaknya dan Dini, 3 tahun ikut tante nita. Tante Nita berprofesi sebagai guru TK dan dia sangat menjaga penampilan tubuhnya. Sehingga diusia 43 tahun dia terlihat 10 tahun lebih muda. Kalo artis dia seperti Betharia Sonataha yangdi usia kepala 4 tetap terlihat segar dan menggairahkan dan Chintami Atmanegara dengan payudara yang kencang dan merangsang. Dan namaku Sonny waktu itu berusia 22 tahun.<br />
<br />
Hari itu hari Minggu jam 10:15. Karna bosan aku pergi kesebelah untuk main. Tante Nita berteman dengan ibuku sejak SMP sehingga hubungan kekeluargaan kami sangat kuat. Kupanggil nama Tante Nita dan Dini, tapi tidak ada yang jawab akhirnya aku cuek dan langsung masuk ke dalam. Aku biasa nemanin Dini main sambil sekalian ngintipin payudaranya tante Nita. Sampai ruang tengah kulihat TV masih menyala dengan Volume kecil dan tante Nita tidur dikasur depan TV itu. Waktu itu tante Nita memakai baju seperti kaos singlet laki-laki, warnanya coklat muda. Yang membuat aku menahan napas karna salah satu payudara tante Nita agak kelihatan karna kaosnya tersingkap keatas sebagian, sementara tangannya menjadi bantalan kepala. Setan masuk kepalaku, pelan-pelan aku maju untuk mematikan TV, setelah itu aku jongkk dengan posisi diatasnya. Kugulung sedikit lagi kaosnya, sehingga kini kedua payudaranya terlihat.<br />
<br />
Belum pernah aku melihat payudara tante Nita sejelas dan sedekat itu. kuusap kedua payudaranya perlahan sementara mulutku menelusuri tiap jenjang lehernya. Kuteluspkan tanganku kedalam BHnya untuk meraih pentil payudara tante Nita. Saat tersentuh matanya tiba-tiba terbuka. Spontan tanganku menahan kedua tangannya, mulutku menyerbu mulutnya dan kakiku mengunci kakinya.<br />
<br />
” Lepasin Son.. apa apaan ini..?? ” katanya berusaha berontak.<br />
” Tante, Sonny akan muasin tante.. gak usah nglelawan ” satu tanganku turun dan memilin-milin salah satu puting susunya yang mulai mengeras.<br />
” Aaakh.. tapi bukan kaya gini caranya son ” jawabnya dengan suara yang bergetar.<br />
” Pokoknya tante rasakan dulu.. abis itu terserah tante aja” bisikku sambil menjilat lubang kupingnya.<br />
” Ya udah terserah kamu aja ” katanya sambil membuang muka kesamping.<br />
<br />
Kubuka kaos tante Nita dan kubaringkan lagi badannya setalh itu kusingkap BH hitamnya dan langsung kusedot kedua puting susu tante Nita yang kencang kemerah-merahan, sementara tanganku membuka celana dan CDnya. Kulihat vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang lebat, kucium vaginanya dan tanganku meremas remas pantatnya. Pelan-pelan lidahku yang basah menelusup himpitan daging yang lembut dan meneyntuh kloritas didalamnya.<br />
<br />
” aakh..mmh..aakkrrh ” tante Nita merintih menahan rasa nikmat yang sudah lama tidak dia rasakan. Tante Nita menggeliat liar, langsung kupegang pahanya. Kutarik lidahku dan kembali kucium sekitar vaginanya sampai tenang lagi. Kembali kumasukkan lidahku sampai menyentuh kloritasnya, tante Nita menggeliat tapi tidak seliar tadi. Kelihatannya tante nita sangat menikmati tarian lidahku dalam vaginanya, terlihat dari tangannya yang meremas remas puting susunya sendiri. rangsangan semakin kutingkatkan keseluruh bagian dalam vaginanya.<br />
<br />
” oouuh.. yahh.. terus son” desah tante Nita yang sudah terangsang. Napasnya memburu tak karuan. Kadang-kadang kuhisap dengan tiba-tiba sehingga tante Nita menggeliat dengan cepat, tubuhnya naik turun bahkan berputar-putar mengikuti jilatanku. Beberapa menit kemudian tubuh tante Nita menegang danmenjepit kepalaku dengan sepasang paha mulusnya. Kedua tangannya mendorong kepalaku agar labih masuk kedalam vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat.<br />
<br />
” aakhh..oouhh..sshh ” rintihnya tak tertahan. dengan perlahan tante Nita mengendurkan jepitannya, aku berdiri untuk membersihkan wajahku kulihat tante Nita masih menikmati sisa orgasmenya. Pasti sudah lama vaginanya tidak dijilat seperti tadi pikirku tersenyum.<br />
<br />
Saat aku kembali tante Nita berjalan terhuyung-huyung kekamarnya. Didepan pintu kusergap dia dan tanganku langsung meremas-remas susunya. Ia mendesah halus kemudian berbalikdan langsung menyerbu bibirku. Mulut kami berpagutan dan lidah kami berperang didalam sana. Sementara tangan tante Nita sibuk mempereteli baju dan celanaku sampai tak ada lagi benang ditubuh kami berdua. Setengah takjub tante Nita melihat penisku yang sudah membesar sempurna, dia meremas-remas penisku cukup lama sambil menjilatinya sampai akhirnya dia menelan habis semua batang penisku itu.<br />
<br />
” Ooo.. aarghh.. yaah ” desahku saat tante Nia maju mundur mengulum penisku sementara lidahnya menari-nari disekitar penisku yang terkulum. Setelah beberapa menit kucabut penisku dan kutarik kepalanya dia terlihat kecewa.<br />
” tante aku udah gak tahan ” bisikku sambil mengelus pantatnnya.<br />
” ya udah .. tapi pelan-pelan aja ya ” sambil membuka agak lebar kedua pahanya.<br />
<br />
Secara perlahan aku masukkan penisku kevagina tante Nita dengan dibantu kedua tangannya. Kurasakan sensasi yang luar biasa saat penisku mulai tenggelam didalam vagina tante Nita, otot-otot vaginanya terasa menekan-nekan penisku. Tante Nita cuma bisa mendesah menikmatinya. Kemudian dengan mengkakngkang lebar tante Nita biarkan aku leluasa menggenjot vaginanya. Keringatku bercucuran menyatu dengan keringatnya, mata tante Nita terpejam dan mulutnya mendesah tak karuan. Kenikmatan mulai menjalari tubuh kekarku, kukencangkan otot perutku penisku semakin keras memanjang.<br />
<br />
” Aaah.. oough ” ia mengerang keras. bobot tubuhnya tak sanggup ditopang lututnya yang goyah oleh rasa nikmat yang tak terkira, aku terus menggerakkan pantatku maju mundur sambil mendengar suara keciprak lendir yang membanjiri vaginanya. Akhirnya dengan mengerahkan sisa tenagaku kusentakkan pantatku kedepan untuk membenamkan penisku sedalam-dalamnya dilobang vaginanya. Tante Nita kembali menjerit halus dan tubuh kami menyatu. Tangannya ketat memelukku kepalanya tersekat dibahuku sehingga jeritannya tersekat disana. Kurasakan gelombang nikmat orgasme merayapi tubuhku, kuremas kuat pantatnya tubuh kami diam membatu mereguk sisa kenikmatan.<br />
<br />
setelah puas tante Nita menarikku berbaring menindihku. Kunikmati setiap sentuhannya pada badanku. Sekitar 15 menit kubaringkan dia kubuka pahanya lebar-lebar kumasukkan lagi penisku dengan cepat kelubang vaginanya dan tante Nita mendesah kecil. Dengan segera desahan itu menjadi erangan dan jeritan ketika aku mempercepat gerakan pantatku. Tangannya bergerak taktentu demikian pula kakinya yang mengkang lebar itu.<br />
<br />
” aargghh.. oouuhh” jerit tante Nita. Tapi aku tak memperdulikan jeritannya itu, pantatku terus beraksi, penisku menerobos masuk ruang vaginanya. Kurasakan lahar panas dipenisku akan meledak. Maka kurankul pundaknya dan mulutku kubenamkan dileher tante Nita, dengan satu hentakan pantat yang keras kubenamkan penisku sedalam-dalamnya dilubang vaginanya. Pantatnya bergera hebat menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Pahanya membelit erat pinggangku dan mulutnya menjerit tak karuan kemudian gelombang orgasme melanda seluruh tubuhku. ” Crot..crot..crot” spermaku mengalir deras diliang vaginanya diiringi jeritan keras tante Nita.<br />
” Tante sudah puas kan?” bisikku. Dia mengangguk dan akhirnya kami berdua tertidur tanpa sempat merubah posisi.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-49717595642100098232019-03-13T01:42:00.000-07:002019-03-13T01:42:25.246-07:00Dengan Janda Tetanggaku yang sange <span style="font-size: x-large;">Dengan Janda Tetanggaku yang sange </span><br />
<br />
<img alt="Image result for gambar cewek cantik telanjang" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTJnh7SDlnS_f9sqqIY1sfb5v_D3Qtxb75MByYO4zx-9nod--90" width="298" /><br />
<br />Cerita sek – Namaku rudi, usiaku 26 tahun, aku telah berumah tangga, tepat di deket rumahku tinggal seorang wanita cantik berusia sekitar 35 tahunan, tanpa suami tinggal sendiri, namanya irma dia karyawan sebuah bank swasta di kotaku menurut tetangga dia istri simpanan dari seorang pejabat.<br />
<br />
Ini bermula ketika suatu pagi aku sekitar pukul 5 aku sedang lari pagi, lewat depan rumah mbaku irma, komplek rumahku memang masi sepi kalau jam segitu, tanpa sengaja aku melihat mbak irma hanya menggunakan pakaian dalam membuka gorden yang menutupi jendelanya, dengan tersipu malu mbak irma langsung lari masuk ke ruangan ternyata dia juga tahu kalau aku melihatnya. sejak saat itu aku selalu memikirkan mbak irma meski aku sudah punya istri, istriku lah yang menjadi pelampiasan ku setiap sehabis melihat mbak irma pulang kerja.<br />
<br />
Suatu hari istriku pergi ke rumah ibu nya di luar kota, aku tidak bisa menemani karna memang banyak pekerjaan di kantor. aku berpikir inilah kesempatanku mendekati mbak irma, karena istriku akan di rumah ibunya selama seminggu, tapi apa cukup waktu segitu, cara demi cara aku pikirkan namun semuanya bakal buntu.<br />
<br />
Ke esokan harinya aku menyempatkan lari pagi, aku lihat rumah mbak irma masih nyala lampunya, ah sepertinya dia masi tidur aku berputar memutari komplek,, tak lama kemudian aku melihat dia baru saja datang dengan mengendarai sepeda, membuka pagar rumahnya, suasana memang sepi sekali,aku pun berusaha mendekat<br />
“hi mbak, darimana nih??” sapaku<br />
“dari rumah temen mas” wajahnya yang menantang menjawabku<br />
“nginep ya mbak?”<br />
“iya mas” sambil gugup dia menjawabku sepertinya dia masi malu waktu itu pernah ku lihat hanya berpakaian dalam.<br />
“ya sudah mbak capek kayaknya tuh mata masih merah, aku pulang dulu mbak, bersih2 rumah ga ada istri soalnya”<br />
“hehe iya, emangnya kemana mbak dia nanya??”<br />
“lagi ke rumah ibunya mbak, kangen katanya”<br />
“ow berapa hari mas?? kalo butuh bantuan bilang aj mas, sapa tau bisa bantu”<br />
“wah kebetulan tuh mbak” pikirku melayang untuk meminta puaskan nafsuku<br />
“kebetulan apa mas??”<br />
“ehhh ga kok mbak bercanda, ya sudah aku pulang dulu ya?? o ya tar kerja kah? kalo capek tar aku anter ga papa kok”<br />
“ga mas aku libur, lagi ga enak badan nih”<br />
aku pun pergi menuju rumah, hubungan ini ga aku sia sia kan, sampai di rumah aku sms mbak irma, ternyata nyambung juga hingga akhirnya sms an sampe malem, kata2 ku sudah mulai menjurus pada sex, tenryata mbak irma sedikit ngebales meskipun akhirnya dia takut akan hubungan ku dengan istriku. namun aku jawab mumpung ga ada dia<br />
esok pagi mbaku irma telpn aku ” mas tolong belikan obat donk, bisa kan?? pusing nih mau minta tolong sapa lagi aku ga taw”<br />
“ok sayang” jawbku<br />
“idih sayang di bom istrimu baru tau rasa lo”<br />
hari sabtu adalah hari libur aku pergi membeli obat. setelah dapat aku masuk ke rumah mbak irma.<br />
“mbak ini obatnya”<br />
“iya mas bentar”<br />
<br />
BACA JUGA:<br />
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2F9lF4Q">Ngentot Anak Majikan Sensasi yang Berbeda</a></h1>
<br />
jrennnnggggg mbak irma memakai lingerie tapi agak tebal dikit lah berwarna biru muda, serentak senjataku bergejolak melihat tubuhnya yang putih serasa sengaja disuguhkan pada ku.<br />
<br />
“masuk mas, silahkan duduk dulu” celana dalam nya telihat samar2 di balik gaun tipis itu<br />
mataku bener2 dimanjakan olehnya<br />
“silahkan diminum mas” sambil menyuguhkan teh dia merunduk dan belahan dadanya terlihat jelas. BH yang berwarna hitam telihat membungkus barang indah itu.<br />
“makasi mbak” mataku kembali terbelalak ketika melihat paha mulus saat mbak irma duduk di depanku, mulailah pikiranku melayang<br />
“mas rud mas rud malah nglamun” suaranya membangunkanku dari lamunan ku<br />
“heh maaf mbak lagi berfantasi”<br />
“hayo fantasi apa? cerita di bbm itu ya ?? mas rudi ini bisa aja” sambil tertawa mbak irma menyingkap rambutnya.<br />
<br />
“hhehe iya mbak diitnggal istri seminggu sih gini deh jadinya, apalagi mbak pakaiannya gitu, tambah deh”<br />
“hahhaha cuma kelihat paha aja udah melayang nih mas rudi”<br />
“banget mbak, hahaha”<br />
“mas maaf ya, aku sbenarnya sih g sakit, cuma akal akalan ku aja biar mas ke rumah, maaf ya ??<br />
<br />
“wah parah, kirain sakit beneran, kawatir nih, yang lebih parah lagi adek ni berdiri trus ngeliat paha ma dada, tanggung jawab donk?”<br />
<br />
“ye mulai deh minta ma bini sono” nadanya marah pada ku<br />
<br />
“becanda, gitu aja amarah”<br />
<br />
“iya ga papa, mas masukin tuh motor, temenin aku donk bentar aja mumpung ga ada bini mas katanya, haha”<br />
<br />
aku pun memasukkan motor ke garasi mbak irma, lalu aku masuk kembali, aku di ajak ke sebuah ruangan yang bagus sekali.<br />
<br />
“mas ini aku namain ruangan surga, karna ini khusus kalo suami ku pulang, dia minta berhubungan disini, kedap suara soalnya ruangan ini mas, jadi meski teriak2 ga bakalan ada yang denger”<br />
<br />
“wow keren juga ya mbak, boleh dicoba tuh mbak,” sambil duduk di kursi saya memandang ruangan itu<br />
<br />
“itu disana ada kamar mandi, disini lah mas kalo aku lagi pengen puasin diri sendiri” mataku terbelalak ketika mbak irma duduk dengan kaki terbuka, celana dalamnya tipis, shingga terlihat dengan jelas jembut dan kemaluannya<br />
<br />
“eh iya mbak” sambil menahan aku menjawab<br />
<br />
“liat ini mas? jangan diliat aja dong mas, dari kemaren aku tau kok mas … kalo kamu pengen aku, itu yang lagi berdiri masukin donk kesini” sambil menunjuk ms v nya mbak irma menantangku<br />
<br />
“hmmm siap ” saya pun langsung telanjang bulat<br />
<br />
“wow gede, enaku tuh, dah lama nih”<br />
aku langsung menunduk karna mbak irma duduk sambil membuka kakinya di kursi, langsung kujilat kemaluannya<br />
“ooughhhh….ssssssssshhhhh mas inget istri…. ahhh enakkkk”<br />
celana dalam nya aku copot, lidahku tetap bergerilya di kemaluan mbak irma, sesekali dia mencengkeram rambutku sesekali dia menjarit<br />
“ooughhhhhhhhhhhhh fuck”<br />
<br />
menit2 demi menit berlalu, jari pun telah aku masukkan, jari yang semula kering kini di lumuri cairan putih dan bening,<br />
“mas aku keluar kerasin……..oughhhhhhhhhh” irma mencapai orgasme nya<br />
aku naik untuk mencumbu bibirnya, sambil kucopot BH yang menempel di dada nya, namun lingerie yang indah itu aku biarkan menghiasi tubuhnya, kecupan demi kecupan saling kita berikan, tangan ku bergerilya di gunung surganya, ku hisap pentilnya sesekali kugigit secara perlahan<br />
“ough mas kamu ahli…ahhhhh sayang”<br />
“oouugh mas udah dulu” sambil mengangkat kepalaku irma berdiri dan merunduk di depanku<br />
“kumakan ya mas kontolmu ini” sambil mengocok dia mendekatkan mulutnya ke kontolku<br />
aku pun cuma bisa menganggukkan kepala<br />
“ouughhh sayang” desahku ketika kontolku di lumat habis<br />
menit demi menit aku di kulum nya, aku merasakuan sedikit lagi aku orgasme, aku mengangkat kepala irma, kemudian dia lepaskan kulumannya“ada apa mas?”<br />
“ga papa aku mau orgasme berhenti bntar, pengen orgasme saat di dalam ini” sambil ku tunjuk vaginanya<br />
“itu tar aja, ga adil tadi aku keluar di mulut kamu, sekarang harus di mulut juga” langsung mengulum kembali penisku, di kocok sekeras munngkin.<br />
“ouughhhhhh,,,, aku kluar… crotzzz” beberapa menit kemudian aku orgasme dalam mulut irma, dia lari ke kamar mandi sambil memuntahkan sperma ku, meski dia menlean dikit tapi masih banyak spermaku yang di mulutnya<br />
“widih masih siap tempur” sapanya dari kamar mandi, sambil meminum pil KB, kemudian irma berjalan ke tepi kasur, dan membuka kakinya<br />
“hehe iya donk barang bagus nih” sambil kudekati irma aku peluk sambil cium<br />
“buruan sayang ga tahan nih lubang dari tadi nganggur” tanpa pikir panjang langsung aku masukin<br />
“ooouughhhh” desahan bersama sambil bercumbu kembali, aku gerakukan maju mundur penis in terasa menghujam lubang sempit yang membuat saraf2 di otaku bekerja dengan senang<br />
“mas… oouughhhh ” desah irma<br />
“mass…. kerasin donk…. ahhhhhh… shhhhhhh” desah irma sambil menggoyang badannya<br />
aku kerasin doronganku dengan sekali2 aku dorong penuh sehingga rasanya penis ini menyentuh pangkal di dalam<br />
oouughhh masssss lov u….. ahhhhhhhhhh<br />
setelah beberapa menit irma menariku untuk di bawah tancapkan lah penisku kedalam vaginanya “ouughhhhhhh”<br />
selang beberapa menit irma orgasme, gesekan yang dilakukan sangat keras gerakan naik turunnya bener2 ajib, sampai terdengan suara “plok..plok”<br />
<br />
“aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh maaaaaaaaaaaaassssssssss aku kluar…. cairan sperma ku banyak terasa mengalir di penisku<br />
kemudian aku tarik irma untuk berciuman<br />
setelah itu irma aku ajak dogy style, nafsu yang menyelimuti kita menjadikan gaya ini sedikit brutal berulangkali irma berteriak dan bunyi yang di sebabkan tumbukan antara paha ku dan pantatnya sangat keras……..<br />
beberapa menit aku angkat tubuh irma menuju tembok, aku hujam di atas pangkuanku<br />
“ouughhhhh luar biasa mas” desahnya sambil tersenyum<br />
selang beberapa menit aku merasakan hampir orgasme<br />
<br />
“sayang aku beri kamu anak ya?” kataku sambil menggendongnya untuk kembali berbaring<br />
“kalo bisa coba aja” candanya sambil memegang penisku untuk di arahkan ke lubangnya kembali<br />
aku pun kembali menghujam vaginanya dengan penis ku, keras dan cepat tapi kadang aku menurunkan ritme dengan pelan2 tapi menusuk<br />
“oughhhh masssssssss”<br />
aku tersenyum sambil meronta keenakan<br />
“mas aku mau keluar lagi……shhhhhhhhhh….. kerasin……..”<br />
“aku juga sayang….oughhhhhhhhhhhh” tambah cepet aku genjot irma<br />
beberapa menit kemudian<br />
“oooouwwwwwwwwwwwwwwwwwhhhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh 3 kaaaaaaliiiiiiiiiiiiiii…. kumu hebat sayang” desah irma sambil mengejangkan tubuhnya memelukku<br />
“ougggggggghhhhhhhh ini bentar lagi”<br />
plok2 plok2…… suara penisku menghujam memeknya yang basah sekali<br />
“crotzzzzzzzz…..zrotssssss” spermaku keluar di dalam vagina irma, akhirnya aku bisa menikmati irma dengan penuh…. kupeluk irma dan ku ciumi dan kujilati dad nya<br />
“mas jangan pulang dulu, aku masih butuh kamu nanti” ucapnya pada ku<br />
aku pun tersenyum, lalu ku kecup keningnya<br />
hari itu aku benar2 ga pulang ke rumah sampai keesokan harinya<br />
Hanya waktu istriku telpon … aku bilang lagi di rumah capek mau kemana2, begitu pula irma, padahal setelah telpon itu selesai permainan liar kami berlanjut.<br />
<br />
ketika istriku di rumah, aku dan irma masih sering ketemu dan melakukan hubungan ini di hotel, suatu saat irma memintaku memberinya anak, meski aku tidak usah bertanggung jawab akan hal itu karena dia bilang kalo itu anak dr suaminya yang datang sehari sebelum itu… kini irma sudah pindah dari komplek rumahku bersama anak hasil hubungan kami, namun komunikasi kami masih terjaga, sesekali kami bertemu di suatu kota untuk semata2 melakukan hubungan sex tidak lebih, dia tau aku sangat mencintai istriku.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-4493290955048717912019-03-10T00:57:00.000-08:002019-03-10T00:57:06.968-08:00Skandal Seks Dalam Hotel<span style="font-size: x-large;">Skandal Seks Dalam Hotel</span><br />
<br />
<img alt="Image result for gambar bidan bugil" height="320" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRwPzbf5HA2OuOD-QepGRUFwQGC9YjYzKn8KJKD3Rt8IvrbmuM0" width="254" /><br />
<br />
Cerita sek – Nama saya denny, sekarang saya bekerja sebagai system engineer suatu perusahaan telekomunikasi di Indonesia, Ceritanya begini. Pada suatu pagi saya ditelepon oleh seorang kawan lama saya yang bernama Herry, yang baru datang dari Bandung untuk suatu keperluan.<br />
<br />
Kebetulan sekali saat itu saya tidak ada kuliah, sehingga dapat bebas pergi ke mana pun. Sesampainya di sana ternyata teman saya telah lama menunggu di kamarnya, dan saya pun masuk, tetapi tidak lama kemudian, Herry pamit kalau dia ada janji mau pergi ke kantor temannya di Jl. Rasuna Said dan saya pun menunggu di kamarnya sampai Herry pulang.<br />
<br />
Ternyata menunggu merupakan suatu yang sangat menjengkelkan, tak terasa telah satu jam kupindah-pindahkan channel televisi dari CNN sampai STAR TV, tapi semua terasa membosankan, sehingga pada suatu ketika bel di kamar berbunyi, ting tong.. ting tong, malas kubuka pintu. Terlihat sesosok tubuh wanita dengan tinggi kurang lebih 167 cm dengan rok span dan pakaian kerja, seksi dengan dada kupikir sekitar 36B.<br />
<br />
“Permisi, mau bertemu Bapak Herry ada?” tanyanya.<br />
“Mm.. oh Bapak Herry sedang pergi ke Jl. Rasuna Said, ada janji?” tanyaku.<br />
“Ya.. boleh saya menunggu?” tanyanya.<br />
“Silakan”, jawabku sambil mengajak dia masuk.<br />
Wanita itu pun masuk dan duduk di sofa. Jam saat itu menunjukkan pukul 10 pagi.<br />
“Mbak ini siapa ya?” tanyaku memberanikan diri.<br />
“Saya Selly, utusan dari cabang Bandung yang menjemput Pak Herry ke mari”, jawabnya.<br />
“Ooo.. perkenalkan saya Denny, teman Herry.”<br />
<br />
BACA JUGA: SEX DEWASA MEMEK TEMAN TANTE KU LUBANGI<br />
<br />
Selly memang sosok wanita ideal. Selain anggun, dia juga cantik, kalau dilihat mirip Drew Barrymore. Jam menunjukkan pukul 11.00, dan Herry belum pulang juga. Aku sudah gelisah juga, soalnya di kamar hotel begini bersama seorang wanita cantik. Perlahan-lahan kuberanikan untuk duduk di sebelah Selly.<br />
<br />
“Mmm.. gimana ya Mbak.. kok belum datang juga Herry”, kataku membuka kebisuan.<br />
“Ah.. nggak apa kok, kan ada Mas Denny”, jawabnya sambil memegang tanganku.<br />
Wah lampu hijau nih pikirku. Gila juga nih orang, aku sempat grogi dipegang kayak gitu.<br />
“Mau ke kamar kecil bentar ya Denn.. di mana sih tempatnya?” tanyanya manja.<br />
“Di situ tuh”, kataku cuek.<br />
“Nitip tasnya ya!” katanya lagi, dan Selly pun masuk ke kamar kecil.<br />
“Awww.. awww.. tolong Den.. ada kecoa..” jeritnya dari dalam kamar mandi.<br />
Kupikir mana mungkin sih di hotel bintang lima macam begini ada kecoa. Tapi aku bangkit juga menuju kamar mandi. Baru sampai di depan pintu kamar mandi Selly sudah menarik tanganku.<br />
“Masuk.. sini..” katanya sambil menutup pintu. Kulihat Selly sudah melepaskan rok spannya, hanya tinggal CD sama baju saja. Dan dia pun langsung mencium mulutku. Aku yang belum siap mental malah menghindari ciumannya. “Mana kecoanya?” tanyaku pura-pura bodoh. Habis baru sekali ini sih aku dibegitukan oleh wanita.<br />
“Ini nih masuk ke dalam celana”, jawabnya cuek.<br />
<br />
Dia terus berusaha menciumi mulutku, lama kelamaan aku terangsang juga. Gantian kuciumi juga mulutnya. Sekitar tiga menit acara pagut-memagut itu pun berlangsung. Kupraktekan cara mencium yang sering kulihat di film porno. Kemudian tanganku pun segera merambah bukit kembarnya dari celah-celah bajunya. Gila benar ini anak, ternyata dia tidak memakai BH. Langsung kumainkan bukit kembarnya dan kupelintir sedikit-sedikit putingnya. Terasa putingnya mengeras, kata orang sih tanda-tandanya sudah terangsang. “Awww.. pelan-pelan dong Den”, protesnya saat kupelintir putingnya. Terus kuciumi lehernya yang jenjang, Selly pun cuma mendesah, “Aah.. hmm.. ahh.. Deenn..” langsung kubuka bajunya dan semakin terpampang jelas gundukan di dadanya yang menggairahkan. Kuciumi kedua bukit kembarnya dan kujilat-jilat putingnya, lagi-lagi dia bergumam, “Terus Den.. ahh.. ouchh..” aku melanjutkan menciumi pusarnya, terus ke bawah pusarnya. Terpampang dengan jelas rambut tipis berbentuk segitiga di pangkal pahanya. Kujilati sepuas-puasnya.<br />
<br />
Setelah itu dia kubimbing duduk di samping bathtub dan duduk di situ. Terus dia kusuruh membuka pahanya. Ooh, seperti ini toh liang kemaluan wanita. Soalnya seumur-umur baru kali ini aku melihat langsung yang asli. Langsung saja kulihat dari dekat. “Kok diliatin doang Denn.. dijilatin donk”, kata Selly. Aku diam saja, terus kusibakan bibir kemaluannya dan terlihat di situ daging yang menonjol. Barangkali ini yang disebut klitoris pikirku. Terus dengan iseng kupelintir daging itu pelan-pelan. “Ahh.. ouhh.. Denn.. ahh.. terus Den.. mainin klitorisku ahh”, wah benar juga pikirku. Terus perlahan kupegangi dalamnya, kok agak lembab dan basah. Wah rupanya Selly terangsang berat nih. Kulihat lebih dekat lagi, tiba-tiba saja tangan Selly membenamkan kepalaku ke dalam pangkal pahanya. “Jilatin dong Den.. ahh.. ahh.. jangan nakal, gitu dong.. masa cuma diliatin aja”, aku pun terus menjilati kedua bibir kemaluannya. Mmm.. terus kujilati juga klitorisnya dan cairan yang ada di situ rasanya asin-asin nikmat dan baunya itu loh bikin batang kemaluanku semakin mengeras saja. Terus kujilati dengan ganas klitorisnya sambil kugigit sedikit. “Ahh.. Denn.. ouchh.. Denyy.. akkhh.. akkuu.. akkh.”<br />
<br />
Terlihat cairan semakin deras saja yang keluar dan Selly semakin membenamkan kepalaku ke dalam kemaluannya. Wah rupanya Selly sudah klimaks nih, “Ahh.. Denn ouchh.. aku keluarr..” katanya. Kujilati semua cairan yang keluar dari kemaluan Selly. Terus dia pun berdiri dan menuju ke tempat tidur. Wah gila nih perempuan, masa aku dianggurin, pikirku. Aku terus mengikuti dia pergi ke tempat tidur. Rupanya dia duduk di samping tempat tidur. “Sini deh Den.. gantian aku yang mainin kontolmu”, katanya. Aku menurut saja dan aku rebahan di tempat tidur dengan kaki di lantai. Terus Selly mulai memainkan kemaluanku dari luar celana dalam. Dia jilati batang kemaluanku yang dari tadi sudah sangat tegang, terus dibukanya CD-ku pakai giginya. “Wah nih orang pasti kebanyakan lihat film-film gituan”, pikirku. Setelah CD-ku lepas, gantian dia mainkan kantong kemaluanku, dia jilati ke atas dan ke bawah. Rasanya sungguh mengejutkan. Terus dia pegangi batangku dengan kedua tangannya dan dijilat-jilatin kepalanya sambil matanya melihat ke arahku. Langsung dia benamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan dikocok-kocok pakai mulutnya yang mungil. “Oohh.. Selly.. akhh.. uhh”, desahku merasakan nikmat di sekujur batangku. Sambil terus mengulum-ngulum batang kemaluanku, dia pun memijit-mijit buah kemaluanku, rasanya linu-linu nikmat.<br />
<br />
Setelah berlangsung 5 menit, Selly pun mulai bosan dengan permainannya. “Den, kita main beneran yuk”, katanya. Aku pun tanpa berpikir langsung menjawab dengan semangat 45, “Ayoo!” Selly langsung duduk di atas pahaku dan memegang batang kemaluanku sambil diarahkan ke dalam lubang kemaluannya. Bless.. seluruh batang kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya. Terasa lembab dan nikmat tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. “Ahh.. mm.. uhh.. aahh..” desah Selly sambil merem melek menikmati pergesekan batang kemaluanku dengan liang kemaluannya. Tak lupa tangannya pun ikut-ikutan memegangi kedua buah dadanya. “Ohh.. Denny.. akhh.. uhh.. yeahh.. Dennyy.. ahh.” Aku pun dengan reflek mengimbangi permainannya dengan menaik-turunkan batang kemaluanku, sehingga terdengar bunyi pluk.. pluk.. ketika batang kemaluan dan liang kemaluan berbenturan. “Ahh.. oughh.. mmhh.. ahh..” desah Selly.<br />
<br />
Selly pun makin menjadi-jadi, dia pun kemudian memegangi rambut kepalanya dan kurasakan gerakannya semakin liar, “Ahh.. uhh.. ahh.” Aku bantu merangsangnya dengan memegangi kedua payudaranya. Tak lama kemudian Selly pun menjerit, “Dennyy.. ahh.. ouhh.. akuu.. mau.. keluar.. ahh..” Di kepala batang kemaluanku pun terasa ada aliran yang tak dapat dibendung lagi, “Kita keluar sama-sama Sell.. ahh.. ouhh..” Kurasakan cairan hangat menyemprot pada kepala batang kemaluanku dan menyebabkan kepala batang kemaluanku tak dapat menahan aliran yang deras dari dalam batang kemaluanku. “Ahh.. aku keluarr.. Selly”, teriakku. “Akuu.. jugaa.. Denny.. akhh.” Kemudian kami pun lemas dan tertidur sampai pukul 5 sore.<br />
<br />
Sampai tiba-tiba terdengar bunyi bel, tet.. tet.. wah gila nih, Herry pulang. Langsung saja kubangunkan, “Selly.. Sell.. Selly.. bangun..” ternyata Selly tidur dengan nyenyaknya. Aku cuek saja soalnya susah kalau membangunkan orang yang tidur dengan berjuta kenikmatan. Akhirnya pintu hotel kubuka, ternyata wanita bule yang mengetuk pintu. “Excuse me.. Is this Mr. John’s Room, 513?” tanyanya. “Oh.. No, I think.. its beside this room”, jawabku sekenanya dan wanita bule itu pun pergi ke kamar sebelah. Setelah dibel berkali-kali ternyata tidak ada orangnya. Dia pun pergi ke arahku lagi. “He is not in his room”, katanya. “Bisa sa.. ya.. tunggu di sini?” katanya. Wah bisa juga dia ngomong Indonesia, pikirku. “Oh.. sure.. tentu”, kataku. “silakan masuk.” Dia pun duduk di sofa. Karena kamar ini termasuk luas, sekitar 7×7 meter, maka Selly yang tertidur di springbed tak kelihatan.<br />
<br />
“Anda dari mana?” tanyaku membuka pembicaraan.<br />
“Oh.. I come from USA, Nevada”, katanya.<br />
“Oh.. Las Vegas”, kataku.<br />
“Anda sudah menikah?” tanyaku lagi.<br />
“Ya.. saya.. menikah 2 tahun lalu dan saya sudah cerai selama setahun”, katanya lagi.<br />
Wah kesepian juga nih cewek, pikirku. Kalau dilihat-lihat wanita ini tingginya sekitar 170-an, wajahnya mirip-mirip Dana Scully-nya X-File, usianya sekitar 30-an. Kalau dilihat bodinya sih mantap juga. Rambutnya sebahu, matanya biru, bibirnya, wah sensual sekali.<br />
<br />
“Can I know your name?” tanyaku.<br />
“Jessica”, katanya sambil mengulurkan tangan.<br />
“Denny”, kataku.<br />
“What is your job Denny?” tanyanya.<br />
“I’m student”, kataku.<br />
“What major?” tanyanya.<br />
“Informatics”, kataku.<br />
Wah bisa-bisa dua jam cuma nanya masalah sekolah nih pikirku. Harus dihentikan nih. Kuberanikan tanya soal lain. Sambil pindah duduk ke samping Jessica.<br />
<br />
“Can I know something about life?” tanyaku.<br />
“Yah.. apa? please in Indonesian, cause I think you can not speak fluently in english”, katanya.<br />
Wah ketahuan deh modalku, pikirku.<br />
“Ini agak pribadi, nggak apa-apa?” tanyaku.<br />
“No problem, cause I think kamu orang baik-baik”, katanya.<br />
“Kalau udah cerai, gimana kamu memenuhi kebutuhan biologismu?” tanyaku.<br />
“Maksud kamu seks?” tanyanya.<br />
“Yes..” kataku mantap.<br />
“Saya bisa main seks kapan saja, dan dimana saja dengan orang yang kusuka, that’s menyebabkan my husband menceraikan saya.”<br />
Wah gila juga nih cewek pikirku.<br />
“Kamu pernah main seks Denny?” tanyanya.<br />
“No..” jawabku.<br />
Dia pun tersenyum melihatku, terus lihat wanita tergolek di atas ranjang. Wah ketahuan deh kalau menipu.<br />
<br />
“Siapa dia Denny?” tanyanya.<br />
“She is my sister”, jawabku sembarangan.<br />
“Oh.. jadi kamu betulan belum pernah ya.. mau belajar sama saya, Denny?” tanyanya.<br />
“Wah mau sekali Jessy”, kataku mantap.<br />
“Sini Denny.. kamu ke depanku.. apa your sister tidak marah kalau lihat kita Denny?” tanyanya.<br />
“Nggak apa-apa Jessy”, kataku sambil mendekat ke depannya. Terus dia membuka bajunya. “Sini Denny.. kamu pegang dada saya”, katanya. Terus kupegangi susunya yang ukurannya 36C.<br />
“And cium bibirku Denny”, katanya.<br />
<br />
Aku tanpa dikomando langsung menciumi bibir Jessica. Langsung mulut kami beradu, kulumat bibir yang sensual itu dan lidah kami pun saling berbelit, “Ouchh.. mm..” terus aku langsung turun ke lehernya yang jenjang dan dia pun mendesah, “Aahh.. mm.. ouchh.. ssh.. Denn.. kamu membuat akuu.. ahh..” Kulanjutkan ke susunya, kulumat kedua putingnya pakai mulut. “Ahh.. ouhh.. shh.. Dennyy.. oo.. kamu memang nakal baby, yeahh.. ahh..” Terus kubuka rok spannya dan CD-nya, langsung kuturun ke pangkal pahanya. Kujilat habis kemaluannya dengan rakus. “Aahh.. stop Dennyy.. akan kuberikan gaya favoritku kepadamu”, katanya. Padahal sudah basah liang kemaluannya. Sepertinya dia sudah terangsang berat. Langsung saja kulepaskan celana jeans-ku, dan kemudian Jesicca pun membantu melepaskan CD-ku sambil memegang batang kemaluanku yang 7 inchi.<br />
<br />
“Kemaluan yang bagus”, katanya sambil meremas batanganku yang sudah tegang berat. “Coba kamu duduk di kursi ini sayang”, katanya. Aku pun duduk dan terus dia duduk di atas kedua pahaku. Wah asyik juga nih kayaknya. Terus dia memegang kemaluanku yang sudah tegang berat dan dia arahkan ke dalam lubang kemaluannya dan dia pun duduk di atasku, bless.. kemaluanku pun masuk ke dalam liang kemaluan Jesica. Dia lalu menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. “Ouchh.. yeahh.. mm.. oohh.. ohh.. ini seperti naik kuda saja, Denny”, katanya. “Aakkhh.. oukkhh.” Aku pun mengimbangi dengan menaik-turunkan pinggulku. “Mmm.. akhh.. sshh.. ukhh.. akh.. Denyy.. ukhh.. yeajjhh.. yeahh.. oukhh..” Tiba-tiba saja Jessica teriak-teriak tak keruan dan tak lama kemudian.. “Dennyy.. aku keluaarr..” terasa panas cairan menyembur dari lubang kenikmatan Jessica dan tanpa kulepaskan masih saja kukocok lubang kemaluan Jessica dengan batang kemaluanku. “Yeah.. ouchh Dennyy.. tolong berhenti Denny.. akhh.. ouchh..” masih tetap saja kukocok. Malahan tambah kencang frekuensinya. “Tolong.. hentikan sayang akkhh.. akhh..” Tanggung nih pikirku. Tiba-tiba saja Jessica meronta dan karena sudah diambang klimaks. Begitu Jessica mencabut cengkeraman liang kemaluannya pada batang kemaluanku, langsung saja cairan sperma yang sudah di ujung kepala keluar semua. “Oouchh.. baby..” langsung saja mulut Jesicca menyambar kepala kemaluanku dan dilumatnya habis cairan di kepala kemaluanku.<br />
<br />
Tiba-tiba saja Selly terbangun, “Dennyy.. Dennyy..” aku dan Jessica kaget bukan main. Untungnya aku bisa mengatasi keadaan yang sangat gawat ini.<br />
“Ada apa sayang? enak ya tidurnya”, kataku tanpa dosa. Untunglah Selly dapat memahami keadaan ini.<br />
“Denn.. siapa tuh?” tanyanya, dan Jessica pun masih dengan telanjang bulat mendekati Selly dan berjabat tangan.<br />
“Jessica”, katanya.<br />
“I’m sorry.. udah ganggu tidurmu ya?” kata Jessica.<br />
<br />
Tanpa berkata apa-apa, Selly malah langsung menciumi Jessica. Wah nggak aku sangka, ternyata si Selly ini biseks dan Jessica mungkin karena terbawa oleh Selly juga mengikuti saja. Kedua wanita itu pun terhanyut dalam permainannya. Aku dari sofa cuma mangamati permainan mereka. Selly kemudian menciumi seluruh leher Jessica dan Jessica pun meraba pantat Selly. Kemudian Selly mencium dan menjilati buah dada Jessica. “Ohh.. uchh.. sshh”, hanya kata itu yang mencuat dari mulut Jessica. Kemudian Selly pun turun ke perut Jessica dan kemudian menjilati dengan rakusnya. Tak lama kemudian Jessica rebah di atas spring bed dan kakinya diletakkan di lantai. Selly kemudian menciumi seluruh permukaan kemaluan Jessica mulai dari bibir-bibirnya. “Kamu memang pemain yang hebat sayang, mm.. ukhh.. ss..” kata Jessica. Selly pun mulai menjilat-jilat dan mengaduk isi kemaluan Jessica tanpa kompromi. Dengan lidahnya dia mulai merangsang seluruh syaraf yang ada di vagina Jessica dan dengan reflek pinggul Jessica pun bergerak-gerak ke atas dan ke bawah mengimbangi jilatan-jilatan yang menimpa pada pangkal pahanya.<br />
<br />
“Aahh.. uhh.. yess.. ohss.. babyy..” jerit Jessica saat Selly menjilati klitorisnya dan menggigit-gigit klitorisnya pelan-pelan. Tampak terlihat kemaluan Jessica bertambah basah saja. Tak lama kemudian mereka pun berhenti dan melihat ke arahku. “Wah gawat, bisa jadi pejantan buat mereka berdua nih”, pikirku khawatir.<br />
“Hey Denny.. mau gabung?” tanya Selly sambil tersenyum nakal.<br />
“Ah nggak.. aku liat aja.. udah capek”, jawabku.<br />
Mereka pun melanjutkan aksinya. Sekarang kayaknya mereka mau 69. Eh tapi tunggu dulu, ternyata Jessica mengambil tas hitamnya di atas meja dan mengambil sesuatu. Oh ternyata dia bawa vibrator yang berbentuk batang kemaluan. “Hi.. Selly.. kamu akan lebih nikmat dengan alat ini”, kata Jessy sambil memberi vibrator ke Selly.<br />
<br />
Kemudian Jessica pun kembali duduk di sampingku. Terlihat Selly langsung menghidupkan vibrator tersebut dan memasukkannya ke dalam liang vaginanya. “Aahh.. ohh.. ujhh.. ss..” jerit Selly kesenangan dengan mainan barunya. “Hai Jessy.. mainan ini bener-bener dahsyat shh.. ohh”, katanya sambil merem-melek. Jessica pun tersenyum di sampingku sambil mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tidur. “Lebih dahsyat pake ini..” sahut Jessica. Wah diperlakukan demikian tentu saja kemaluanku bangkit lagi.<br />
<br />
“Mau lagi Denn?” tanya Jessy.<br />
“Tidak!” jawabku.<br />
“Sure?” katanya sambil mulutnya turun mendekati batang kemaluanku dan dia pun nmenjilat-jilat biji kemaluanku dari bawah ke atas. “Please relax Denny”, aku pun sambil tiduran menikmati jilatannya. “Ahh.. ouckhh.. shh.. aku hampir keluar Jessyy..” jerit Selly saat dia mencapai orgasme dengan vibrator.<br />
<br />
Jessy pun sudah nggak menghiraukan jeritan Selly. Dia sudah asyik dengan kemaluanku dan dia mulai menjilati kepala kemaluanku dan memainkan lidahnya di ujungnya. Hal ini membuatku sangat geli dan nikmat. “Jessyy.. sshh, uch..” dan Jessy pun mulai memasuk-keluarkan batang kemaluanku di kerongkongannya dan setelah 10 menit acara kulum batang kemaluan, aku pun menjerit, “Jessyy.. aku mau keluaarr..” dan air maniku pun bercucuran di muka Jessy. “Ah enak sekali”, kata Jessy sambil tersenyum genit. Akhirnya kami bertiga pun tertidur. Sampai akhirnya sekitar pukul 6 pagi terbangun dan kami beriga kembali ke tempat masing-masing.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-52639617509650906702019-03-10T00:46:00.000-08:002019-03-10T00:46:00.894-08:00Akibat Foto Bugil Aku Ngentot Tante Eva Montok<span style="font-size: x-large;">Akibat Foto Bugil Aku Ngentot Tante Eva Montok</span><br />
<br />
<img alt="Image result for gambar bidan bugil" height="299" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSjCBYn1DrvVD2AoeTrCpXzc7eSJm_RA7GxtEPKEgeIYOTE6TDopg" width="400" /><br />
<br />
Cerita sek – Aku baru selesai mandi sore dan mulai membuka buku untuk dibaca, Tetapi kulihat seseorang memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar lebih jelas siapa yang memasuki halaman itu. Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang adalah Eva, temanku yang kuliah di Surabaya, semester pertama, usianya sekitar 19 tahun.<br />
<br />
“Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang?” kataku basa-basi. “Kalau bilang dulu mau nyediain apa..”<br />
<br />
Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan berkomentar.<br />
<br />
“Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini”, aku jawab bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.<br />
<br />
“Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..”<br />
<br />
“Ada, mau lihat?”Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan di dalam lemari pakaianku.“Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.”<br />
<br />
Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori XXX, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.<br />
<br />
“Gimana, komentar dong.”<br />
“Ada filmnya nggak?”<br />
<br />
“Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada”, kataku sambil bergurau.“Yang asli mana, coba” aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.“Eh, ada tapi itu anu..” aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.“Tapi apa Mas..”“Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.”“Tapi kalau yang ini aku nggak punya”, sambil ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.“Yang semacam juga nggak pa-pa”“Yang bener nih”, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah terlarangku yang masih terbungkus celana.“He-eh bener”, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar memegang kemaluanku dari luar celana.<br />
<br />
Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung, tetapi ini adalah temanku yang sewaktu kecil sering bermain bersama. Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa ini.<br />
<br />
Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur.<br />
<br />
Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat.<br />
<br />
Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.<br />
<br />
Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. “Jilat kepalanya”, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku. Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang senggamanya. Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan liang kewanitaannya.<br />
<br />
Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.<br />
<br />
Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaannya. “Aku sampai Mas, aku sampai Mas…” begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.<br />
<br />
Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.<br />
<br />
Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang senggamanya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya.<br />
<br />
Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur.<br />
<br />
Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaannya.<br />
<br />
Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan kuliahnya.<br />
<br />
Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar dan menikah.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-42155568285797334772019-03-09T22:54:00.001-08:002019-03-09T22:54:38.118-08:00ku perkosa tante yang sedang tidur <span style="font-size: x-large;"> ku perkosa tante yang sedang tidur </span><br />
<br />
<img alt="Image result for gambar bidan bugil" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQYCn37cyJb7AleN9y5l8oq_fQ9qxqILgO8LBgBONgC2Pzk3mZGbA" width="317" /><br />
<br />
cerita sek – Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis.<br />
<br />
Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.<br />
<br />
Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat.<br />
<br />
Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD.<br />
<br />
Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun.<br />
<br />
Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa.<br />
<br />
Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi.<br />
<br />
Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi.<br />
<br />
Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi.<br />
<br />
Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku.<br />
<br />
Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak.<br />
<br />
Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.<br />
<br />
Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat.<br />
<br />
Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.<br />
<br />
“Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.<br />
<br />
Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.Kubisikan lagi ke kuping bibi,<br />
<br />
“Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.Kemudian Bibi berkata,<br />
<br />
“Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu.<br />
<br />
Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi.<br />
<br />
Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi.<br />
<br />
Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.<br />
<br />
“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan.<br />
<br />
Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, ”<br />
<br />
Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”<br />
<br />
Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.<br />
<br />
Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.”Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya.<br />
<br />
Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya.<br />
<br />
Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya.<br />
<br />
Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.<br />
<br />
Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat.<br />
<br />
Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan.<br />
<br />
Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.”Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks.<br />
<br />
Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang.<br />
<br />
Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak.<br />
<br />
Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.”Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.<br />
<br />
Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku,<br />
<br />
kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.”Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.<br />
<br />
“Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur.<br />
<br />
Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.<br />
<br />nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-47273067906190060252019-03-09T01:16:00.001-08:002019-03-09T01:16:16.130-08:00Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol<span style="font-size: x-large;">Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol</span><br />
<br />
<img alt="Image result for gambar bidan bugil" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSIxRiWsMgq2jKdHpU2YljKAmXu2aai_skWcy17fd2-mcVD0UhE" width="298" /><br />
<br />
cerita sek – Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung, dan sekarang sudah tingkat akhir. Untuk saat ini aku tidak mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Oleh karena itu aku sering main ke tempat abangku di Jakarta.<br />
<br />
Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas 2 SMP.<br />
<br />
Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.<br />
<br />
Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.<br />
<br />
BACA JUGA:<br />
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2UnnlNb">Cerita Sex Tante Betty Salalu Menggoda</a></h1>
<br />
“Hallo, Oom Ryan..!” Rina yang baru masuk tersenyum.<br />
“Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”<br />
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.<br />
<br />
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.<br />
“Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”<br />
Gugup aku menjawab, “Rina.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”<br />
“Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem.”<br />
<br />
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.<br />
<br />
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.<br />
<br />
Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.<br />
<br />
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.<br />
<br />
“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”<br />
“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”<br />
Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.<br />
“Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”<br />
“Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!”<br />
Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!<br />
<br />
Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.<br />
<br />
Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.<br />
“Uuuhh.. mmhh..” Rina menggelinjang.<br />
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.<br />
Aahh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!<br />
<br />
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.<br />
<br />
“Ehh.. mmaahh..,” tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.<br />
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.<br />
“Ooohh.. aduuhh..,” Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.<br />
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.<br />
<br />
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Rina.<br />
“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Rina membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.<br />
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.<br />
<br />
Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.<br />
<br />
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang.<br />
“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”<br />
Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.<br />
<br />
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.<br />
<br />
Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.<br />
“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”<br />
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.<br />
<br />
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.<br />
<br />
Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.<br />
<br />
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.<br />
“Aduh, Oom.. Rina lemes. Tapi enak banget.”<br />
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.<br />
<br />
Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.<br />
<br />
Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-45906238488214786572019-03-09T01:06:00.001-08:002019-03-09T01:06:37.225-08:00Sex Pecah Perawan <span style="font-size: x-large;">Sex Pecah Perawan </span><br />
<br />
<img alt="Image result for gambar bidan bugil" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT7-gdjry-IWwme6hljM081KRx_8OQlhSbgLBfhU13-phsMN4Qzag" width="299" /><br />
<br />
Cerita Sek – sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini. Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa kuliah dulu. Semuanya bdrawal dari datangnya musim kemarau yang berkepanjangan tahun lalu.<br />
<br />
Untuk mengembangkan usahanya, Abah telah mendapatkan kredit yang lumayan besar dari sebuah bank swasta. Semula, Abah tidak mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya karena hasil yang diperoleh Abah dari perkebunannya yang luas dan modern sangat berlimpah. Karena itulah Abah dapat mengirim aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah universitas terkemuka di negeri ini.<br />
<br />
Namu, musim kemarau berkepanjangan tahun lalu telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun Abah mati kekeringan. Karena stress, Abah terkena stroke dan aku pun harus membatalkan niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.<br />
<br />
Semakin hari kondisi Abah tambah menurun. Kami sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat kami jual, sementara rumah dan lading sudah diagunkan Abah ke bank untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.<br />
<br />
BACA JUGA:<br />
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2SbUUE8">Cerita Sex Kakak Iparku Tergoda Dengan Body Mulusku</a></h1>
<br />
Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan lading apabila kami tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami hanya bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka hanya petugas rendahan yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak dapat membantu kami.<br />
<br />
Di tengah kekalutan, datang seorang laki-laki paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Abah. Kami mengenal pria ini sebagai Pak Kusrin. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh Pak Kusrin pada hari itu juga. Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada Pak Kusrin, karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di kolong jembatan atau emperan toko.<br />
<br />
Malam itu Pak Kusrin datang ke rumah kami dan aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak disangka, ketika Mak pergi menengok Abah di kamar, Pak Kusrin mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.<br />
<br />
“Kamu sadar, kan … Wati, Utang abah kamu besar sekali. Saya harus mengeruk tabungan untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau itu dianggap amal jariah. Saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu, Wati,” kata Pak Kusrin.<br />
<br />
“Ma …. Mmaa …maksud Pak Kusrin, bapak mau mengambil saya sebaga istri?” tanya ku terbata-bata.<br />
<br />
“Wati … Wati …Kalau saya mengambil kamu sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan hilang. Saya tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas,” kata Pak Kusrin sambil menyeringai.<br />
<br />
Begitu mendengar keinginan Pak Kusrin, Mak langsung meminta Pak Kusrin pergi dari rumah kami, namun Pak Kusrin membalas ucapan Mak dengan mengatakan bahwa dial ah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari rumah ini. Pak Kusrin benar dan kami tidak punya alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Mak menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan Pak Kusrin.<br />
<br />
Malam itu, Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang Abah.<br />
Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Kusrin masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.<br />
<br />
Pak Kusrin meminta aku mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Kusrin dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada akhirnya terpaksa harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Kusrin menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski sempat tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Kusrin menikmati layananku sambil mendesah dan mendesis. Setelah beberapa menit berlalu, kotol Pak Kusrin menjadi semakin tegang dan Pak Kusrin memegang kepalaku dengan kedua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku. Dia mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena kepalaku tertahn kedua tangan Pak Kusrin, aku terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju Pak Kusrin meleleh keluar dari mulutku ketika Pak Kusrin menarik keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.<br />
<br />
Kemudian Pak Kusrin meminta aku membuka semua pakaian yang aku kenakan. Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan meminta aku rebah di atas tempat tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia meremas payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya. Pak Kusrin telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuat aku melambung ke awing-awang.<br />
<br />
Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Kusrin membuka bibir memekku dan dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku sudah di luar kendaliku sendiri karena nafsu birahi telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Kusrin berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya dia melahap memekku. Habis sudah pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.<br />
<br />
Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak Kusrin berhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku sehingga ujung kotol Pak Kusrin menyodok masuk ke lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon Pak Kusrin untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku endiri dan liur Pak Kusrin.<br />
<br />
“Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan lagi,” kataku.<br />
<br />
“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit. “Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”<br />
<br />
“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku. Separuh kotol Pak Kusrin kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena gesekan dinding memekku dengan kotol Pak Kusrin. Tiba-tiba Pak Kusrin mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk semuanya ke memekku.<br />
<br />
“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak. Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol Pak Kusrin. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku. Pak Kusrin cuma terkekeh.<br />
<br />
“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”<br />
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”<br />
Kemudian Pak Kusrin mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.<br />
<br />
“Ahhhhh Watiiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “ kata Pak Kusrin.<br />
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Kusrin. Aku sudah memperlakukan Pak Kusrin seperti seorang suami. Pak Kusrin mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Reluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.<br />
<br />
“AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …” aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku. Hal yang semula aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan.<br />
<br />
Pak Kusrin yang belum mencapai klimaks tidak terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku. Dia memegang buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku. Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kotol Pak Kusrin yang timbul tenggelam dari celah itu. Setelah beberapa menit Pak Kusrin mempercepat gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.<br />
<br />
“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….” kata Pak Kusri sambil kembali mengenakan pakaiannya. “Mulai hari ini sampai batas waktu yang aku tentukan nanti, kita akan sering melakukannya. Kamu harus siap kapan pun saya ingin menyelipkan kotol ini di memek kamu,” sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.<br />
<br />
Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku dapat dari persetubuhan itu memang begitu indah. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani Pak Kusrin yang bercampur air mataku.<br />
<br />
Mak yang rupanya sempat menyaksikan detik-detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Kusrin dengan setengah berlari menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku “Watiiii …… Maafkan Mak dan Abah ya nak. Karena kami kau harus melakukan ini,” kata Mak sambil membersihkan wajah. Leher dan dadaku dari air mani Pak Kusrin dengan sapu tangan yang diambilnya dari meja riasku. (Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Kusrin itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di sana). Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, tak mapu untuk berkata apa-apa. Mak menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur. Aku pun terlelap sampai pagi.<br />
<br />
Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak Kusrin sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan Abah dan makan sehari-hari. Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Kusrin untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.<br />
<br />
Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku bertemu Pak Kusrin di tengah jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan Pak Jono, sopirnya. Rupanya Pak Kusrin sedang meninjau pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai, sehingga Pak Kusrin bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu lalang. Pak Kusrin menyapaku dan meminta aku untuk berhenti sebentar.<br />
<br />
“Wah baru selesai belanja rupanya …” kata Pak Kusrin.<br />
<br />
“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam Abah dan Mak nanti,” jawabku.<br />
<br />
“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,” katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.<br />
<br />
Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Kusrin membuka retsleting celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor, Pak Kusrin menikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil beristirahat. Pak Kusrin begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu juga rasanya ditonton orang, walau hanya cuma beberapa kepala saja.<br />
<br />
kotol Pak Kusrin sudah begitu tegang dan keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak. “Masak di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku. “Tenang saja … Ayo cepat buka,” katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya sendiri. Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak terlihat oleh orang-orang di lading atau Pak Jono yang berdiri tidak jauh dari kami, setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku. Pak Kusrin meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Pak Kusrin kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan orang banyak membuat aku agak terangsang. Pak Kusrin sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.<br />
<br />
“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?” katanya. “Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masuk,” sambungnya. Aku mnegikuti keinginannya. Badanku aku bungkukkan sedikit sehinga pantatku agak menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan. Akhirnya, hal itu pun terjadilah. kotol Pak Kusrin masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak Kusrin masih agak kesulitan menembus lubang di selangkaganku. Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya kotol Pak Kusrin akhirnya melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kotol Pak Kusrin pada dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan Pak Kusrin mulai menggenjot kontolnya keluar masuk memekku.<br />
<br />
“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh….” desahku pada setiap tusukan. Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi genkotan Pak Kusrin. “Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku terus mendesah.<br />
<br />
“Nikmat sekali … Goyang terus, Wati … Yaaaa …… Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata Pak Kusrin. Tangan Pak Kusrin memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju.<br />
<br />
Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buat aku. Aku merasa seperti wanita jalang yang hanya punya satu tujuan hidup: seks. Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak. Kenikmatan itu sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.<br />
<br />
“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat ….. Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …” Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Kontolnya bergerak lebih cepat keluar masuk memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak Kusrin.<br />
<br />
“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr …. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH …..AAAAAAHHHHHHHHHHH ….” Aku berteriak melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-ledak di dalam tubuhku. Orang yang lewat dan para tukang yang sedang bekerja di lading membuat sumur bor mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi. Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku kembali melemas, Pak Kusrin mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan menjilari kotol Pak Kusrin hingga akhirnya kotol itu menumpahkan air mani kental berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati sisa air mani dari kotol Pak Kusrin hingga bersih.<br />
<br />
Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan minta ijin Pak Kusrin untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi. Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik perhatian mereka. Aku terus bejalan tanpa mempedulikan mereka. Sesampai di rumah aku memberika belanjaanku kepada Mak yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya. Selitas aku melihat air matanya berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau memng aku harus menjadi budak seks Pak Kusrin untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun, aku toh harus melakukannya ….<br />
<br />
Hari ini aku kembali membawa Abah ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi Abah sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Aku katakana pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi persetubuhanku dengan Pak Kusrin berakhir dengan kehamilan.<br />
<br />
Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku, sore tadi Pak Kusrin bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku sambut Pak Kusrin di pintu depan dan menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani Pak Kusrin berbicang-bincang sebentar.<br />
<br />
“Wati, kita ngewek di taman belakang sana yuk …” kata Pak Kusrin. “Sudah lama kan kita gak ngewek.” “Terserah Bapak saja … Saya kan gak bisa nolak,” jawabku pasrah. Pak Kusrin bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang selalu dipangkas rapi. Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di udara terbuka, membayangkannya saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku sudah basah ….<br />
<br />
Pak Kusrin meminta aku menanggalkan semua pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, Pak Kusrin meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia juga mencopot pakaiannya, sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin menciumi dan menjilati memek dan itilku. “Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.<br />
<br />
Setelah memekku benar-benar basah, Pak Kusrin duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak Pak Kusrin aku bergerak naik turun sehingga kotol Pak Kusrin bergerak bebas keluar masuk memekku. Sebentar saja aku sudah tenggelam dalam kenikmatan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Kusrin sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala perlakuan Pak Kusrin. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut Pak Kusrin yang kasar setiap kali aku bergerak turun.<br />
<br />
Setelah bermain dengan posisi duduk selama beberapa puluh menit, Pak Kusrin meminta aku rebah di meja batu besar dan dia pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kotol Pak Kusrin. “Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Kusrin sambil terus menggenjot pinggulnya. “Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap tusukan kotol Pak Kusrin di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin pentil buah dadaku.<br />
<br />
Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan kenikmatan rangsangan itu. “Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar dari mulutku setiap kali Pak Kusrin menyodokkan kontolnya. “Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……” seperti yang sudah-sudah Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Ergesekan kotol Pak Kusrin dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh kami sudah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH ….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup. kotol Pak Kusrin tak bisa lagi bergerak. kotol itu berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak Kusrin pun berteriak sambil memancarkan cairan spermanya. “WATIIIII …. SAYA JUGA KELUARRRRR…”<br />
<br />
Pak Kusrin tertunduk lemas sambil bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun Pak Kusrin sepertinya sengja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Kusrin mencabutnya dan rebah disampingku.<br />
<br />
“Wati, kamu tadi menjepit kotol saya sehingga saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu. Apa kamu sengaja agar kamu hamil?” tanya Pak Kusrin. “Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku. “Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi,” kata Pak Kusrin lega dan untuk pertama kalinya dia mencium keningku.<br />
<br />
Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama Pak Kusrin menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman itu Pak Kusrin dan aku kembali terangsang.<br />
<br />
Tangan Pak Kusrin kembali beraksi meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan mengocok kotol Pak Kusrin agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong Pak Kusrin agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kotol Pak Kusrin kembali masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami.<br />
<br />
Sore itu, dua kali Pak Kusrin menumpahkan air maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku menguyur kotol Pak Kusrin dengan cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak Kusrin kembali berpakaian dan pamit pulang. Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya. Aku butuh untuk pengobatan Abah, membayar listrik dan makan sehari-hari.<br />
<br />
Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang, rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani Pak Kusrin menetes keluar dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik. Mungkin Mak yang menyellimuti aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk memberihkan badanku dari keringatku dan keringat Pak Kusrin. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku bisa melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku. … Terima kasih, Tuhan…<br />
<br />
Aku mendapat kabar dari Pak Jono tadi siang ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa Pak Kusrin dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan “kegiatan” kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri Pak Kusrin mengancam untuk mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Kusrin cuma tersenyum saja mendengar ancaman itu. Aku sempat bingung ketika Pak Jono bilang terima kasih kepadaku. Ternyata setelah pertengkaran itu, istri Pak Kusrin sudah beberapa kali mengajak Pak Jono bersebadan.<br />
<br />
“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama Neng Wati, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama Ibu saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng. Bosan juga sama yang di rumah,” kata Pak Jono.<br />
<br />
Tadi sore Pak Kusrin datang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan. Sementara itu tangan Pak Kusrin terus bergerilya di setiap bagian tubuhku. Baju kami pun stu per satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar telanjang seperti bayi yang baru lahir.<br />
<br />
Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan Pak Kusrin kembali terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.<br />
<br />
Pak Kusrin mendorong tubuhku hingga rebah di sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kotol Pak Kusrin agar tepat sasaran. Sekali dorong, kotol Pak Kusrin pun menerobos masuk liang sanggamaku. Sambil memegang kedua betisku,Pak Kusrin mulai melakukan gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam dalam memekku. Buah dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kotol Pak Kusrin ke dalam memekku.<br />
<br />
Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kotol Pak Kusrin yang keluar masuk memekku. Setiap kali Pak Kusrin mendorong masuk kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik keluar, memekku menjadi agak gembung. Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di selangkanganku. Semua itu membuat aku semakin terangsang.<br />
<br />
“Kamu suka melihatnya, Wati?” tanya Pak Kusrin sambil terus bergoyang. “Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” Jawabku di sela-sela desahan kenikmatan. Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa pegal. Pak Kusrin menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gentian Pak Kusrin yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi. Aku menyuruhnya berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas tubuhnya dan menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti seorang koboi yang sedang menunggang kuda.<br />
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi. “Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Kusrin sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.<br />
<br />
Aku terus menggerakkan pantatku naik turun sehingga kotol Pak Kusrin bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Aku mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks. “Ahhhhh …. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …” kataku. “Saya juga ..” kata Pak Kusrin sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat. Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai. “YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH …….AHHHHHHHHHHH,” kami pun berteriak bersamaan melepas semua rasa. Badanku mengejang dan menekuk ke belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Kusrin yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas dada Pak Kusrin. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami.<br />
<br />
Kami berpelukan dan kembali berciuman selama beberapa menit. Tangan Pak Kusrin mengelus-elus punggungku sementara aku terus berbaring di atas badannya. Aku biarkan kotol Pak Kusrin tetap di dalam memekku walaupun kotol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan kehadiran kotol itu di memekku. Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Kusrin yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan kami itu membasahi sofa.<br />
<br />
Setelah berpakaian kembali, Pak Kusrin menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa dan telanjang bulat. Pak Kusrin mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Kusrin seperti biasa mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya. Kali ini uang itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia air maninya.<br />
<br />
Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap telanjang. Setelah melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku ambil selembar handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi. Di ruang makan, aku bertemu Mak. Aku berikan uang pemberian Pak Kusrin yang telah basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke Mak. Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku ….nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-82441381453970066132019-03-09T01:00:00.003-08:002019-03-09T01:00:50.930-08:00Perawanku Di Ambil Pacarku Yang Bajingan<span style="font-size: x-large;">Perawanku Di Ambil Pacarku Yang Bajingan</span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek model montok bugil" height="358" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRDBZiNK1eDEWT44OTat8DZqZQo4vCiGZJ9Wj5-5a7MMVc9eyG6" width="640" /><br />
<br />
Cerita Sek – sudah hampir satu minggu aku di rawat dalam rumah sakit ini, namaku Bunga usiaku baru menginjak 21 tahun. Aku seorang pelajar dari salah satu universitas ternama, dan masuk ke rumah sakit ini karena mengalami kecelakaan motor. Ya aku sering naik motor meskipun mamaku sudah melarang bahkan dia pernah mengadukan perbuatanku pada papa tapi aku masih saja ngeyel tidak memperdulikan nasehatnya.<br />
<br />
Banyak yang bilang kalau aku memiliki wajah yang begitu cantik, dan aku tidak menampik hal itu karena sejak SMP aku sudah menjalin hubungan meskipun hanya sebatas cinta monyet. Kata cowok yang menjadi pacarku bilang kalau aku memang cantik, tapi sampai sekarang aku belum juga menemukan cowok yang membuat hatiku benar-benar luluh. Karena selama ini aku berpacaran hanya untuk main-main saja.<br />
<br />
Pikirku kalau seorang cewek yang tidak pernah berpacaran mereka tidak laku, sifatku juga nakal namun selama ini aku masih bisa menjaga keperawananku meskipun aku hidup di kota besar. Belum pernah sekalipun aku melakukan adegan seperti dalam cerita dewasa, meskipun berkali-kali juga aku berganti pacar. Aku tahu seorang cowok belum tentu akan bertanggung jawab meskipun sudah melakukan layaknya dalam cerita dewasa tersebut.<br />
<br />
Hingga akhirnya di RS ini aku menaruh hati pada seorang dokter muda, panggil namanya mas Rangga. Aku memanggilnya dengan sebutan nama karena dia merupakan dokter yang telah merawatku dan karena ingin mencari perhatiannya itulah aku sengaja memanggilnya dengan sebutan mas, dan tidak jarang mama memarahiku karena di anggap tidak sopan. Tapi Dokter Rangga bilang kalau akau bisa memanggilnya dengan sebutan nama saja.<br />
<br />
BACA JUGA:<br />
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2SXyrXO">Nyonya Muda Jatuh Hati Pada Oknum Polisi Mesum</a></h1>
<br />
Usianya memang agak jauh di atas usiaku yakni 30 tahun. Tapi karena dokter Rangga begitu kalem dan ganteng, membuatnya terlihat lebih muda dari usianya. Selama ini akupun sering chat di sosial media dengannya, sedikit banyak akupun tahu tentang dirinya. Dokter Rangga masih single karena itu aku bertekad untuk terus menggodanya mungkin hatiku benar-benar kepincut padanya dan untungnya untuk saat ini aku sudah putus dengan pacarku.<br />
<br />
Akhirnya akupun diperbolehkan pulang setelah 9 hari berada di Rs ini, aku merasa sedih karena harus meninggalkan RS. Tapi akupun merasa agak sedikit ada harapan ketika dokter Rangga bilang kalau dia masih mau berhubungan denganku lewat sosmed tentunya, tapi itu sudah cukup membuat aku senang. Jadilah hari-hari yang aku lalui menjadi lebih berwarna untuk mencari tahu tentang dokter Rangga.<br />
<br />
Bahkan aku berani menyatakn cinta padanya meskipun hanya lewat chatingan, awalnya dia bilang kalau masih mau di pikir-pikir dulu. Tapi aku aku mendesaknya akhirnya diapun menerima cintaku, sejak saat itu aku begitu bahagia bahkan akupun menjadi sering main ke RS hanya untuk menemui mas Rangga walau hanya sebentar saja. Hingga akupun sibuk oleh ujian semester yang akan aku hadapi, dan menjadi jarang menemui mas Rangga.<br />
<br />
Sejak berhubungan dengannya terlintas dalam benakku untuk melakukan adegan layaknya dalam cerita dewasa, tapi aku masih malu apalagi mas Rangga jarang seklaia mengajakku jalan bareng. Dan kalau dipikir-pikir memang baru satu kali dia mengajakku makan siang bareng, dan hubungan kami memanag romatis hanya di dalam dunia maya saja. Namun entah mengapa aku merasa itu sudah cukup menggembirakan.<br />
<br />
Mungkin aku benar-benar mencintai mas Rangga, hingga akhirnya pada suatu hari aku berniat main ke rumah mas Rangga. Dan selama ini aku memang belum pernah kesana meskipun aku tahu alamatnya, tepatnya hari minggu aku pergi ke rumahnya. Seorang pembantu membukakan pintu untukku dan tidak lama kemudian mas Rangga datang langsung saja aku peluk tubuhnya dia agak kaget tapi akhirnya membalas pelukanku.<br />
<br />
Mas Rangga kemudian mengajakku ke kamarnya dengan alasan lebih nyama ngobrolnya, akupun mau saja karena aku lihat pembantunya memang agak kepo dengan lirikannya padaku. Di dalam kamarnya dia menyuruhku untuk duduk tapi karena aku begitu kangen padanya akupun duduk tapi dengan pelukan hangat darinya hingga akhirnya kamipun sama-sama terpancing untuk melakukan hal yang lebih, kami berciuman lama sekali.<br />
<br />
Hingga akhirnya ketika tangan mas Rangga mulai meremas buah dadaku akupun menggelinjang kenikmatan “OOOouuugghh… aaaagggghh… aaaaggghh… aaaaggghhh.. maaas… aaaggggh…” Aku terus mendesah menikmatinya dan membiarkan mas Rangga terus melanjutkan aksinya padaku. Ketika dia semakin melorotkan tubuhnya dan berhenti di depan toketku lalu dengan lembut menyentuh toketku dengan mulutnya.<br />
<br />
Kini dia mulai mengulum putingku dengan bergantian juga dia meremas dengan kedua tangannya “aaaahhhhhhh….ahhhhhh…..oughhh…lagii mass..gelii masss…” akhirnya tubuhku sudah dalam keadaan telanjang Bulat dan mas Rangga merebahkan tubuhku di atas tempat tidurnya, dengan lembut kembali dia menyentuh toketku lalu mengulumnya dengan penuh gairah.<br />
<br />
Akupun menikmatinya segera aku buka lebar pahaku setelah melihat mas Rangga hendak memasukkan kontolnya “OOouugghh…pelan..pelan.. mas… aaaaggggghhh… aaaaagggghhh…” Kataku sedikit menjerit dan rupanya mas Rangga tahu kalau baru kali ini aku melakukan adegan layakanya dalam cerita dewasa, dia perlahan mencoba menerobos memekku dan sampai akhirnya bisa juga dia lakukan dengan melewati lubang memekku.<br />
<br />
Kemudian dia menggerakan pantatnya perlahan namun pasti akupun mendesah menikmatinya “OOouuggghh….oooouuugghh…. aaaaggghh.. mas… aaagghh.. nikmaaat… mas…. aaaggghh….” Terus saja mas Rangga bergerak bebas di atas tubuhku, hingga lama kelamaan semakin cepat juga dia bergoyang sampai akhirnya aku rasa dia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan karena tangannya mulai erat memeluk tubuhku.<br />
<br />
Akupun merasa kalau memekku juga sudah mengeluarkan sesuatu yang nikmat “OOOuugghh… aaagggghhhh…….aaaaaaggghh… saaa… yaaang… aaaaggggghhhhh… aaaaagggghhh…” Kamipun berdua sama-sama mencapai puncak klimaks berbarengan, aku tetap memeluk tubuh mas Rangga meskipun dia hendak bangun dari tempat tidurnya, karena dekapanku begitu erat akhirnya diapun memelukku kembali sambil mengecup keningku dengan mesra.<br />
<br />
Belum lama kami melakukan adegan seperti dalam, tiba-tiba aku mendengar sesuatu yang lumayan gaduh dari luar. Sepertinya suara dari pembantu mas Rangga, dan terlihat pintu terbuka saat itulah aku melihat seorang wanita masuk sambil berteriak ” Dasar bajingan..” Mas Rangga segera bangun dan meminta maaf pada wanita tersebut sambil memohon serta berlutut. Sedangkan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-25472356268353177672019-03-09T00:15:00.001-08:002019-03-09T00:15:25.194-08:00Muncratnya Spermaku Di Memeknya Nela <span style="color: #4c1130; font-size: x-large;">Muncratnya Spermaku Di Memeknya Nela </span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek model montok bugil" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQCrbq_MpuktstSkoTg6XWt9HZ0s_AIkayWgDBMc11IsbcvvfqXNQ" width="357" /><br />
<br />
Cerita Sek – aku Bams mаhаѕiѕwа di Kаmрuѕ X di Malang, bеrаѕаl dаri kеluаrgа ѕеdеrhаnа di kota Kediri. Di Malang ini аku tinggаl ngеkоѕ di ѕеbuаh duѕun dеkаt dеngаn kаmрuѕ dаn rаtа-rаtа rumаh diѕini mеmаng dijаdikаn kоѕ-kоѕаn, bаik untuk рutri mаuрun рutrа<br />
<br />
Kоѕаnku bеrаdа didаеrаh bаgiаn bеlаkаng duѕun dаn dibаgiаn dераnku аdа kоѕ рutrа, diѕаmрing аdа kоѕ рutri, dаn di bеlаkаng аdа kоѕ рutri уаng dihuni 10 оrаng. Yаng аkаn аku сеritаkаn diѕini аdаlаh реngаlаmаnku dеngаn реnghuni kоѕ рutri уаng bеrаdа di bеlаkаng kоѕku.<br />
<br />
Singkаt сеritа аku dаn реnghuni kоѕ рutrа уаng lаinnуа mеmаng ѕudаh kеnаl dаn lumауаn аkrаb dеngаn реnghuni kоѕ рutri bеlаkаng, jаdi kаlо аdа уаng реrlu bаntuаn tinggаl bilаng ѕаjа. Aku ѕеring ѕеkаli mаin kе kоѕаn рutri itu untuk ѕеkеdаr ngоbrоl-ngоbrоl ѕаjа diruаng tаmunуа, ituрun kаlаu dikоѕаnku lаgi ѕерi, mаklum ѕаjа аku ѕеndiri уаng аngkаtаn tuа уаng nуаriѕ gаk аdа kеrjааn, ѕеdаngkаn уаng lаinnуа mаѕih ѕibuk dеngаn kuliаh dаn kеgiаtаn-kеgiаtаn lаinnуа.<br />
<br />
Sаking ѕеringnуа аku mаin kе kоѕаn bеlаkаng, kеtujuh сеwеk реnghuninуа ѕudаh ѕаngаt tеrbiаѕа dеngаn kеhаdirаnku diѕаnа, dаn аdа ѕаtu оrаng сеwеk bеrnаmа Nela, tingginуа ѕеkitаr 165сm, bеrаtnуа ѕеkitаr 50kg, kulitnуа kuning, ukurаn Brаnуа mungkin сumа 34A, реrnаh ѕеhаbiѕ mаndi mаѕih dеngаn bаlutаn hаnduk ѕеjеngkаl diаtаѕ lutut diа lеwаt didераnku dеngаn ѕаntаinуа. Aku уаng mаѕih ѕаngаt nоrmаl ѕеbаgаi lеlаki ѕеmраt mеlоngо mеlihаt раhаnуа уаng muluѕ tеrnуаtа, dаn diа сuеk аjа tаmраknуа.<br />
<br />
BACA JUGA:<br />
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2sT1iSg">Cerita Sex Main Seks Swinger Dengan Tetangga</a></h1>
<br />
Sаmраi ѕuаtu hаri, ѕеwаktu liburаn UAS ѕеkitаr mеnjеlаng ѕоrе ѕааt аku dаtаng kе kоѕаn bеlаkаng ѕереrti biаѕа, diѕаnа hаnуа аdа Nela ѕеndiri, diа mеmаkаi dаѕtеr bungа-bungа tiрiѕ ѕеlutut, diа ѕеdаng didераn kоmрutеr dikаmаrnуа уаng tеrbukа рintunуа, kuрikir diа lаgi mеngеrjаkаn tugаѕ..<br />
<br />
“lаgi ngараin, Nel? Yаng lаеn kеmаnа?” tаnуаku didераn рintu, “еh Mаѕ Bams, lаgi ѕuntuk nih, lаgi ngеgаmе аjа, уаng lаеn kаn mudik mаѕ, truѕ Mbаk Irma kаn рulаngnуа mаlеm tеruѕ” jаwаbnуа ѕаmbil mаѕih mеmаinkаn mоuѕеnуа<br />
<br />
“mаѕuk mаѕ”.<br />
Aku рun mаѕuk dаn duduk di kаrреtnуа<br />
“ еmаng kаmu gа mudik jugа Nel?”<br />
“аku kаn ngаmbil SP mаѕ, mаlеѕ klо hаruѕ ngulаng rеgulеr” jаwаbnуа.<br />
“lаgi ngеgаmе ара ѕih?” tаnуаku lаgi<br />
“ini nih mаеn mоnороlу, аbiѕ уаng аdа сumа ini” ѕаmbil mеrubаh роѕiѕi kаkinуа bеrѕilа dаn ѕеmраt mеmреrlihаtkаn раhаnуа, аkuрun mеlоngо lаgi di ѕаjikаn раhаnуа itu, ѕаmраi аkhirnуа diа ѕаdаr dаn ѕаmbil mеnutuр раhаnуа diа bilаng<br />
<br />
“hауо ngliаtin ара?”<br />
“еh nggа, gа liаt ара-ара” jаwаbku gеlаgараn<br />
“hауооо ngаku, раѕti nаfѕu уа, dаѕаr соwо” diа bilаng<br />
“уеее jаngаn соwо аjа dоnk уаng ѕаlаh, уаng bikin nаfѕu kаn сеwе” kаtаku mеmbеlа diri<br />
“wuuu ngеlеѕ аjа” diа bilаng ѕаmbil mеlаnjutkаn gаmеnуа tаdi, “еh mаѕ рunуа film gа? BT nih”<br />
<br />
“film ара уа? Yаng di tеmраtku kаn dаh di tоntоn ѕеmuаnуа” jаwаbku<br />
“уаааh ара аjа dеееh” diа mеmоhоn<br />
“ара dоng, уа еmаng udаh gа аdа lаgi, аdа jugа bоkер tuh klо mаu”<br />
“mаu dоng mаѕ mаu” diа bilаng<br />
аku kаgеt mеndеngаr itu lаngѕung bilаng<br />
<br />
“bеnеrаn nih, nаnti kереngеn rероt lаgi”<br />
“udаh ѕаnа аmbilin, аku iѕеng ni mаѕ”<br />
“tарi nоntоnnуа bаrеng уа” kubilаng<br />
“iihh gа mаu аh, nаnti mаlаh mаѕ Bams реngеn, biѕа diреrkоѕа аku”<br />
“gа bаkаlаn аtuh ѕаmре kауа gitu, mаu diаmbilin gа niу? Tарi nоntоn bаrеng уа”<br />
“iуа dеh, аmbil ѕаnа” рintаnуа.<br />
<br />
Sесераtnуа аku lаri kе kоѕ lаlu mеngсору bоkер уаng аdа di kоmрutеr dikаmаrku, аku сору уаng bаguѕ-bаguѕ ѕаjа, kеmudiаn ѕеtеlаh ѕеlеѕаi аku lаngѕung bеrlаri kе kаmаr Nela dаn mеnуеrаhkаnnуа. Nela рun lаngѕung mеngсору уаng аdа di flаѕhdiѕkku.<br />
<br />
Kаmiрun mеnоntоnnуа, аku duduk bеrаdа diѕеbеlаh kirinуа, dаn diа duduk ѕаmbil mеmеgаng bаntаl. Kаmi tаk аdа biсаrа ѕааt film itu dimulаi. Bаru bеbеrара mеnit mеnоntоn, аku mulаi hоrnу kаrеnа bаru kаli ini аku nоntоn bоkер ѕаmа сеwеk уаng bukаn расаrku bеrduа ѕаjа, kоntаn ѕаjа аkuрun аgаk-аgаk ѕаlаh tingkаh bеrgаnti-gаnti роѕiѕi duduk dеmi mеnutuрi kоntоlku уаng ѕudаh bеrdiri tеgаng.<br />
<br />
Tаk bеrара lаmа ѕереrtinуа diарun mulаi mеrаѕаkаn hаl уаng ѕаmа, nаfаѕnуа mulаi tаk tеrаtur dаn аgаk bеrаt ѕереrti аdа уаng ditаhаn, duduknуа рun mulаi bеrgаnti роѕiѕi dаn ѕеkаrаng bеrѕilа ѕаmbil mеmеluk bаntаlnуа itu. Sеаndаinуа аku уаng jаdi bаntаlnуа, hmmmmm. Akhirnуа аku mеmbеrаnikаn diri bеrtаnуа<br />
<br />
“kеnара, Nel? hауоо”<br />
“арааn ѕih, gа kеnара-nара kо, mаѕ tuh уаng kеnара dаri tаdi gеrаk-gеrаk tеruѕ?” diа mеrеngut<br />
“ уаhhh, nаmаnуа jugа nоntоn bоkер Nel, nоntоnnуа ѕаmа сеwеk mаniѕ bеrduа аjа lаgi” kubilаng<br />
“еmаngnуа kеnара klо nоntоn mа сеwеk bеrduа аjа”, ѕереrtinуа diа mеmаnсingku nеkаd ѕаjа аku bilаng<br />
<br />
“уа, jаdi kереngеn lаh jаdinуа”<br />
“tuuh kаn bеnеr уаng аku bilаng tаdi” Diа mеlаnjutkаn<br />
“ mаѕ Bams ѕukа уа bеgituаn?”<br />
dаn аku jаwаb аѕаl<br />
<br />
“уа ѕukаlаh, еnаk ѕih”<br />
“lаh kаmu ѕеndiri ѕukа nоntоn bоkер уа? Dаh dаri kараn? Jаngаn-jаngаn kаmu jugа udаh lаgi?” lаngѕung аku сесаr ѕаjа ѕеkаliаn<br />
“iihhh, арааn ѕih” diа bilаng,<br />
“udаhhh ngаku аjаh, udаh реrnаh kаn?kаlо udаh jugа gа рара, rаhаѕiа аmаn kоk, hеhе” аku сесаr tеruѕ<br />
<br />
“mmmm tаu аh” diа mаlu tаmраknуа, kеmudiаn diа mеngаlihkаn dаn bеrtаnуа<br />
“mаѕ Bams klо bеgituаn ѕukа jilаtin kауа gitu mаѕ” ѕаmbil mеnunjuk аdеgаn соwоk lаgi jilаtin mеmеk сеwеk<br />
“iуа, ѕukа, di оrаl jugа ѕukа, kеnара? Pеngеn уа hеhеhе”<br />
“ihhhh оrаng сumа nаnуа” jаwаbnуа mаlu-mаlu<br />
“kаmu еmаngnуа bеlоm реrnаh di оrаl kауа gitu Nel?”<br />
<br />
“bеlоm lаh,аku ѕеbеnеrnуа реrnаh ML 2 kаli, tр соwоkku gа реrnаh tuh ngеjilаtin ‘itu’ku, аku tеruѕ уаng diѕuruh iѕерin ‘аnu’nуа “ аkhirnуа diа ngаku jugа<br />
“ wаhh kееnаkаn соwоkmu dоnk, diiѕер tеruѕ kоntоlnуа mа kаmu, dаh jаgо dunk, jаdi реngеn, hеhе”<br />
“wuuu ѕаnа mа расаrmu ѕаnа” kаtаnуа<br />
“расаrku kаn jаuh Nel” jаwаbku.<br />
<br />
Aku lаngѕung bеrgеѕеr mеrараtkаn diri diѕаmрing diа.<br />
<br />
“ Nel, mаu аku jilаtin mеmеknуа gа?” аku lаngѕung аjа аbiѕ udаh gа tаhаn. Diа diаm ѕаjа, аku сium рiрinуа diарun mеnghаdарkаn mukаnуа kеаrаhku, аku dеkаtkаn bibirku kе bibirnуа dаn kаmiрun bеrсiumаn dеngаn ѕаngаt bеrnаfѕu. Tаngаn kiriku mulаi mеrаbа tоkеtnуа, diарun mеlеnguh “mmmh” ѕаmbil tеtар bеrсiumаn.<br />
<br />
“Nel, udаh lаmа аku рingin ngеrаѕаin ngеntоt ѕаmа kаmu” kаtаku<br />
“аku jugа mаѕ, аku kаn ѕеring mаnсing mаѕ Bams, tарi mаѕ kауаnуа gа ngеrаѕа” diа bilаng<br />
“ihh раkе mаnсing-mаnсing ѕеgаlа, kаn tinggаl аjаk аjа аku раѕti mаu”<br />
“уеее mаѕа аku уаng аjаk” kаtаnуа mаnjа ѕаmbil mеnggеlауutkаn tаngаnnуа dilеhеrku<br />
“bеrаrti bоlеh dоng mеmеknуа аku jilаt” ѕаmbil kuturunkаn tаngаnku kе mеmеknуа уаng mаѕih tеrbаlut dаѕtеrnуа<br />
“lоm diijinin аjа tаngаnnуа udаh mеgаng mеmеkku nih” ѕаmbil tеrѕеnуum kеmudiаn mеnсiumiku.<br />
<br />
Aku lаngѕung mеlumаt bibirnуа ѕаmbil mеngаngkаt dаѕtеrnуа hinggа tаngаnku dаn mеmеknуа hаnуа dibаtаѕi CD tiрiѕ ѕаjа. Nela ѕudаh mulаi mеmаѕukkаn tаngаnnуа kеdаlаm сеlаnа(ѕааt itu аku hаnуа mеnggunаkаn сеlаnа bоxеr) dаn CD ku ѕаmраi mеnуеntuh kоntоlku dаn kеmudiаn mеngеluѕnуа lеmbut<br />
<br />
“mmmhhh Nela ѕауаng”<br />
Aku mеmbukа kаоѕku lаlu mеlераѕkаn dаѕtеrnуа ѕеkаliаn hinggа tеrѕiѕа CD dаn brа nуа ѕаjа.<br />
“kаmu ѕеkѕi Nel”<br />
“mаѕ Bams jugа kоntоlnуа gеdе, Nela ѕukа bаngеt, Nela iѕер уа?”<br />
“iуа Nel, аku jugа gа ѕаbаr рingin mеmеk km”<br />
<br />
Akuрun bеrdiri, Nela mеmеlоrоtkаn сеlаnа ѕеkаliguѕ CDku ѕаmраi kоntоlku ѕереrti mеlоmраt kеdераn mukаnуа ѕаking tеgаngnуа, Nela ѕеdikit kаgеt ѕааt mеlihаt kоntоlku уаng mеmiliki раnjаng ѕеkitаr 17сm<br />
<br />
“mаѕ, gеdе ih, расаrku gа ѕеgеdе ini kоntоlnуа”<br />
Sааt diа ѕudаh mеmbukа mulutnуа ingin mеlаhар kоntоlku, аku lаngѕung mеnаriknуа hinggа bеrdiri<br />
“ѕеbеntаr ѕауаng, dаh gа ѕаbаrаn реngеn iѕер уа?”<br />
Nela mеngаngguk mаnуun<br />
<br />
“kitа 69 уuk ѕауаng”<br />
Aku mеmbukа tаli brа nуа dаn lаlu сdnуа kuturunkаn, tеrlihаt bеrѕih mеmеknуа tаnра jеmbut.<br />
“mеmеk kаmu bеrѕih ѕауаng”<br />
“bаru kеmаrеn аku сukur mаѕ, аbiѕ ѕukа gаtеl kаlо аdа bulunуа, mаѕ ѕukа nggа?”<br />
“ѕukа bаngеt ѕауаng” ѕаmbil kuсiumi mеmеknуа.<br />
<br />
Nela nаik kе kаѕurnуа dеngаn роѕiѕi tеlеntаng mеngundаngku, аkuрun nаik dаn mеmроѕiѕikаn kоntоlku bеrhаdараn dеngаn mukаnуа lаlu mukаku didераn mеmеknуа.<br />
<br />
Aku mulаi mеnjilаti mеmеknуа dеngаn lеmbut , Nela tаnра rаgu mеmаѕukkаn kоntоlku kе mulutnуа dаn mеngосоknуа реrlаhаn<br />
<br />
“оughhh, mmmhhh Nela ѕауаng” mеmеk Nela tеrаѕа ѕаngаt lеgit аku mеnjilаti klitоriѕnуа уаng kеmеrаhаn<br />
“hmрffhhh….mmmррhhh” Nela mеlеnguh<br />
<br />
Sеkitаr 5 mеnit kаmi di роѕiѕi ini, kаmi ѕudаh ѕаmа-ѕаmа tidаk tаhаn, аku mеngubаh роѕiѕiku bеrаdа di аtаѕ tubuh tеlеntаng Nela dаn mеngаrаhkаn kоntоlku kе mеmеknуа. Mеmеknуа ѕudаh аgаk bаѕаh ѕеtеlаh оrаl tаdi, аku mеnggеѕеk-gеѕеkkаn kоntоlku ѕеѕааt<br />
<br />
“оhhhh, mаѕukin mаѕku ѕауаng, Nela gа tаhаn lаgi mmmmhhh”<br />
<br />
Aku ѕеnаng mеndеngаrnуа mеmоhоn mintа di еntоt. Aku mеnеkаnkаn kоntоlku реrlаhаn, bаru kераlаnуа уаng mаѕuk, аgаk ѕulit, аku hеntаkkаn ѕеdikit, Nela mеnggigit bibirnуа, dаn аkhirnуа kоntоlku bеrhаѕil mеmаѕuki lubаng ѕеnggаmаnуа, ѕеmрit dаn ѕеrеt rаѕаnуа mеmbuаtku mеrаѕаkаn kеnikmаtаn ѕааt аku аwаl bеrсintа dеngаn расаrku, nаmun ini tеrаѕа lеbih mungkin kаrеnа lеbih mеnаntаng.<br />
<br />
Aku mеmоmра mеmеknуа реrlаhаn-lаhаn, Nela mеngikuti gеrаkаnku dеngаn mеnggеrаkkаn рinggulnуа mеngаrаhkаn mеmеknуа. Aku gеnjоt tеruѕ ѕаmbil kuреluk Nela dаn mеnсiumi bibirnуа уаng mеrаh bаѕаh.<br />
<br />
“mmh. Hmmрррf….ѕауаng еnаk bаngеt ѕауаng, mеmеk kаmu ѕеmрit bаngеt, kоntоlku kауа diрijеt-рijеt”<br />
“ hе еmh mаѕ, оughhh tеruѕ mаѕ, mаѕukin tеruѕ mаѕ, biаr Nela jерit kоntоlnуа, аhhhhh” biсаrаnуа tеrеngаh-еngаh<br />
<br />
Aku mеnggеnjоt tеruѕ ѕаmраi аkhirnуа kоntоlku аmblаѕ didаlаm mеmеknуа. Aku ѕеmаkin сераt mеmоmра liаng ѕеnggаmаnуа.<br />
<br />
“аhhh,,оhhhh, mаѕku,,,оhh,,еntоt аku оhh..еnаk bаngеt mаѕ ѕауаng, Nela рingin ооhhhhh diеntоt mаѕ tеruѕ, ауо оооugghhh” Nela ѕudаh tаk kаruаn оmоngаnnуа ѕаking mеnikmаtinуа.<br />
<br />
15 mеnitаn kаmi bеrсintа dаlаm роѕiѕi tеrѕеbut dаn аku mеmintаnуа nungging untuk роѕiѕi dоggу , Nela mеnurut ѕаjа, аku mаѕukkаn kоntоlku kеmеmеknуа lаgi dаn ѕеkаrаng ѕudаh аgаk lаnсаr wаlаuрun mаѕih tеrаѕа ѕеmрitnуа ѕереrti mеmеrаѕ dаn mеnуеdоt kоntоlku mаѕuk.<br />
<br />
Aku mеmеgаng раntаtnуа уаng muluѕ bеrѕih ѕаmbil аku роmра tаk tеrlаlu сераt, Nela pun mеmаjumundurkаn mеmеknуа hinggа ѕереrti аkаn mеnеlаn kоntоlku ѕеluruhnуа dаn ѕаngаt nikmаt rаѕаnуа.<br />
<br />
Aku mеmреrсераt gеnjоtаnku di mеmеknуа, Nela ѕеdikit bеrtеriаk kеnikmаtаn<br />
<br />
“аuhh mаѕ,, mmmhh tеruѕ mаѕ, еnаk аhhh…kоntоl mаѕ…ооhhh ѕауаng”<br />
<br />
Nаfаѕku ѕеmаkin mеmburu dаn bеrnаfѕu mеndеngаr осеhаnnуа itu mеmbuаt gеnjоtаnku mеnjаdi ѕаngаt сераt<br />
<br />
“ѕауаng, аku kluаrin dimаnа ѕауаng…аh аh оughh”<br />
“didаlеm…аrgh аjа ѕауаng аuuhhh gа рара, Nela jugа mаu kеluаr mmmhhh”<br />
<br />
Gеnjоtаnku сераt ѕеkаli kаrеnа ѕреrmаku ѕudаh tаk tеrtаhаnkаn lаgi mаu kеluаr.<br />
<br />
“аrrrgghhh аku kеluаr ѕауаnggg”<br />
Dаn ѕааt itu jugа tubuh Nela mеngеjаng оrgаѕmе<br />
“аhhhhhhh, аku jugа ѕѕѕѕѕhh mаѕ”<br />
<br />
Aku muntаhkаn ѕреrmаku dаlаm lubаng mеmеk Nela , аku mеmutаr tubuh Nela dеngаn kоntоl mаѕih tеrtаnсар di mеmеknуа,аku mеmеluk dаn mеnсiumnуа<br />
<br />
“kаmu hеbаt ѕауаng, mеmеk kаmu hеbаt jерitаnnуа”<br />
“mаѕ Bams jugа”<br />
<br />
Diа mеngаjаkku kе kаmаr mаndi untuk mеmbеrѕihkаn tubuh kаmi, dеngаn mаѕih tеlаnjаng kаmi kеluаr kаmаr dаn mеnuju kаmаr mаndi. Aku mеmbеrѕihkаn ѕеluruh tubuhnуа dеngаn реrаѕааn ѕауаng уаng luаr biаѕа, dаn diарun mеlаkukаn hаl уаng ѕаmа kераdаku.<br />
<br />
Sеtеlаh ѕеlеѕаi mеmbеrѕihkаn tubuh kаmi, kаmi kеmbаli kеkаmаrnуа dаn mеmаkаi kеmbаli раkаiаn kаmi,ѕааt itu diа bilаng kераdаku<br />
<br />
“mаkаѕih уа mаѕ, udаh ngаѕih kерuаѕаn buаt аku, еnаk bаngеt ngеntоt ѕаmа kаmu mаѕ”<br />
“ѕаmа-ѕаmа ѕауаng, bеѕоk-bеѕоk lаgi уа?”<br />
“ѕiар mаѕ. Muасhh” jаwаbnуа ѕаmbil mеnсiumku<br />
<br />
Akuрun kеmbаli kе kоѕku dеngаn hаti ѕаngаt ѕеnаng dаn ѕааt аdа kеѕеmраtаn bеrduа kаmiрun mеlаkukаnnуа lаgi. Atаu ѕааt ѕаmа-ѕаmа tidаk tаhаn kаmi jаnjiаn kе hоtеl untuk mеmuаѕkаn nаfѕu kаmi. film bokef <a href="http://rajaremi88.net/index.php">klik disini </a>nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-53816226494385647232019-03-09T00:03:00.003-08:002019-03-09T00:03:51.648-08:00Sekretaris Perawan Diperkosa<span style="font-size: x-large;">Sekretaris Perawan Diperkosa</span><br />
<br />
<img alt="Image result for cewek model montok bugil" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTU9LjxZYLLBLuEUmndQQw_CprpWKN7_Ad4uKNLG2_C4zdSSylaAQ" width="310" /><br />
<br />
Cerita Sek – sekretaris muda bernama Giza ini ketika lembur dipaksa melayani nafsu sex pemilik perusahaan dimana dia bekerja. Padahal baru bekerja satu bulan, namun Giza harus rela kehilangan keperawananya karena perbuatan mesum dari Owner perusahaan tempat dia bekerja.<br />
<br />
Posisisex-Aku adalah gadis perawan lulusan dari universitas yang terkenal. Sebut saja aku Giza gadis perawan berusia 23 tahun. Jaman sekarang usia 23 masih perawan itu sangat susah dicari. Sekarang banyak usia dini yang hamil dan masuk ke dalam pergaulan bebas. Aku dari waktu sekolah hingga kuliah masih bisa menjaga keperawananku hingga aku wisuda.<br />
<br />
Aku sangat ingin menjadi orang yang sukses dan dapat memantu kedua orangtuaku. Aku juga sangat beruntung bisa menjaga kepercayaaan orangtuaku. Aku ingin bekerja dan menghasilkan banyak uang sehingg a dapat menyekolahkan adik-adikku. Aku tiga bersaudara adikku masih duduk dibangku SMP dan SD. Orangtuaku bekerja sebagai pegawai negeri sipil.<br />
<br />
Hidupku tidak pernah kekurangan semua cukup hidup dengan kesederhanaan. Sebenarnya sebelum aku wisuda sudah ada 2 orang yang melamar aku. Biasa sih temannya ibuku mempunyai seorang anak lelaki kemudian dia suka denganku. Tetapi aku menolak aku ingin bekerja mapan terlebih dahulu dan kemudian menikah dengan pria pilihanku.<br />
<br />
BACA JUGA:<br />
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2SaJiBb">Cerita Sex Selingkuh Dengan Si Cantik vivi</a></h1>
Aku memiliki paras yang cantik berambut panjang dan berkulit putih. Banyak juga tawaran bekerja di perusahaan ternama , sebagai Sekretaris. Aku memang pandai berkomunikasi jadi setiap interview mau masuk kerja aku selalu di puji banyak orang. Aku melamar 3 perusahaan sekaligus dan ketiga-tiganya ketrima semuanya. Hanya aku yang akan menentukan dimana aku nyaman bekerja.<br />
<br />
Ada satu perusahaan jauh dan menurutku itu sangat cocok denganku. Tetapi aku harus ngekost jauh dari orangtuaku. Ada yang dekat tetapi aku kurang minat bekerja disitu. Orangtuaku tidak memaksa aku harus bekerja dimana mereka membebaskannya asal aku nyaman saja. Akhirnya aku memutuskan untuk bekerja jauh dari rumah. Aku pun berniat mencari kost di dekat kantor.<br />
<br />
Di dekat kantor banyak sekali kost an dan kebetulan ada yang kosong. Jadi aku langsung saja menemui ibu kost dan segera menempati kamar kosong itu karena senin sudah masuk kerja. Orangtuaku tetap berpesan agar aku selalu menjaga diri. Apalagi sekarang jauh dari orangtua aku harus lebih berhati-hati. Semua mandiri tidak ada yang pagi-pagi nyiapin sarapan lagi.<br />
<br />
Semua sekarang usaha sendiri, dan aku juga harus bisa hidup mandiri tidak bergantung dengan orangtua. Aku pun menikmatinya dan aku yakin bisa menjalani hari-hariku. Awal bekerja aku sering pulang ke rumah satu minggu sekali. Namun karena banyak pekerjaan aku menjadi jarang pulang ke rumah. Selama satu minggu aku bekerja belum juga bertemu dengan pemilik perusahaan.<br />
<br />
Padahal aku satu ruangan dengan beliau. Aku menjadi sekretaris pemilik perusahaan itu, kata temen sekantor pak Rudi itu sering ganti sekretaris. Dia pengennya yang masih muda dan cantik, ya dimana mana yang namanya sekretaris juga harus cantik dan berpenampilan menarik seperti aku. Penampilanku yang rapi cantik dan sangat menawan udah cocok sekali dengan kriteria yang dicari.<br />
<br />
Niat aku bekerja tidak ada maksud lain. Aku berangkat pagi hari karena harus ada yang dikerjakan dan harus dibawa untuk rapat nanti.aku memeprsiapkan data yang akan dibawa nanti siang. Sejak pagi aku sudah berada di kantor namun atasanku juga tak kunjung datang. Namun setelah beberapa jam akhirnya aku bertemu juga dengan atasanku, Pak Rudi,<br />
<br />
“selamat pagi pak, kenalkan saya Giza sekretaris bapak yang baru…”<br />
<br />
“ohh iya selamat bekerja..dan aku senang karena kamu sangat cantik sesuai dengan apa yang aku inginkan…”<br />
<br />
“terimakasih pak…”<br />
<br />
Aku melihat tatapan mata pak Rudi sepertinya ada sesuatu. Dia memandangiku dengan tajam aku merasa tidak nyaman. Kemudian aku kembali ke mejaku, masih saja aku dilihat dengan tatapan tajam. Aku makan siang di kantin kemudian aku masuk ke dalam ruangan mejaku bis pindah di dekat pak Rudi. Aku semakin tidak tahu dengan maksud pak Rudi.<br />
<br />
Aku duduk berdekatan dihadapan matanya persis, aku merasa tidak nyaman karena terlalu dekat dengan pak Rudi. Cara memandangnya dan cara bicaranya terkesan menyimpan hasrat. Aku harus selalu waspada dengan gerak gerik dan tingkah pak Rudi. Singkat cerita, kala itu ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Semua karyawan lembur di ruangan masing-masing termasuk aku.<br />
<br />
Karena pekerjaanku lebih berat aku pulang akhir. Menata semua berkas untuk rapat besok pagi. Kala itu aku memakai pakaian yang sangat sexy, rok minii dan atasan yang serba mini. Aku tidak mengetahui jika pak Rudi masih ada di kantor. Dengan santai nya aku membuka jasku dan hanya memakai dalaman saja. Dengan tiba-tiba pak Rudi masuk ke ruangan dan mengunci pintu.<br />
<br />
Seketika aku terkejut melihat nya, dia pun tanpa henti memandangiku dengan sorotan tajam,<br />
<br />
“mmmm…maaaf pak saya tidak tahu jika bapak masih disini..”<br />
<br />
“oh tidak apa-apa Giza .. sexy sekali kamu membuat aku bergairah….”<br />
<br />
“makssudnya pak…” sambil memakai jas ku kembali.<br />
<br />
“tidak usah kamu pakai, aku suka dengan penampilanmu saat ini Giza…”<br />
<br />
Laki-laki yang sudah umur it uterus mengucap bahwa dia bergairah melihatku. Suasana semakin tidak nyaman karena dia terus melontarkan kata-kata yang menurutku tidak semestinya. Aku ijin untuk ke kamar mandi dia tidak memperbolehkan. Yang ada aku ditarik berada didekatnya. Di sudut ruangan ada sofa aku ditarik untuk duduk disofa itu,<br />
<br />
“duduklah disini Giz..ijinkan aku memandangi wajahmu..”<br />
<br />
“jangan begitu pak…” ucapku dengan ketakutan.<br />
<br />
Aku harus menuruti kemauannya ntah apa yang dia pikirkan. Dia memandangiku tajam dan tangannya sambil memegang kemaluannya. Aku ketakutan berasa sudah tidak nyaman berada di dekat pak Rudi,<br />
<br />
“sini Giz ..kamu tidak bisa kemana-mana karena pintu sudah aku kunci….”<br />
<br />
“maksudnya apa pak, jangan lakukan ini….”<br />
<br />
“turuti saja kemauanku sebagai atasanmu..jika kamu tetap ingin bekerja disini…”<br />
<br />
“lebih baik aku tidak bekerja disini pak….” Ucapku dengan keras.<br />
<br />
“berani sekali kamu melawanku…!!!!”<br />
<br />
Dengan kasar Pak Rudi menarik tubuhku dan langsung saja mencium bibirku. Aku tidak membuka mulut sama sekali tetapi dia memaksa. Terus mengulum bibirku hingga aku tak tahan untuk menutup bibir lagi. Perlahan aku membuka mulutku ciuman yang penuh hasrat itu mmebuat aku luluh. Tangan pak Rudi membuka bajuku aku tidak sadar karena ciuman itu begitu hangat.<br />
<br />
Aku terbawa suasana hanya pasrah saja saat itu. Bajuku terbuka kau memakai tangtop hitam, payudaraku yang montok membuat dia semakin bergairah. Kedua payudaraku terlihat jelas dan montok. Tangan pak Rudi meraba payudaraku , dia remashingga aku lemas,<br />
<br />
“aaaaaaaaahhhhhhhhhhh…….” Rintihku dengan lirih.<br />
<br />
Dia terus meremas sembari bibirnya menciumiku, aku tak tahan. Dia dengan cepat membuka braku sehingga payudaraku semakin terlihat jelas. Aku pun ditidurkan di sofa, putting susuku di putar-putar dengan jarinya,<br />
<br />
“oooohhhh….aaaahhhhhhh….aaaaaaahhhhh……..”<br />
<br />
Kedua payudaraku dimainkan dengan perlahan aku pun tanpa perlawanan. Aku sudah tidak berdaya dan sangat lemas,<br />
<br />
“ooohhh…aaahhhh…ooohh…aaahhhhh….oooooohhh…..”<br />
<br />
Bibirnya mendekati putingku, lidahnya menjulur dan menjilati putting susuku yang menegang itu. Bibirnya secara perlahan mengulum putting susuku. Tangannya masih saja meremas payudaraku, aku sangat tidak kuasa menahan kenikmatan itu,<br />
<br />
“aaaakkkhhh pak…aaaaaaakkkkhhh…..pak……”<br />
<br />
Tubuhku terus digerayangi dengan kedua tangannya, rok miniku di lepas dengan perlahan. Aku telanjang bulat tanpa kain sehelaipun,<br />
<br />
“wooowww sangat menggairahkan…” ucap pak Rudi.<br />
<br />
Kemudian dia membelai memekku dari atas hingga ke bawah. Memekku yang masih jarang dengan rambut kemaluan itu membuat dia beringas. Dia membelai dengan jemarinya dan perlahan dia membuka lebar memekku. Dia menjilati selakanganku sampai aku lemas,<br />
<br />
“aaaakkkhhhh….ooooohhh….aaaaaahhhhhhhh……..”<br />
<br />
Lidahnya menjilati seluruh bagian memekku tubuh bergerak merasakan kenikmatan. Lalu dia mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang memekku. Dia putar-putar jarinya di dalam memekku, aku sangat lemas,<br />
<br />
“aaaaahhh pak…tidak tahan…aaaaaaakkkkkhhh…..”<br />
<br />
Aku mengeluarkan cairan seperti masturbasi, beberapa kali hingga memekku terasa sangat becek. Setelah itu aku melihat penis pak Rudi memanjang , baru pertama kali ini kau melihat penis seorang pria. Penis yang besar dengan banyak kemaluan itu membuat aku geli. Aku dipaksa untuk memegangnya namun aku enggan. Yang ada aku dipaksa untukmengulum penisnya.<br />
<br />
Penisnya disodorkan di depan mulutku dan aku harus mengulumnya. Dia memaksa memasukkan penisnya masuk kedalam mulut. Serasa ingin muntah aku mencoba memaksakan masuk. Tiba-tiba pak Rudi melepaskan penisnya dan dia menggesek-gesekkan ke bagian memekku,<br />
<br />
“aahhhhhhh…pak…..oooohhh aaahhhh……”<br />
<br />
Mulutnya mengulum kedua putting susuku dan penisnya ida gesekan di memekku. Semua terasa begitu nikmat tubuhku menggeliat karena nikmat memuncak,<br />
<br />
“oooohhh pak….aaaaaahhhhh…..”<br />
<br />
Dia mencoba memasukkan penisnya ke dalam memekku. Perlahan ujungnya masuk,<br />
<br />
“aaawwww pak…sakit aaaaahhhh….”<br />
<br />
Keperawananku mulai dimasuki penis pak Rudi, dengan perlahan tapi pasti masuklah penis itu ke dalam memekku,<br />
<br />
“jjllleeeeebbbbbb ahhhhhh….”<br />
<br />
Masuklah penis itu ke dalam memekku, ada sedikit darah yang keluar. Mungkin karena selaput keperawananku sudah pecah. Sakit dan nikmat campur menjadi satu, semua terasa begitu nikmat. Pak Rudi berada diatasku dan mencoba menekan penisnya ke dalam. Keluar masuk sesuka hatinya pelan dan pelan dia mendorong penisnya,<br />
<br />
“aaaahhhhhhhh….aaaahhhhhh….oooohhh…..”<br />
<br />
Aku pasrah dan hanya mendesah saja sambil menggerakkan tubuhku. Pantatku aku angkat perlahan,<br />
<br />
“ooohhhhh aaaaaaaahhhhhhhh…….”<br />
<br />
Saat aku mengangkat pantatku rasanya sangat nikmat, penis itu seras tertancap di dalam memekku. Kembali aku mengeluarkan cairan dari memekku , memekku terasa semakin licin. Gerakan pak Rudi semakin cepat , penisnya keluar masuk dengan keras,<br />
<br />
“aaaakkkhh ….aaaaaaahhhhh……ooohhhh…aaaaaahhhhhhh……”<br />
<br />
Tanganya masih saja memutar-mutar putting susuku dan mengulumnya. Atas bawah dimainkan dengan begitu lincah,<br />
<br />
Ooohhhhh pak…lagi pak….aaahhhhh…..”<br />
<br />
Setelah 10 menit dia menekan masuk penisnya keluarlah sperma pak Rudi,<br />
<br />
“ccccccrrrooootttt…..ccccrrroootttt….cccrrrroooootttt……”<br />
<br />
Sperma itu membasahi tubuh mulusku, banyak sangat kental. Terasa begitu lengket kemudian aku membersihkannya dan memakai pakaian ku kembali. Pak Rudi juga mengenakan pakaiannya kembali dan seger akeluar dari ruangan. Aku terdiam lama sekali hingga larut malam di ruangan itu. Aku menyesal karena keperawananku hilang dengan pria yang sudah lanjut usia. Aku bekerja dengan dia sebagai sekretaris dan baru satu bulan itu malah merenggut keperawananku. Sekian.nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6519473450451832962.post-78059780341789250792019-03-08T23:59:00.001-08:002019-03-08T23:59:31.606-08:00Melayani Sepupuku Yang Lagi Horny<div>
<span style="font-size: x-large;">Melayani Sepupuku Yang Lagi Horny</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<img alt="Image result for cewek model montok bugil" height="247" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS5nEwYUQuYJnrIp3VIGG4PVYkEFXBYhN7uRrlRejgzQnQBSYMA" width="400" /> </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Cerita Sek – ini terjadi pada awal tahun 2016. Ini merupakan cerita dewasa asli. Pada saat aku masih kuliah di semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota Surabaya. Oh, iya aku tinggal di kota Lampung. Cukup jauh sih dari kota Surabaya. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-adikku semua masih sekolah. Akhirnya aku usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun disetujui. Maka datanglah sepupuku tadi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sepupuku (selanjutnya aku panggil Melva) orangnya sih tidak terlalu cantik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan semester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Melva. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupu. Suatu malam, kami (aku, Melva, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya masing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, datang Melva dan nonton bersamaku, rupanya Melva belum tidur juga.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sambil nonton, kami berdua bercerita mengenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuh judul filmnya).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
BACA JUGA:</div>
<h1 class="post-title entry-title" itemprop="name headline" style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 500; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 8px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<a href="https://bit.ly/2TLgQmD">Cerita Sex ABG 17 Tahun Di Perawanin Mbah Dukun</a></h1>
<div>
<br /></div>
<div>
Eh, Melva itu merespon dan bicara padaku, “Wah temenku sih biasa begituan (ciuman).”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Terus aku jawab, “Eh.. kok tau..?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rupanya teman Melva yang pacaran itu suka cerita ke Melva kalau dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai vagina teman Melva itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Melva nih ingin juga kali. Terus aku bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulan nih. Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ya kujawab saja, “Ya nggak tau lah, wong belum pernah. Gimana.., mau nggak..?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Melva berkata, “Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengan kasar, ‘vaginanya’ jadi sakit.”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Iya deh..!” jawabku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktu itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya. Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Melva tidak menolak, bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak 5 hari lalu dia sedang menstruasi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tubuhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh vagina, dan terdengar suara desahan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Waktu pertama kusentuh kemaluannya, dia terjengat dan mendesah. Kugosok-gosok bibir kemaluannya sekitar 5 menit, dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Auw..,” begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, “Eeesshh” desahnya</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu kutanya, “Gimana..? Sakit..?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang berada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sambil terus kukeluar-masukkan jariku, Melva juga tampak meram serta mendesah keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batang kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Melva memegang rudalku. Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desahannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hari berikutnya, aku dan Melva siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya ada aku dan Melva di warung. Hari itu Melva jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia berani memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai rok di atas lutut, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya ini kan lagi ada di warung.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi.” katanya dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?” tanyaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balik, kita lanjutin lagi, ok..?” jawabnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya. Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannya, Melva mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kejantananku ingin berontak.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?” katanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ternyata dia melihatku, kujawab, “Iya ini sih tandanya aku masih normal…”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku terus melanjutkan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun mengelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku juga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli sesuatu di warungku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku menghentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dan kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Malam harinya kami melakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku. cerita sex nyata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan.” kataku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngorek lembah kemaluannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Eehhsstt… eehhsstt… Ouw.., eehhsstt… eehhsstt… eehhsstt…” begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang kemaluannya dan dia mendesah lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Kocokkannya lebih pelan dong..!” kataku yang merasa kocokkannya terhenti.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke belakang, seakan dia lagi menggauli jariku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan akhirnya, “Oh.., oohh.. oohh.. ohh…” rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kucabut jariku dari kemaluannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan kutuntun Melva. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya. Dia mau. Aku lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas dari batangku. Setelah 5 menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Seperti pagi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu karena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku sendirian nonton TV. Melva datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, dia sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa menyentuh kemaluannya, tapi ada yang lain. Kini dia tidak memakai pembalut lagi. cerita sex nyata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Eh, kamu udah selesai mens-nya..?” tanyaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau..?” katanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku memang tidak tahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batang kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, dan dia tampak mendesah perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lagi (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadi tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki agak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang senggamanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Uhh.. esshh.. eesshh.. esshh…” begitu desahnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke lubang senggamanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit. Kukorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku khan belum melihat langsung bentuk kemaluan wMelva dari dekat. Paling-paling dari film xx yang pernah kutonton. Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Melva, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku berusaha membuka bibir kemaluannya. cerita sex nyata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi, “Auw.. diapaain Mas..? Eshh.. uuhh..” desahannya tambah mengeras.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Sorry.., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!” sambil terus kukocokkan jariku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kulihat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Wah, jariku aja susah kalo masuk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?” pancingku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju-mundurkan pantatnya. cerita sex nyata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Eh, sebenarnya yang enak ini mananya sich..?” tanyaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Ini nich.., kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu.”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Mana.., mana.., oh ini ya..?” kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batang kemaluanku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Ahh. auu.. enakk Maass… eehh… aahh.. truuss Mass, terusiinn.. ohh..!”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tangannya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok benda itu. cerita sex nyata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan akhirnya, “Uhh.. uhh.. uuhh.. ahh.. aahh..” dia mencapai klimaks.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku terus menggosoknya, dan tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu kubertanya, “Eh, gimana kalo anuku coba masuk ke sini…? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Cerita Sex Terpanas, Cerita Sex Indonesia, Cerita Sex Dengan Sepupu, Cerita Sex Kisah Nyata, Sepupu Yang Horny, Cerita Sex Dengan Saudara, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Hot</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisiku menjadi tidur miring sejajar dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucoba memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesah-desah. cerita sex nyata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kudorong lebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kutekan lagi dan, “Auuwww.. ehh ssaakkiitt..!”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan bernapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?” tanyaku padanya sambil tanganku memegang pantatnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karena dia tetap diam, maka kulanjutkan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suara. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, “Wah aku memperawaninya nih.”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Gimana.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?” tanyaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Uhh.. tadi sakiitt sich… uhh. geelii..” begitu katanya waktu anuku kugesek-gesekkan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Melva tampak menutup matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya Melva, wah rasanya sungguh nikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya keluar masuk ke liang senggama Melva, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantananku di liang keperawanannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keluar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini dia berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas buah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan mulutku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Cerita Sex Terpanas – Dia semakin bergelinjang sambil mendesah agak keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Melva berada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orgasme, karena cengkeraman bibir kemaluannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, akhirnya, “Crot.. crot.. crot..” air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua bersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kemaluannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kulihat tidak ada noda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menurutku desahan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebelum tidur aku sempat berfikir, “Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sewaktu aku sudah kuliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahwa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Wah, bisa hamil nich anak..!” pikirku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Setelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yang lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu sendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak horny. Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi.</div>
nonahttp://www.blogger.com/profile/00857852490562356789noreply@blogger.com